logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Devan Triyansyah

“Tatapanmu membuatku terpaku dan garis lurus wajahmu mengingatkanku akan dia yang telah tiada”
“Elo....”
“Elo...”
“Ngapain lo disini?” tanya Qila yang kaget melihat orang yang ada di hadapannya.
“Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?”
“Kok lo malah balik nanya sih.”
“Emang harusnya pertanyaannya gitu, lo ngapain disini? Kalau gue, iya karena ini memang acara angkatan gue.” Seru Devan dengan senyum sinis.
Aqila bingung harus menjawab apa, karna memang iya Qila harusnya tidak datang ke pesta ini. Pesta yang tisak diperuntukan untuknya ataupun angkatannya. Qila bingung dan terus mencari alasan yang pas.
“Kenapa lo, kok malah diem, nggak bisa jawab kan.”
“Apa sih lo, nyebelin tau.”
“Kok nyebelin, kenapa?”
“Lo tuh tadi ajak-ajak gue dansa, padahal ya kalau gue tau yang ada di balik topeng itu lo. Nggak bakal mau tuh gue dansa sama lo.”
“Emang kenapa sih lo itu sinis banget sama gue, gue salah apa sama lo?”
“Lo itu--.”
Devan mendekatkan wajahnya pada Qila, Qila yang kaget hanya diam dan mengatur napasnya. Qila terpaku melihat tatapan Devan yang membuat tubuhnya terasa panas dan berkeringat. Devan yang mengetahui kegugupan Qila, langsung tertawa dengan kencang dan menjauhkan dirinya dari Qila.
“HAHAHAH, lo kenapa? Terpesona liat wajah tampan gue?”
Qila masih diam dan mengatur degup jantungnya yang kini berdetak sangat cepat. Muka Qila pucat, karena malu, Qila memilih pergi meninggalkan Devan yang sedang tertawa.
Sembari berjalan menapaki aspal yang hitam dan terasa sangat dingin, Qila terus mencoba menenangkan hatinya.
“Aduh, ni jantung gue kayak mau copot gini, kenapa ya?” Gumam Qila pelan.
“Tapi kok gue rasa, tatapan Devan kayak mirip tatapan seseorang deh, tapi siapa ya?” Qila terus bertanya pada dirinya.
Devan yang masih tertawa, tidak sadar bahwa kini Qila sudah berada jauh darinya. Saat menyadari Qila hilang, Devan langsung mencari Qila. Devan bingung, Qila kemana. Devan berlari keluar dari area pesta dan mencoba menyusul Qila yang mungkin masih belum jauh.
Devan melihat Qila yang sedang berjalan beberapa langkah di depannya, Devan melihat bahwa Qila berjalan tidak seperti biasanya, Devan berpikir bahwa Qila kini sedang melamun dan tidak fokus. Devan mencoba menyusul Qila dengan berjalan lebih cepat.
“Awww.” Qila meringis kesakitan.
Qila terjatuh karena tersandung batu yang ada di depannya. Qila berjalan sambil melamun hingga tidak menyadari bahwa ada batu yang yang cukup besar. Devan yang melihat Qila jatuh, langsung berlari dan menaghampiri Qila, adik dari sahabatnya yaitu Reihan.
“Makannya kalau jalan itu jangan sambil melamun nona cantik.”
Qila menengadahkan wajahnya dan melihat siapa yang sedang berbicara padanya. Devan hanya tersenyum ketika melihat Qila langsung memalingkan wajahnya setelah Qila melihat bahwa Devan yang kini ada di depannya.
“Ngapain lo ngikutin gue?”
“Ngikutin lo, nggak salah. Gue hanya kebetulan aja lewat, lalu liat lo lagi lesehan disini, gue cuman mau bilang sama lo, lebih baik kalau lesehan itu jangan di jalan bahaya nanti ngerugiin orang lain loh, karena lo halangin jalan mereka.” Ejek Devan pada Qila yang mulai kesal.
Qila yang mendapat jawaban tidak mengenakan, hanya diam dan tidak kembali membalas ucapan Devan. Devan yang sebenarnya ingin langsung membantu Qila, mengurungkan niatnya dan mencoba menunggu Qila yang mungkin meminta bantuannya. Namun, tanpa menghiraukan Devan, Qila beranjak dan mencoba untuk berjalan dengan kakinya yang sakit. devan menatap Qila dan mencoba membantunya yang kesusahan berjalan.
“Jangan mendekat lo, gue nggak perlu bantuan lo.”
“Udah kayak gini aja lo masih sombong dasar cewek belagu.”
“Terserah gue ya, lo nggak usah sok peduli sama gue.”
Qila berjalan selangkah demi selangkah, ketika akan melangkah untuk yang ke lima langkah, tubuh Qila oleng dan hampir jatuh. Namun dengan kekuatannya, Qila masih bisa menahan tubuhnya untuk tidak ambruk. Devan merasa khawatir, dan terus mengikuti Qila meski tanpa sepengetahuan Qila. Devan selalu mengalihkan pandangannya ketika Qila melihatnya kebelakang. Devan bersikap seolah-olah tidak peduli.
Qila terus berjalan, namun kali ini, kakinya terasa sangat sakit dan akhirnya tubuhnya oleng dan jatuh. Jika tidak ada Devan, tubuh Qila mungkin sudah sakit-sakit karena jatuh pada aspal yang keras dan dingin. Namun, Devan yang siaga dan sigap, ketika melihat tubuh Qila mulai oleng, Devan langsung berlari dan berhasil menangkap tubuh Qila yang hampir jatuh ke asapal.
Qila memejamkan matanya, namun ketika Qila membuaka mata, Qila melihat di depannya ada wajah Devan yang kini sangat dekat dengannya. Degup jantung Qila kembali mengguruh. Qila merasakan sendi-sendi tubuhnya seakan mati rasa, keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya. Devan yang merasakan tubuh Qila panas, langsung menempelkan telapak tangannya pada tangan Qila.
“Lo nggak papa?”
“Lo sakit? Atau karena kaki lo yang keseleo lo jadi demam?” tanya Devan khawatir.
Qila masih diam dan menatap dalam mata Devan yang kini terlihat jelas mengkhawatirkannya.
Qila mencoba untuk tidak terpesona denga wajah Devan yang kalau dilihat dari dekat mirip dengan Dave, kekasihnya yang sudah tidak ada.
Qila melepaskan tanganya yang mengait pada leher Devan, Qila mencoba berdiri tegap. Namun, karena kakinya yang sakit, Qila kembali hampir jatuh.
Devan dengan sigap langsung menangkap tubuh Qila untuk yang kedua kalinya. Devan melihat di sebrang jalan ada sebuah kursi besi emas dengan dua tangannya yang melengkung dan sandaran yang berkelok-kelok bagaikan bungan mawar yang sangat indah. Dengan inisiatifnya, Devan langsung merangkul Qila dan membopong tubuh Qila ke kursi yang ada di seberang jalan.
Qila yang kaget lagi-lagi diam. Devan mendudukan Qila di kursi, sedangkan Devan jongkok di depan Qila dan mencoba untuk membenarkan kaki Qila yang terkilir atau keseleo. Devan ingat bahwa sang kakek pernah mengajarinya untuk memijat orang yang kakinya terkilir.
Qila yang tidak tahu apa yang akan dilakukan Devan, dengan refleks menendang Devan dengan kakinya yang polos tanpa higheels yang tadi di pakainya. Devan kaget dan mengerutkan keningnya.
“Lo kenapa nendang gue?”
“Lo mau ngapain, lo nggak bakal apa-apain gue kan. Gue tahu ini jalanan sepi tapi tolong gue mohon jangan apa-apain gue,” seru Qila histeris.
Devan yang mengerti arah pembicaraan Qila kemana, langsung mencoba menakuti Qila dan mendekatkan wajahnya pada Qila. Qila memejamkan matanya dan berteriak histeris.
“Tolong,,,,tolong.”
“Gue mohon sama lo jangan apa-apain gue.”
Qila menangis dan membuat Devan merasa bersalah karena sudah mengerjainya.
“Qil, jangan nangis dong. Gue cuman bercanda. Gue nggak mungkin apa-apain lo, lo kan adik Reihan, sahabat gue.”
Perkataan Devan tidak mampu menghentikan tangisan Qila, dan kini malah membuat Qila semakin histeris. Devan tidak tahu harus berbuat apa, Devan memegang kedua tangan Qila dan memeluk tangan itu dengan tangannya. Devan mengusap air mata Qila yang jatuh.
Mata Qila terpejam namun terus mengeluarkan air mata, Devan menundukan kepalanya dan mencoba berpikir untuk menghentikan tangisan Qila, namun tanpa Devan sadari, tubuh Qila tergeletak di kursi dan tidak sadarkan diri. Devan semakin bingung dan khawatir.

Bình Luận Sách (34)

  • avatar
    SuhaeniEni

    baik

    10d

      0
  • avatar
    VeraNila

    cakep

    12/08

      0
  • avatar
    viviazzhr69

    bagus

    09/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất