logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

KUBALAS SAKIT HATIKU ( SEASON 2)

KUBALAS SAKIT HATIKU ( SEASON 2)

Rara Qumaira


Chương 1 ULANG TAHUN SI KEMBAR

PART 1
ULANG TAHUN SI KEMBAR
“Hore! Adik Celine dan Celena sudah datang!” sambut Bulan sambil berjingkrak. Kienan, Ardhan, dan kedua orang tuanya tertawa melihat tingkah Bulan. Kedua bocah kembar itu langsung merosot dari gendongan orang tuanya. Bulan menyambut kedua adiknya dan memeluknya.
“Aduh, Kak Bulan kangen ya, sama adek?” sahut Kienan.
“Iya, Ma! Mama datangnya lama sekali!”
“Kangennya sama adek aja nih? Sama Papa gak kangen?” goda Ardhan.
“Gak, aku mau sama adek aja!” sahut Bulan.
“Gitu, ya sekarang!” ujar Ardhan sambil memanyunkan bibirnya. Mereka semua tertawa terbahak melihat tingkah konyol ayah dan anak tersebut.
“Bulan, ayo adeknya diajak masuk kamar! Mereka pasti capek!” ujar Omanya.
Namun sayangnya, kedua bocah itu malah asyik berlarian kesana kemari dengan langkahnya yang masih tertatih sambil bercanda dengan kakaknya. Meski beberapa kali terjatuh, kedua bocah tersebut tetap asyik tertawa dan berceloteh.
“Biarkan saja, Ma! Nanti kalau mereka capek, juga istirahat sendiri!” sahut Opanya.
“iya, Ma, masih kangen-kangenan mereka!” sahut Kienan. Mereka tersenyum bahagia melihat tingkah mereka. Mereka bersyukur, Bulan sangat menyayangi adik-adiknya. Pun sebaliknya, sang adik pun juga menyayangi kakaknya.
“Sebaiknya kalian istirahat saja di kamar. Mereka biar kami yang jaga!” ujar Papa Ardhan.
“Gak papa nih, Pa, dititipin mereka?”
“Gak papa, udah sana, kalian pasti capek!”
“Ya sudah, kami naik dulu, Pa! Ayo, Sayang!” ujarArdhan kepada Kienan.
“Ratna, kamu istirahat juga, ya!” lanjut Ardhan.
“Iya, Pak! Saya bebersih dulu!” sahut Ratna, lalu melangkah ke rumah bagian belakang, tempat kamar para pembantu.
Tak menunggu lama, Kienan dan Ardhan melangkah ke kamar mereka. Mereka ingin segera membersihkan badan dan beristirahat.
“Mas, semua persiapannya sudah selesai, kan?” tanya Kienan.
“sudah, Sayang! Nanti sore kita berangkat ke lokasi. Kamu bisa ngecek sendiri, sekalian kita persiapan dari sana juga! Aku sudah booking beberapa kamar hotel!” sahut Ardhan.
“Apa ini tidak berlebihan, Mas, merayakan ulang tahun semeriah ini? Mereka masih bayi, mereka juga bukan anak kandung kamu!” tanya Kienan.
“Hei, jangan bilang begitu!” ujar Ardhan, lalu melangkah mendekati sang istri.
“Dengarkan aku! Celine dan Celena adalah putriku. Aku akan berikan yang terbaik untuk mereka. Aku tidak akan membeda-bedakannya dengan Bulan! Lagipula, acara nanti juga untuk memperkenalkan kamu sebagai istriku! Kita kan, belum pernah mengadakan resepsi!” lanjut Ardhan.
“Iya, sih, tapi aku merasa semua ini sangat berlebihan,” ujar Kienan.
“Udah, gak usah mikir macam-macam. Sebaiknya, sekarang kita beristirahat, biar nanti sore kita lebih fresh,” sahut Ardhan.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Mereka semua segera bersiap menuju hotel tempat acara diadakan. Ardhan dan Kienan memeriksa persiapan yang dilakukan tim EO-nya, sedangkan orang tuanya bersama anak-anak langsung masuk ke dalam kamar hotel.
“Bagaiamana persiapannya?” tanya Kienan.
“Sudah selesai semua, Bu. Tinggal menunggu kuenya saja yang belum datang. Tapi sudah saya konfirmasi, sebentar lagi mereka sampai,” sahut Dewi, pimpinan EO yang mereka sewa.
“Bagus! Ya sudah, saya tinggal masuk dulu, ya!” ujar Kienan.
“Iya, Bu, silahkan!”
Tepat pukul 19.00 WIB, para tamu undangan mulai berdatangan. Para kolega dan sahabat mereka hadir bersama keluarganya. Ardhan memang mengonsep acara ulang tahun si kembar dengan tema family gathering. Para tamu undangan diharapkan datang bersama seluruh keluarganya. Bahakan, Ardhan sudah menyewa hotel tersebut untuk tempat menginap para tamu undangan.
“Wah, pestanya meriah sekali!” ujar Bulan. Dia tampak mengagumi dekorasi dan banyaknya tamu undangan yang datang.
“Bagaimana? Bulan suka?” tanya Omanya.
“Suka, Oma! Ini keren sekali!” sahut Bulan.
Bulan tampak bercengkerama dengan Oma dan Opanya ditemani kedua adik kembarnya dan sang babysitter. Sementara Ardhan dan Kienan tampak sibuk menyalami para tamu undangan yang hadir.
Dari kejauhan, tampak seorang wanita cantik dengan balutan dress hitam melangkah mendekati meja Bulan.
“Hai, Bulan! Apa kabar?” sapanya sambil tersenyum manis.
Bulan menoleh. Dia mengernyit heran melihat orang yang tidak dikenal menyapanya. Bulan mengamati wanita cantik di depannya tersebut.
“Airin? Kamu kok ada disini?” tanya Halimah heran.
“Iya, Tante. Kebetulan, temanku salah satu undangan. Jadi, aku diajak. Tante, apa kabar?” ujarnya, sambil mencium kedua pipi Halimah.
“Kapan kamu datang?” tanya Halimah lagi.
“Aku sudah satu minggu disini, Tan! Mau mengunjungi makam kak Anita dulu, baru terbang ke Jakarta. Gak menyangka, bisa ketemu kalian disini!” ujarnya sambil tersenyum.
“Kamu mau balik ke Jakarta? Trus, kerjaan kamu yang di Singapura?” tanya Halimah.
“Butik yang disana aku serahkan temen. Aku akan fokus dengan butik yang di Jakarta saja,” sahutnya lagi.
Bulan tampak masih mengamati wanita tersebut.
“Tante siapa?” tanya Bulan heran.
Wanita tersebut tersenyum kepada Bulan.
“Aku tante kamu, Sayang! Adiknya Mama kamu! Terakhir kita ketemu, saat itu kamu masih kecil, jadi kamu pasti tidak ingat,” sahutnya.
Bulan menoleh kepada Omanya.
“Iya, Sayang! Tante Airin ini adik kembarnya Mama Anita,” sahut Halimah.
“Boleh Tante peluk kamu, Sayang?” tanya Airin sambil merentangkan kedua lengannya.
Perlahan, Bulan mendekati Airin. Airin pun memeluk Bulan dengan erat. Tanpa terasa, air matanya pun mengalir.
“Tante kangen banget sama kamu, Sayang! Maaf, Tante pergi begitu lama!” ujarnya sambil terisak.
Halimah mengusap punggung Airin dengan lembut. Perlahan, Airin melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
“Ini adik kamu?” tanya Airin kepada Bulan saat melihat si kembar.
“Iya, Tante!” sahut Bulan.
“Namanya siapa?” tanya Airin lagi.
“Namanya Celine dan Celena!” sahut Bulan.
“Wah ... mereka lucu sekali! Namanya juga cantik. Lalu, dimana Papa kamu?” tanya Airin.
“Sepertinya mereka sedang menyapa para tamu undangan,” sahut Halimah.
“Udah, gak usah cari mereka. Kita ngobrol disini saja! Sudah lama sekali kita gak ketemu!” lanjut Halimah.
Sepanjang acara, Halimah dan Airin berbincang ringan. Dulu, ketika awal menikah, Airin sering berkunjung ke rumah mereka di Bali, bahkan beberapa kali menginap disana. Setelah kepergian Anita, Airin pun masih sering mengunjungi rumah mereka. Dengan alasan kangen dengan Bulan, Airin pun beberapa kali menginap disana. Namun, suatu hari, dia tiba-tiba menghilang dan tak ada kabar beritanya. Setelah sekian lama, akhirnya dia kembali lagi.
****************************
“Mas, aku ke toilet dulu, ya!” pamit Kienan.
“Iya, Sayang! Perlu aku antar?” tanya Ardhan.
“Gak perlu, kamu temui saja teman-teman kamu!”
“Oke, jangan lama-lama, ya!” sahut Ardhan.
Kienan melangkah tergesa menuju toilet.
Bruk. Tanpa sengaja, dia bertabrakan dengan seseorang. Gaun biru muda yang dipakainya, tampak penuh dengan noda.

Bình Luận Sách (226)

  • avatar
    Bang Engky

    baik

    1d

      0
  • avatar
    NYALUTAK25NYALUTAK25

    semoga dapat

    20d

      0
  • avatar
    SangajiYamdo

    aplikasi yang bagus

    23d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất