logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Banyak Wanita Lain

Marsya duduk di atas tempat tidur, sambil beberapa kali menghela napasnya. Apa yang sudah ia lakukan hingga mau menikah dengan Alif? Dirinya sudah egois, karena ingin memiliki Alif selamanya.
“Apa gue bodoh, dengan memutuskan menikah dengan Alif? Tapi apa masalahnya? Alif pacar gue dan dia juga layak jadi suami gue.”
Walaupun Marsya beberapa kali meyakinkan dirinya, namun tetap saja ia merasa takut. Karena ia tidak paham dengan pikiran Alif yang sekarang.
“Lo harus yakin Marsya, dia adalah cowok yang terbaik,” sambung Marsya sambil merebahkan tubuhnya.
***
Di koridor kantor, Renal berjalan menuju lift. Namun, matanya menangkap sosok Marsya yang tengah berjalan sambil memakai id cardnya. Renal pun menghentikan langkah dan memanggil Marsya.
“Marsya,” ucap Renal.
Seketika Marsya pun menghentikan langkah dan menghampiri Renal.
“Iya, pak Renal?” ucap Marsya tetap sopan, karena saat ini mereka berada area kantor.
“Ikut saya ke ruangan.”
Marsya sedikit heran, namun ia menganggukkan kepalanya.
Mereka pun sudah berada di ruangan kerja Renal, sejak tadi Renal hanya menatap mata Marsya yang justru menatap ke semua arah.
“Kamu udah baikan?” tanya Renal.
“Iya, udah lebih baik.”
Renal mengerutkan keningnya, “kok bisa? Apa kamu menyembuhkan luka sendirian, atau Alif yang menyembuhkannya?”
Marsya terdiam, jujur saja ia tidak mau jika Renal terus menerus ikut campur ke dalam masalah pribadinya. Walau bagaimanapun, saat ini Marsya tetap memilih Alif.
“Tentu Alif, kalau bukan dia, siapa lagi? Kami mau menikah.” Marsya memperjelas keputusannya.
Sontak saja ucapan Marsya membuat Renal terkejut, bagaimana bisa setelah dikhianati, Marsya memilih menikah dengan Alif.
“Kamu ... bercanda? Masih mau terima dia setelah apa yang kamu liat?” Renal terlihat tak habis pikir dengan keputusan Marsya.
Marsya pun mengangguk mantap, ia mulai memberanikan diri menatap Renal.
“Aku serius, lagi pula apa masalahnya? Aku udah bilang sama kamu, kalau aku akan jadi yang pertama untuk Alif. Aku minta sama kamu, tolong ... jangan ikut campur masalah aku dan Alif, tolong kamu relain aku sama Alif.” Marsya meminta dengan sangat pada Renal.
Sedangkan Renal hanya membuang napas kasar, diantara kesabaran yang Marsya miliki ada ego yang menyertainya. Ia rela melukai hatinya sendiri demi Alif.
“Kamu ngomong kayak gini, dengan hati bahagia atau hanya untuk menutupi lukamu? Lagi pula aku pasti rela kamu dengan siapa pun kalau hati kamu udah merasa bahagia. Di sini, bukan aku yang egois dan terus mengejar kamu. Aku cuma mau, pilihan kamu tepat dan nantinya nggak buat kamu kecewa. Kalau kamu bahagia, aku pasti bahagia karena pilihan kamu yang udah tepat.”
Marsya menghela napasnya, “kamu nggak egois? Kalau kamu nggak egois, untuk apa masih ikut campur? Pilihan tepat atau tidaknya, itu terserah aku. Aku mau bahagia atau enggak, itu hidup aku.”
Renal mendecakkan lidahnya, “ck! Kamu yang nggak pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Jangan hanya mengandalkan hati, sampai kamu merasa luka. Tapi coba pakai otak kamu, pria yang mencintai wanita dengan setulus hatinya kalaupun ia tidak berjodoh, maka akan tetap mendoakan wanita itu selalu bahagia dan tepat dalam pilihannya. Aku cinta sama kamu, tapi aku akan menghargai keputusan kamu, siapa pun yang kamu pilih. Tapi, kamu harus bahagia dengan pilihan itu, dan kalau kamu masih terluka. Aku akan tetap menjadi sandaran.”
Marsya menundukkan kepalanya, ia selalu tidak bisa mengatakan apa pun lagi ketika bersama dengan Renal.
“Kamu, selalu membuat aku menyedihkan di depan kamu, Renal.”
Renal menggeleng cepat, “bukan aku, tapi egomu.”
“Aku harus gimana, Renal? Menjadikan kamu sebagai pelarian karena udah dikhianati Alif, iya?” Marsya menaikkan nada bicaranya.
“Jangan pernah datang, kalau hati kamu masih membawa Alif.”
Marsya membuang napas kasar, “jadi aku harus gimana? Jangan buat aku bingung.”
Renal memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
“Pakai logika kamu.” Ia pun melangkahkan kaki menuju pintu dan membukanya.
“Silakan ke luar,” sambung Renal sambil mempersilakan Marsya untuk ke luar.
Marsya pun melangkahkan kakinya, dan melirik Renal.
“Kita belum selesai bicara, Renal.”
“Hari ini, cukup. Aku harus rapat ke luar kota.”
“Renal—“
“Ke luar, tolong.” Renal memotong ucapan Marsya.
Marsya pun ke luar, dan Renal menutup pintu ruangannya.
Sungguh, jika bersama dengan Renal. Perasaan Marsya jauh lebih baik, dan ia merasa lebih dewasa dalam sekejap. Namun, mengapa hatinya tetap utuh untuk Alif? Apa karena dia tidak memakai logikanya dan membuka matanya lebar-lebar.
Jam istirahat, di kantin perusahaan. Marsya hanya memainkan sendok makannya, rasanya makanan favoritnya sudah tak selera.
“Udah sepuluh menit, lo cuma mainin sendok. Kenapa Marsya? Lo ada masalah?” Nayra mulai bingung dengan tingkah Marsya saat ini.
Marsya menghentikan aktivitasnya, dan menyeruput minuman dingin yang ada di hadapannya. Seketika, pikirannya sedikit lebih baik.
“Nay ... Alif ... selingkuh,” ucap Marsya tanpa basa-basi lagi.
Sedangkan Nayra hanya menghela napas perlahan, terlihat dari raut wajahnya Nayra tidak terkejut.
“Dan cewek itu hamil,” sambung Marsya.
“Ha? Kayla hamil?” Nayra membelalakkan matanya.
Bukan hanya Nayra, Marsya pun terlihat terkejut dengan nama yang diucapkan oleh sahabatnya itu.
“Kayla, siapa?” tanya Marsya.
Nayra terlihat mengigit bibir bawahnya, tampaknya ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dari Marsya.
Sedangkan Marsya menatap curiga pada Nayra, “lo ... kenapa Nay? Apa ada sesuatu yang gue nggak tau?”
Nayra meraih tangan Marsya, dan menggenggamnya erat.
“Maafin gue Sya, harusnya gue bilang dari awal. Kalau Alif ... waktu reuni minggu lalu, dia ...” Nayra menghela napasnya.
“Dia ... memanfaatkan ketidakhadiran lo dengan membawa Kayla ke acara itu, dia temen SMP gue dan Alif, dan si Alif muka tembok itu pura-pura nggak sadar kalau ada gue di acara itu,” jelas Nayra dengan wajah kesal.
Marsya hanya membekap mulutnya, ia pikir hanya Dinda dan Anna yang menjadi selingkuhan Alif. Namun, nyatanya Alif bermain lebih banyak lagi di belakang Marsya.
“Tapi, yang hamil bukan Kayla itu. Tapi, cewek yang namanya Dinda.” Marsya menggigit bibir bawahnya, menyesali apa yang sudah dilakukan oleh Alif.
“Ha? Dinda, siapa? Jadi, Alif ....”
Nayra terlihat tak percaya, karena rupanya Alif sudah tega mengkhianati Marsya dengan beberapa wanita.
“Iya, bahkan dia pacaran sama Anna.”
Nayra kembali terkejut, “Anna? Temen satu divisi kita? Kok lo diem aja Sya, lo masih terima sama kelakuan Alif?”
Marsya mengangguk pelan, “ya harus gimana? Gue sama Alif udah lima tahun, dan kita harus menikah.”
Nayra tiba-tiba tertawa kencang, “ha ha ha nikah? Dalam suasana kayak gini, lo ngomong nikah? Marsya, hati lo memang sekuat baja. Buat apa masih bertahan, Sya ... lo kok mau sih? Buka mata lo lebar-lebar.”
“Itu kalau gue cuma pakai hati, tapi saat ini gue harus pakai logika.”
“Ya harus dong logika lo dipake, lo harus berdain antara sabar dan polos. Mending lo sama Renal, dia lebih baik dari pada Alif, waktu SMA lo malah pilih Alif si play boy itu.”
Marsya menundukkan kepalanya, ia memang sudah memilih Alif. Karena hatinya sudah jatuh cinta pada pria itu sejak awal mereka bertemu. Namun, entah mengapa kini Alif tidak sepeti dulu.
“Lo pikir, Renal yang sempurna pantes gue jadikan pelarian? Gue harus datang, dengan hati yang sembuh dan nggak bawa luka dari Alif. Karena saat ini, cinta dan luka masih ada di dalam hati gue. Jadi, Renal nggak pantes hanya dapat raga gue sementara hati gue masih melayang pada Alif,” jelas Marsya.
Nayra pun mengangguk-anggukan kepalanya, saat ini memang rumit. Namun, cara menyelesaikannya tidak boleh gegabah mengambil tindakan. Baik Marsya, Renal dan Alif harus menerima satu sama lain keputusan yang sudah diambil oleh masing-masing.

Bình Luận Sách (32)

  • avatar
    StayhalalAbrar

    mantap

    14/07

      0
  • avatar
    Rizky saputraRaihan

    sangat bagus

    05/06

      0
  • avatar
    MardhiaMarsya

    iya lebih kurang begini lh hidupku nyatanya... pas bgt namanya juga sama marsya cowoknya aja lain namenya

    29/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất