logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

7. Digerebek Petugas

"Baik Pak. Terima kasih informasinya."
Hazan menutup telepon. Wajahnya tegang dan pucat. Ia baru saja mendapat kabar dari laboratorium rumah sakit.
Wajahnya yang pucat tidak bisa ia sembunyikan dari keluarga. Hari ini adalah tepat hari ke tiga setelah kepergian Yerin. Hazan dan keluarga menggelar pengajian setiap habis Isya di sini.
"Ada apa, Dek?" tanya Mbak Zahra.
"Tadi pihak laboratorium rumah sakit telpon, Mbak."
"Soal apa?" tanya Mbak Zahra penasaran.
"Mbak, boleh bicara di kamar sebentar? Di sini ada banyak keluarga. Aku nggak enak kalau sampai mereka tahu."
Hazan bisik-bisik di telinga Mbak Zahra.
Mereka memutuskan untuk saling bicara di dalam kamar. Semua itu demi kepentingan bersama.
"Yerin positif covid-19 Mbak," ujar Hazan.
Refleks Mbak Zahra langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak menyangka penyebab kemarin adik iparnya lantaran terinfeksi virus yang baru saja masuk ke Indonesia.
"Kok bisa? Bukannya kemarin hasil rapid non reaktif. Mungkin hasil Yerin tertukar dengan orang lain, Dek."
Mbak Zahra mencoba menyangkal. Ia yakin tidak mungkin adik iparnya meninggal disebabkan virus. Mbak Zahra tahu jika adik iparnya bukan perempuan yang hobi jalan-jalan. Yerin hanya keluar jika memang ada hal penting saja.
"Nggak salah, Mbak. Mbak masih ingat, hasil diagnosa dokter kemarin? Dokter bilang kemungkinan ada infeksi virus karena di dalam paru-paru Yerin ditemukan banyak flek. Sekarang hasil swab sudah sudah keluar dan positif".
Mereka berdua diam terpaku. Begitu banyak pertimbangan di dalam pikirannya. Setelah sibuk dengan pikirannya masing-masing, mereka melanjutkan diskusi lagi. Tidak ada waktu lagi, sebab sebentar lagi para tamu akan datang dan pengajian segera dimulai.
"Lalu apa langkah kamu selanjutnya?"
"Entahlah, Mbak. Aku bingung. Satu orang dinyatakan positif, sudah pasti semua yang ada di rumah ini termasuk ODP (Orang Dalam Pantauan)," ujar Hazan.
"Mau nggak mau kamu harus beritahu keluarga besar, Dek. Terlepas apapun respon mereka. Yang terpenting kamu sudah menyampaikan apa adanya. Kamu tenang aja. Mbak dan kakakmu yang lain pasti akan mendukung. Ibu dan bapak pun pasti sama. Yerin perempuan baik, pasti semua ini diberi kemudahan."
Setelah berdiskusi agak lama, akhirnya Haza dan Mbak Zahra kembali bersama keluarga.
Pengajian malam ini langsung dipimpin oleh Bapaknya Hazan. Ia adalah Ustadz Rosyid. Beliau merupakan tokoh masyarakat sekaligus ustadz sepuh yang ada di sini.
Rumah Hazan dan orang tuanya tidak terlalu jauh. Selain itu Ustadz Rosyid sendiri yang ingin memimpin pengajian almarhumah menantunya.
Senandung bacaan Al Quran telah dimulai. Tiba-tiba tiga orang laki-laki tegap dengan pakaian berseragam datang dengan mengucapkan salam.
***
Hazan telah bersama ketiga lelaki tegap berseragam itu. Ia berada di teras rumah Mbak Sarah. Rumah Mbak Sarah terletak persis di samping rumah Hazan.
Ia terpaksa tidak ikut pengajian 3 hari demi menemui petugas yang tiba-tiba datang.
Entah karena apa tiba-tiba petugas ini telah berada di sini.
"Bapak Hazan kami adalah orang ya g bertugas menjaga kemanan warga sekitar. Salah satu diantara kami pun berasal dari kepolisian. Barusan kami mendapatkan kabar dari dinas kesehatan bahwa Ibu Yerin positif covid-19. Benar bukan Pak?"
Jantung Hazan berdegup lebih kencang dari biasanya. Informasi ini sampai secepat kilat. Belum juga ia bicara kepada keluarga dan melaporkan kepada RT RW setempat. Petugas sudah mengetahui dan langsung mendatangi rumah duka.
Penyebaran covid-19 semakin hari memang semakin masal. Hazan memaklumi jika para petugas bekerja secepat mungkin. Tidak ada yang mau terkena covid-19 apalagi sampai kehilangan keluarganya. Hazan sudah merasakan hal itu.
"Iya betul, Pak. Maaf sebelumnya, Pak. Saya juga baru saja menutup telpon dari pihak rumah sakit. Nggak lama setelah itu, bapak sudah ada di sini," jawab Hazan.
"Iya, Pak. Kami memang mengetahui ini lebih dahulu. Kami harus bergerak cepat Pak. Kami khawatir jika tidak bergerak cepat, penyebaran covid-19 akan lebih masif lagi."
Hazan terdiam. Ia menunggu para petugas itu melanjutkan ucapannya lagi.
"Jadi kami meminta kepada Pak Hazan untuk membubarkan pengajian malam hari ini. Supaya standar proses kesehatan bisa dilaksanakan dengan baik. Kemudian satu lagi Pak, kemungkinan beberapa hari ke depan dinas kesehatan akan kemari. Untuk tracking bagi yang pernah berinteraksi dengan almarhumah. Sementara ini kami menghimbau kepada Bapak dan keluarga untuk isolasi mandiri di rumah,” titah laki-laki berbadan tegap itu.
"Saya mohon maaf sebelumya Pak. Pengajian sudah berlangsung. Tidak etis rasanya jika langsung dibubarkan. Setelah pengajian ini selesai, saya akan minta bantuan keluarga untuk dibubarkan. Bapak tenang saja. Mudah-mudahan tidak ada cluster covid baru setelah acara ini". Ujar Hazan dengan penuh keyakinan.
Ketiga lelaki itu pun undur diri dari hadapan Hazan. Ternyata tidak semenakutkan yang Hazan bayangkan. Semua memang butuh prosedur.
Hazan sedikit menyesal mengapa ia bisa kecolongan perihal kejadian ini. Seandainya ia jauh lebih baik menjaga Yerin. Mungkin semua tidak akan berakhir seperti ini.
Sesal hanya tinggal sesal. Seberapa dalam penyesalan, tidak akan pernah mengembalikan yang hilang.
Hazan kembali bersama tamu undangan juga Bapaknya. Ia meminta agar sang Bapak yang membubarkan pengajian ini. Sebab, masyarakat di sini lebih menuruti ucapan yang lebih tua.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Beberapa tamu undangan sudah meninggalkan tempat. Mereka membawa nasi kotak dan Snack, sebagai tanda ucapan terima kasih dar keluarga yang tengah berduka.
Sementara pihak keluarga belum meninggalkan rumah Hazan. Kali ini mereka duduk melingkar. Mereka siap menerima apa yang akan disampaikan oleh Hazan.
"Mohon maaf semuanya. Mbak, Mas, sepupu dan keponakan. Saya mau menyampaikan sesuatu hal yang penting," Hazan membuka obrolan.
Semua mata tertuju kepada Hazan. Fokus ingin mendengar apa yang akan Hazan sampaikan.
"Kabar pahit ini harus saya sampaikan. Mudah-mudahan yang hadir di sini berkenan untuk menerima. Barusan saya dihubungi oleh pihak rumah sakit. Saya pun didatangi langsung oleh petugas satgas dan polisi. Kalau Yerin sebenarnya positif covid-19." Hazan mengatakan meski berat.
Suasana ramai seketika. Para keluarga sibuk dengan komentarnya masing-masing.
Ada yang terlihat gusar dari wajahnya. Ada yang biasa saja. Bahkan ada yang menatap empati kepada Hazan. Seolah memaklumi jika peristiwa ini menimpa dirinya.
Hazan sudah bisa membayangkan reaksi ini pasti akan terjadi. Apalagi terjangkit virus yang sedang merajalela saat ini merupakan sebuah ketakutan bagi setiap orang.
Kematian menjadi resiko terpahit yang harus diterima.
"Saya memohon maaf atas semuanya. Saya meminta kepada keluarga besar di sini. Besok tidak udah datang kemari lagi. Silakan untuk isolasi mandiri di rumah. InsyaAllah kami yang di sini pun akan segera melakukan swab test. Terima kasih kehadiran dan dukungan dari semuanya. Semoga dengan ini bisa membuat Yerin tenang di alam sana," ujar Hazan.
Satu per satu keluarga pamit. Meninggalkan Hazan. Rasa sepi mulai menjadi teman sejati Hazan kini.

Bình Luận Sách (84)

  • avatar
    AvikaVika

    bagus banget

    20/08

      0
  • avatar
    JayaAgung

    wkwk

    19/08

      0
  • avatar
    NaufalAsep

    ok banget

    31/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất