logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

File 2 : Hilangnya Tim Arkeolog

Tahun 2058
Suasana di Area B-Neo disibukkan oleh para robot serta suara mesin yang terus menderu. Satu tim Arkeolog yang dipimpin oleh Nyonya Rira terus melakukan penggalian pada situs kuno. Ada beberapa bagian dari penggalian yang harus dilakukan oleh manusia. Sebab sangat rentan sekali dengan kerusakan.
"Setidaknya kita sudah menemukan tujuh artefak dari penggalian ini, Nyonya Rira."
"Ya, tapi ada yang tak bisa kita bawa ke museum Tuan Artemis."
"Lalu bagaimana kita bisa...."
"Buatkan saja laporan beserta foto tempat ini, Tuan Artemis. Kurasa ini semacam tempat pemujaan jaman dahulu. Nampak sekilas dari yang sudah berhasil kita gali ini saja."
"Nyonya Rira! Aku baru saja berhasil menerjemahkan relief pada bangunan berbatu itu. Tolong ikut denganku dulu."
"Baiklah, aku akan kesana Ahmed! Tuan Artemis, kau juga harus ikut."
Nyonya Rira dan Artemis mengikuti kemana Ahmed pergi. Sampai akhirnya mereka tepat berada di depan dinding batu dengan relief aksara kuno. Ahmed membacakan untuk mereka berdua lancar tanpa hambatan.
"Jadi, ini bukan tempat pemujaan rupanya. Aku salah mengira."
"Suku kuno yang membuat tempat ini sebagai tanda bahwa, disini adalah gerbang dimensi perbatasan. Antara dunia manusia dengan dimensi lain."
"Dunia manusia dengan dimensi lain? Seperti apa itu?"
"Ah, aku kurang tahu Tuan Artemis! Kepercayaan di Nuuswantaara ini selalu mengkaitkan bahwa kita tidak hidup sendiri. Namun berdampingan dengan makhluk lain yang wujudnya tak bisa dilihat secara kasat mata."
Seorang laki-laki memanggil mereka semua yang ada di tempat itu. Suaranya kencang sekali hingga membuat Nyonya Rira, Artemis dan Ahmed mendatanginya. Termasuk anggota lain yang sempat tersebar ke area berbeda.
"Arya! Kau mengejutkan kami semua. Ada apa?"
"Ahmed! Aku menemukan kotak berisi huruf-huruf aneh ini. Apa kau bisa menerjemahkannya?"
Ahmed maju sambil memperhatikan beberapa bulatan kayu berukuran kecil yang terukir satu huruf kuno. Ia merasa belum pernah mempelajari bahasa semacam ini. Pada akhirnya, lelaki yang memiliki brewok itu menyerah dan hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku belum pernah tahu bahasa apa ini? Sangat berbeda dengan relief tadi. Tapi Nyonya Rira, ijinkan aku membawa benda yang ditemukan Arya itu. Akan kupelajari dulu."
Nyonya Rira hanya mengangguk saja. Arya lalu menyerahkan semua bulatan kayu tadi pada Ahmed dan ia membawanya ke tenda khusus. Baru saja semuanya berjalan menjauhi tempat tadi, Arya berteriak ada satu bulatan kayu yang tertinggal. Ia bergegas berlari mengejar anggota tim lainnya. Namun tiba-tiba terjadi keanehan pada tempat dimana Arya menemukan itu semua. Artemis yang menyadarinya lebih dulu langsung berteriak memperingatkan temannya itu.
"Arya! Lebih cepat lagi berlari!"
"Hah? Apa yang... aaarkh!"
Semuanya melihat Arya disedot oleh sebuah pusaran aneh yang muncul begitu saja. Situasi berubah menjadi panik, satu per satu anggota tim Arkeolog mulai disedot oleh pusaran yang semakin membesar itu. Bukan hanya orang saja, benda apapun ikut tersedot ke dalam termasuk beberapa robot. Kini tersisa Nyonya Rira dan Artemis saja disini.
"Tanganku sudah tidak kuat lagi! Aaaaargh!"
"Tidaaaak! Nyonya Riraa!"
Sekarang hanya Artemis yang mencoba bertahan disini. Tangannya terus memegang salah satu bagian bangunan kuno yang terbuat dari batu. Namun tarikan dari pusaran itu semakin kuat saja.
"Errgh! Aku juga sudah tidak kuat lagi. Atla... Eleanor... maafkan ayah... aaaaaaargh!"
Usai menelan Artemis, pusaran tadi semakin mengecil hingga akhirnya menghilang. Tempat ini menjadi sepi begitu saja. Sampai akhirnya pemerintah Nuuswantaara mengumumkan bahwa satu tim Arkeolog telah menghilang di Area B-Neo. Seluruh Tim SAR serta tim khusus dikerahkan untuk mencari mereka semua.
Sayang, semua pencarian tak membuahkan hasil. Presiden saat itu dituntut karena tak mampu mengembalikan mereka. Semua keluarga dari tim Arkeolog itu pada akhirnya menyerah juga. Mereka tak lagi menuntut pemerintah untuk mencari anggota keluarganya yang hilang. Hingga semuanya berlalu begitu saja.
***
Lima Tahun Kemudian...
"Ayah... ayah...."
"Atla! Kau kenapa? Hei, Atla buka matamu!"
"Ayaaaaaaah...! Hah? Paman Dova! Ayah... aku...."
"Kau pasti bermimpi tentang ayahmu lagi, Atla. Ayo, bangun dulu! Nah, minumlah air putih ini dulu."
Aku memberikan segelas air putih pada Atla. Wajahnya nampak pucat sekali. Sebenarnya aku kasihan dengan anak Artemis yang satu ini. Semenjak umurnya delapan tahun hingga sekarang, ia selalu bermimpi tentang Artemis ayahnya itu. Kini anak itu usianya sudah sepuluh tahun.
"Paman Dova, ayah kemanaaa? Ayah kemana, pamaan!"
"Paman tidak tahu, Atla! Kemarilah, peluk paman agar kau bisa lebih tenang."
Atla hanya menangis tersedu-sedu usai ia memelukku. Aku berusaha menenangkannya dengan mengusap punggungnya pelan. Pertanyaan yang sama dan terus berulang setiap kali ia bermimpi tentang ayahnya. Saat tangisannya mulai reda, ia akhirnya berani menatap wajahku.
"Kau sudah merasa lega?"
Atla hanya mengangguk sambil sesenggukan. Aku mencoba mengusap sisa air matanya yang masih tersisa disekitar pipinya.
"Nah, duduklah dulu disini ya. Kau lapar, Atla?"
Kembali hanya anggukan yang diberikannya padaku. Kubalas dengan senyuman singkat padanya.
"Apa yang kau lihat tadi di mimpi?"
"Ayah, tersedot masuk ke dalam sesuatu. Aku tidak tahu apa itu, paman!"
Wajahnya masih nampak sedih. Atla hanya menunduk usai mengatakan itu. Aku memintanya untuk tetap disana sebentar. Segera ku berlari keluar kamar dan nyaris saja menabrak Irana yang masuk ke rumahku.
"Astaga, kau ini! Kenapa lewat pintu belakang? Buatku kaget saja!"
"Ah, Cyborg sepertimu masih mampu untuk kaget ya?"
"Huh! Kalau aku memakai julukan Cyborg One Eye lantas aku menjadi Cyborg sepenuhnya? Aku ini tetap manusia, Irana!"
"Iya, deh! Oh, ya Atla mana?"
"Dia ada di kamarku. Sepertinya ketiduran setelah pulang sekolah tadi. Padahal katanya mau main game. Tapi tadi dia malah bermimpi buruk tentang Artemis lagi."
"Kasihan anak itu, Ibunya mencarinya terus sedari tadi. Lagipula Serenada juga sibuk dengan...."
"Eh, Paman Mata Satu sama Bibi Irana ngapain disini? Pasti lagi pacaran ya!"
"Heh! Bocil! Diam kau! Dasar ya kau ini heaaargh!"
Irana berusaha menghentikan tanganku yang nyaris memukulnya. Sikap anak Artemis dan Serenada yang satu ini menyebalkan sekali! Tidak seperti kakaknya yang kalem.
"Dova, sudahlah! Dia cuma anak kecil."
"Anak kecil tapi kurang ajar! Beraninya memanggilku mata satu."
"Kan memang kenyataannya mata paman tinggal satu. Weeek...!"
Anak bernama Eleanor itu berlari meninggalkan rumahku begitu saja sambil terus menjulurkan lidahnya. Aku berusaha mengejarnya, namun Irana menahan badanku kali ini. Sebenarnya bisa saja kutabrak dia, tapi aku tak mau berurusan dengan listrik dari tubuhnya itu. Ya, Irana juga seorang EARTHSEED Stone berelemen listrik.
"Eleanor! Kembali kau dasar ya aku akan...."
"Dova! Kau ini ya! Untuk apa sih mengejar anak kecil?"
Rasanya sudah tak tahan lagi mendengar ledekan bocah tengil ini. Anak perempuan tapi tidak ada halusnya sama sekali. Apa sih kesalahan yang diperbuat ibu dan ayahnya sampai terlahir anak semacam itu?
"Dhuak!"
"Huaaaa...! Kepalaku sakiiiit sekaliii! Huhuhu...."
"Hah? Itu suara Eleanor! Ayo, Dova!"
"Kenapa lagi? Pasti dia terjatuh!"
Irana yang berlari cepat sedangkan aku santai saja berjalan di belakangnya. Mulutku terus saja merutuk pada Eleanor. Rasakan itu, dasar bocah nakal!

Bình Luận Sách (226)

  • avatar
    O Ye Soes

    simpan.. baca nanti yg lin blim kelar bacanya

    5d

      0
  • avatar
    RamadaniIzza

    kisah moderen dan bagus👍

    9d

      0
  • avatar
    AyundaNovita

    Cerita ny sangat menarik sekali

    11d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất