logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Jubah Ungu

"Nona air mandinya sudah siap." Pelayan wisma kembali untuk membantunya bersiap mandi.
"Baiklah." Luo Ding Xiang menjawab singkat dan segera mengikuti pelayan menuju kamar mandi.
Di kamar mandi telah tersedia air panas dalam bak mandi besar yang terbuat dari kayu plum yang kuat berbentuk melingkar. Meski terdapat sebuah kolam pemandian dengan sumber air panas dari pegunungan, tetapi karena sudah hampir malam para pelayan menyiapkan air mandinya dalam bak mandi. Mengingat kamar mandi ini berdesain setengah terbuka, rasanya tidak aman dan nyaman bagi seorang gadis untuk mandi di suasana terbuka.
Pelayan membantunya melepaskan jubah dan hanfunya serta cadar tipis yang menutupi wajahnya. Pelayan yang masih belia itu menundukkan kepala tidak berani menatap wajah sang Nona yang kini terbuka tanpa penutup. Itu merupakan aturan yang diajarkan kepada semua pelayan di manor maupun Wisma Selaksa Bunga.
"Keluarlah! Aku tidak terbiasa mandi ditemani pelayan. Jika ada yang kuperlukan aku akan memanggilmu." Luo Ding Xiang mengibaskan tangannya mengusir pelayan dengan halus.
Gadis belia itu membungkukkan tubuhnya dan segera keluar dari kamar mandi. Dia berjaga-jaga di depan pintu kamar mandi bersama pelayan lain.
Luo Ding Xiang segera masuk ke dalam bak mandi yang berisi air hangat dan pengharum beraroma bunga-bunga yang semerbak. Perlahan-lahan dibasuhnya seluruh tubuhnya.
Dibenamkannya tubuhnya ke dasar bak mandi dan menikmati hangatnya air yang mengurangi rasa lelahnya. Serta aroma harum wewangian yang menenangkan pikirannya.
Luo Ding Xiang memejamkan matanya. Cukup lama dia berendam dalam posisi seperti itu. Dia sediki terganggu, ketika samar-samar telinganya menangkap bebunyian yang tidak wajar.
Ditegakkannya badannya dan memperhatikan sekeliling. Kamar mandi yang setengah terbuka dan suasana malam yang sunyi, membuatnya agak gugup.
Suara-suara itu kembali terdengar meski samar dan halus. Ditegakkannya telinganya untuk memastikan suara apakah itu.
"Desau dan denting pedang? Apakah ada pertarungan di sekitar sini?" gumamnya heran.
Luo Ding Xiang hendak memanggil pelayannya saat sesosok bayangan ungu meluncur melewati dinding pembatas dengan bagian luar wisma. Dia tersentak dan hampir berteriak namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Sosok bayangan ungu itu meluncur dan tercebur dalam bak mandinya. Luo Ding Xiang kaget bukan kepalang. Untuk sesaat dia tidak tahu harus berbuat apa.
Berteriak meminta tolong pelayan itu sama saja dengan mendapatkan masalah. Namun, membiarkan sosok asing ini bersamanya dalam bak mandi lebih membuatnya takut dan gugup.
"Diamlah! Dan jangan berbuat sesuatu yang menarik perhatian." Sosok bayangan ungu itu berbisik lemah sebelum dia menyelam kedasar bak mandi yang memang cukup luas untuk mereka berdua.
Luo Ding xiang terkesiap. Seorang pria yang tak dikenalnya berada dalam bak mandinya saat dia sedang berendam tanpa sehelai benang pun menutup tubuhnya. Wajahnya memerah dan jantungnya berdegup lebih kencang. Sungguh situasi yang tidak menguntungkan sekaligus memalukan baginya.
Luo Ding Xiang berusaha bersikap tenang, meski suasana hatinya sangat kacau. "Awal yang buruk untuk memulai kehidupan baru di ibukota," keluhnya dalam hati dengan resah.
Untuk beberapa saat dia hanya bisa terdiam tanpa bisa berbuat apapun dalam situasinya yang canggung. Beberapa sosok bayangan melintas bak burung terbang di langit malam.
Bayangan itu menghilang di balik dinding wisma. Dia tidak bisa memastikan siapa sosok bayangan itu tetapi dia bisa menduga bayangan itu ada hubungannya dengan pria berjubah ungu yang kini bersamanya di bak mandi.
"Aku rasa sudah aman. Keluarlah!" Luo Ding Xiang berucap lirih agar tidak menarik perhatian. Suara atau bebunyian sekecil apapun akan terdengar jelas di malam yang sunyi seperti saat ini.
Pria berjubah ungu itu menyembulkan kepalanya dan menatapnya dengan tajam. Sejurus tatapannya berubah menjadi kerling nakal dan menggoda.
"Aku baru mengetahui ada seorang Nona cantik di wisma tua seperti ini," ucapnya dengan nada menggoda.
"Kau! Pergilah! Aku rasa kau harus secepatnya pergi dari sini sebelum pengejarmu menyadari keberadaanmu di sini." Luo Ding Xiang hampir meledak dengan kemarahan tetapi dia meredam emosinya.
Tidak ada keuntungan baginya untuk bertindak tidak masuk akal di situasi seperti ini. Dia tidak ingin ada satu orang pun yang mengetahui insiden di kamar mandi ini. Karena itu dia memilih untuk berkompromi dengan pria berjubah ungu itu.
"Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu. Siapa namamu?" Pria itu tersenyum dan menatapnya dengan mata persiknya.
"Tidak perlu tahu siapa aku karena aku berharap ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita." Luo Ding Xiang menyilangkan tangan di dadanya yang terbuka.
Entah seperti apa wajahnya saat ini. Suatu hal yang memalukan bagi seorang wanita yang belum menikah untuk dilihat secara terbuka seperti ini oleh seorang pria yang tidak dikenalnya.
Pria itu tersenyum. Ditatapnya gadis di hadapannya itu dengan sungguh-sungguh. Seakan-akan sedang berusaha menyimpan setiap inci dari wajah sang gadis dalam ingatannya agar tidak terlupakan selamanya.
Luo Ding Xiang menundukkan kepalanya saat mereka bertemu pandang. Dalam adat dan tradisi mereka, sepasang insan beda jenis tidak diijinkan untuk bertatap muka apalagi berada dalam situasi seperti yang dialaminya saat ini.
"Tatap aku. Suatu saat nanti aku yakin kita akan bertemu lagi." Pria itu meraih dagunya dan memaksanya untuk menatapnya.
Luo Ding Xiang mendongakkan kepalanya dengan terpaksa.
"Xiang'er ada saat-saat kita tidak boleh menunjukkan perasaan takut dan kekhawatiran kita di depan siapa pun. Karena itu akan memperlihatkan kelemahan kita." Ucapan Selir Yu terngiang kembali di telinganya.
Selir Yu mengucapkannya saat dia ketakutan melihat seekor anjing liar yang hampir menggigitnya. Selir Yu melemparkan sebuah batu yang cukup besar pada anjing liar itu dan berdiri di depannya tanpa rasa takut. Anjing yang pada awalnya menggeram dengan marah, sepertinya menciut nyalinya dan akhirnya pergi meninggalkan mereka.
"Aku tidak boleh terlihat takut dan lemah di depan pria tak bermoral ini," bisiknya dalam hati.
Luo Ding Xiang membalas tatapan nakal pria di hadapannya. Dia tertegun saat menyadari pria itu ternyata cukup tampan dengan mata persiknya yang sesekali berkilau nakal.
Mereka bertatapan cukup lama. Tanpa kata dan tanpa gerakan. Tanpa sadar mereka saling mengingat wajah yang ada di hadapan mereka.
"Aku harus pergi." Pria itu tiba-tiba bergerak dengan cepat. Tangannya terulur menyentuh rambut Luo Ding Xiang dan secepat kilat dia meninggalkannya.
Luo Ding Xiang tak berkedip menatap bayang jubah ungu itu hingga menghilang di balik dinding wisma. Dia mendesah lega setelah pria berjubah ungu meninggalkan kamar mandi dan menghilang entah kemana.
"Nona, apakah kau baik-baik saja?" Tiba-tiba terdengar suara Qin'er di susul ketukan pintu kamar mandi yang cukup keras.
Luo Ding Xiang terkejut dan segera beranjak dari bak mandi. Dikenakannya jubah seadanya dan segera membuka pintu kamar mandi.
"Nona?" Qin'er ternganga melihat nonanya berdiri di depan pintu dengan tubuh gemetar dan penampilan yang acak-acakan.
"Apa yang terjadi padamu Nona?" Qin'er segera membantunya.
Dipapahnya Luo Ding Xian untuk duduk di bangku di sudut kamar mandi. Diambilnya kain bersih dan kering dan diusap-usapnya rambut sang nona untuk mengeringkannya.
"Kenapa kalian diam saja? Tidakkah kalian melihat nona kedinginan? Mintalah ke dapur wisma, teh jahe dan gula merah!" Perintah Qin'er dengan tegas kepada dua pelayan wisma yang mengikutinya.
"Baiklah!" Mereka berdua mengangguk dan segera berlari ke dapur wisma untuk melaksanakan perintah Qin'er.
"Nona apa yang terjadi? Kenapa Anda berada di kamar mandi begitu lama?" Qin'er memberondongnya dengan pertanyaan karena mencemaskannya
"Tidak ada apa-apa. Aku terlalu lama berendam di bak mandi. Itu membuatku merasa lemas dan kedinginan." Luo Ding Xiang terduduk lemah.
"Apa yang terjadi?" Ibu Chin setengah berlari diiringi dua pelayan yang membawa teh jahe dan gula merah.
"Tidak apa-apa Ibu, aku hanya terlalu lama berendam di bak mandi," sahutnya dengan suara yang masih gemetar.
"Apa yang kalian lakukan? Bukankah kalian harus menemani dan menjaga Nona saat sedang mandi?" Ibu Chin menatap tajam kepada dua pelayan yang bertugas melayani Luo Ding Xiang mandi.
Kedua pelayan itu menundukkan kepala dengan takut. Mereka tidak berani membantah atau pun membela diri.
Setelah menyesap teh jahe hangat, Luo Ding Xian merasa lebih baik.
"Ibu Chin, ini bukan kesalahan mereka. Mungkin karena kelelahan aku tertidur saat berendam," ungkapnya dengan sedikit menyesal.
"Kalian beruntung tidak terjadi sesuatu hal pada Nona. Lain kali aku tidak akan mengampuni kalian." Ibu Chin mengomeli keduanya.
Luo Ding Xiang tersenyum melihatnya. Setelah merasa lebih baik, dengan dipapah Qin'er dan diiringi beberapa pelayan, dia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Bình Luận Sách (208)

  • avatar
    Maleficent Yeti

    syabas author...jalan cerita yg menarik dan tidak membosankan... teruskan berkarya.

    16/06/2022

      0
  • avatar
    Nabbb

    bagusss bgtt

    11d

      0
  • avatar
    SriantiniCika

    𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛

    15d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất