logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Lady Dandelion

Lady Dandelion

palupisekar20


Chương 1 Insiden Di Perbatasan

Angin musim gugur bertiup sedikit lebih kencang di hari yang tertutupi mendung. Sebuah kereta berhenti di depan pos penjagaan gerbang ibukota. Bersama dengan kereta-kereta yang lain ikut menunggu giliran untuk melapor agar bisa memasuki ibukota Luoyang.
Kereta berukuran sedang dengan desain biasa saja, sama sekali tidak menonjol di antara beberapa kereta yang terlihat lebih besar dan mewah. Bahkan beberapa kereta nampak berhiaskan simbol yang menunjukkan milik keluarga ternama di ibukota.
Seorang pelayan membuka tirai jendela kereta dan melongokkan kepalanya untuk melihat situasi di luar. Gadis pelayan itu memandang berkeliling dan mengamati situasi dengan seksama.
"Nona, hanya ada dua kereta di depan kereta kita. Sebentar lagi giliran kita untuk melapor dan kita bisa segera memasuki ibukota." Gadis pelayan itu melaporkan hasil pengamatannya pada Nonanya.
"Baiklah. Katakan pada A Long untuk tidak terburu-buru." Sang Nona menyahut dengan lembut namun tegas.
Gadis pelayan itu mengangguk dan kembali membuka tirai jendela kereta. Kali ini dia berbicara pada kusir kereta dan menyampaikan perintah sang Nona. Kusir kereta mengangguk mengerti dan menghela tali kekang kuda pelan untuk membuat hewan itu kembali berjalan.
Satu persatu kereta yang berderet di depan pos penjagaan diperiksa dengan teliti oleh oleh para prajurit yang sedang bertugas. Meski keadaan ibukota dan negara aman-aman saja tapi para pasukan penjaga ibukota tidak mengendurkan pengawasan mereka.
Bukan saja mengantisipasi kegiatan mata-mata atau pun penyusupan tetapi juga mencegah terjadinya kegiatan ilegal yang dapat merugikan rakyat dan negara.
Dalam beberapa dekade ini negara memang cukup aman dan stabil. Keadaan perekonomian pun semakin membaik pasca beberapa peristiwa yang sempat membuat kondisi negara kocar-kacir.
Kekacauan akibat peralihan dinasti dan kekuasaan yang terjadi beberapa waktu yang lalu berangsur-angsur mereda. Kondisi mulai membaik meski tidak seutuhnya seperti semula.
"Nona, sekarang giliran kita. Persiapkan surat perjalanan Anda untuk diperiksa." Kusir kereta melapor pada majikannya dan turun dari kereta.
"Baiklah." Gadis pelayan itu yang menyahut dan kemudian ikut turun dari kereta.
Bersama sang kusir dia segera menemui Kepala Penjaga yang tengah mengawasi pemeriksaan.
"Minggir, minggir! Nona Luo hendak melapor!" Tiba-tiba seorang gadis pelayan ditemani seorang penjaga merangsek mendahului mereka berdua.
"Hei, bisakah Anda menunggu setelah kami melapor?" Gadis pelayan tadi menegur gadis pelayan yang baru saja tiba.
"Apa kau tahu siapa nonaku? Dia putri Jenderal Besar Luo. Biarkan kami melapor lebih dahulu." Gadis pelayan itu menatap angkuh gadis pelayan yang menegurnya.
"Oh, jadi nonamu adalah putri jenderal Luo? Tuan Penjaga, apakah dibenarkan dia mendahului antrian hanya karena dia putri seorang jenderal?" Gadis pelayan itu bertanya dengan heran pada kepala penjaga.
"Nona, kembalilah pada nomor antrianmu. Ini tidak akan memakan waktu lama." Kepala Penjaga mengibaskan tangannya meminta gadis pelayan putri sang jenderal untuk kembali mengantri.
"Kepala Penjaga, kau tahu siapa nonaku bukan? Membuatnya tidak senang sama saja membuat Jenderal Luo tidak bahagia. Apa kau bisa menanggungnya?" Gadis pelayan itu tetap pada pendiriannya untuk mendahului antrian.
"Apa kau mengancamku? Kau pikir kau siapa? Kembalilah! Nona, mana surat perjalananmu?" Sang Kepala Penjaga tidak lagi menggubrisnya.
Gadis pelayan itu sangat marah. Dihentakkannya kakinya dan dengan kesal dia kembali menuju kereta nonanya. Sebuah kereta besar nan mewah dengan lambang khas milik keluarga Luo terpatri di salah satu dindingnya.
Sementara gadis pelayan yang bersitegang dengannya menunjukkan surat perjalanan dan membiarkan para penjaga memeriksa isi kereta.
"Luo Ding Xiang? Apakah kalian dari Manor Jenderal Luo juga seperti gadis tadi?" Kepala Penjaga mengerutkan keningnya saat memeriksa surat perjalanan milik sang pelayan tadi.
"Kami dari Jiangnan. Tujuan kami memang Manor Keluarga Luo." Gadis pelayan itu menjelaskan.
"Jiangnan? Apakah yang kau maksud Tuan pertama keluarga Luo? Luo Han Shi?" Kepala Penjaga menyipitkan matanya menatap sang pelayan.
"Benar Tuan. Tetapi hanya ada Nona Luo Ding Xiang, putri tunggal Tuan Luo Han Shi, dan Tuan Muda Luo Han Guo." kembali Gadis pelayan itu menjelaskan.
"Aku mengerti. Aku turut menyesal atas apa yang terjadi pada tuanmu." Kepala Penjaga memberikan surat perjalanan yang telah diperiksa dan diberi stempel.
"Terima kasih Tuan Penjaga." Gadis pelayan itu menerima surat perjalananya dan bergegas kembali ke kereta setelah memberi hormat kepada Kepala Penjaga.
"Berhenti!" Sebuah teriakan menghentikan langkah gadis pelayan tadi. Dengan bingung gadis pelayan itu mencari sumber teriakan tadi.
Rupanya gadis pelayan yang tadi bersitegang dengannya kembali lagi. Kali ini dia ditemani pelayan lainnya dan sepertinya sang Nona pun ikut turut.
"Apakah Anda memiliki keperluan dengan saya?" Gadis pelayan tadi mengurungkan langkah kakinya yang hendak menaiki kereta.
Dia membungkuk dengan sopan pada gadis yang berdiri paling depan. Seorang gadis yang diduganya adalah sang majikan. Menilik gaya berbusananya yang elegan dan mewah, jelas terlihat dia berasal dari keluarga terpandang. Meski sedikit jengkel dengan sikap pelayan tadi tetapi dia tidak mengabaikan etiketnya sebagai seorang pelayan.
"Siapa nonamu? Aku ingin bertemu dengannya? Apa dia tidak bisa mengajarimu etiket dan sopan santun?" Nona Muda itu berbicara dengan angkuh.
"Maafkan saya Nona. Tetapi saya rasa dalam hal ini tidak ada masalah diantara nonaku dan Anda. Begitu juga dengan saya dan pelayan nona." Gadis pelayan itu berbicara dengan lembut, sopan namun tegas.
Dia menundukkan kepalanya karena mengingat posisinya yang hanya seorang pelayan. Namun, sorot matanya memancarkan kepercayaan diri yang kuat.
"Kurang ajar! Sejak kapan seorang pelayan berbicara tidak sopan seperti itu padaku? Kau harus diberi pelajaran rupanya!" Nona Muda itu sangat marah mendengar ucapan gadis pelayan itu.
Ditamparnya gadis pelayan tadi dengan keras. Hal itu menarik perhatian para penjaga juga beberapa pemilik kereta yang tengah diperiksa. Beberapa penjaga segera mendatangi mereka.
Gadis pelayan tadi menangkup pipinya yang baru saja ditampar dengan telapak tangannya. Matanya tampak berkaca-kaca. Dia sedikit kebingungan, karena merasa tidak berbuat sesuatu yang salah.
"Ada apa ini? Jangan membuat keributan di sini. Masih banyak kereta yang belum diperiksa. Kalian tidak diijinkan untuk menganggu pemeriksaan!" Salah seorang penjaga menegur mereka dengan tegas.
"Prajurit, jaga sikapmu! Dia adalah Nona Luo, putri jenderal Luo. Apa kau berani melawannya?" Gadis pelayan yang sedari tadi berada di belakang sang Nona kini bersuara dengan angkuhnya.
Prajurit penjaga tadi berdecak dengan kesal. Para nona muda ibukota kerap membuatnya sakit kepala. Baginya tidak peduli siapa pun itu asalkan bukan dari keluarga kerajaan tidak akan membuatnya takut.
"Dengarkan aku Nona! Hampir semua kereta yang diperiksa hari ini merupakan milik keluarga ternama. Tidak ada hak istimewa bagi siapa pun untuk membuat keributan disini sekali pun itu putri seorang jenderal! Kembalilah ke keretamu dan tunggu giliranmu!" Prajurit penjaga itu berbicara dengan keras.
"Kau!" Nona muda tadi mengangkat jarinya dan mengacungkan jari telunjuknya pada sang prajurit.
Dengan kesal Nona Muda itu berbalik kembali ke keretanya di ikuti kedua gadis pelayannya. Meninggalkan gadis pelayan yang ditamparnya begitu saja.
"Tuan prajurit terima kasih." Gadis pelayan itu membungkuk dengan sopan pada sang prajurit.
Prajurit tadi hanya menganggukkan kepalanya dan segera kembali memeriksa kereta-kereta yang berderet panjang di pintu gerbang ibukota.
Perlahan-lahan kereta kembali bergerak dan memasuki pintu gerbang dan meninggalkan kerumunan di pos penjagaan. Kusir kereta memacu kudanya dengan kecepatan sedang. Mereka memang tidak terburu-buru untuk sampai di manor tujuan mereka.
Toh mereka telah melakukan perjalanan panjang yang lebih melelahkan daripada hanya sekadar menunda sedikit waktu untuk sampai di tempat tujuan
Kereta yang sederhana ini membawa Nona Muda Luo Ding Xiang , putri tunggal Tuan Luo Han Shi yang merupakan pejabat ibukota yang ditugaskan di Jiangnan. Tuan Luo dan istrinya menjadi korban pandemi yang melanda Jiangnan. Kini putri tunggalnya kembali ke ibukota Luoyang untuk meminta perlindungan dari rumah utama keluarga Luo.
Luo Ding Xiang, tahun ini genap berusia enam belas tahun. Usia yang bisa dikatakan menjelang dewasa. Namun, tidak cukup dewasa untuk menjalani kehidupan mandiri tanpa perlindungan sebuah keluarga.
Bersama adiknya, yang merupakan putra dari selir sang ayah, dia menuju ibukota meski jauh di lubuk hatinya ada banyak keengganan untuk meninggalkan kota kelahirannya, Jiangnan.
Di awal musim gugur yang cukup dingin, mereka tiba di ibukota. Kehidupan baru di ibukota telah menanti mereka. Sebuah kehidupan yang jauh berbeda dari kota asal mereka.

Bình Luận Sách (209)

  • avatar
    Maleficent Yeti

    syabas author...jalan cerita yg menarik dan tidak membosankan... teruskan berkarya.

    16/06/2022

      0
  • avatar
    Spencer Quain

    seru

    46m

      0
  • avatar
    Nabbb

    bagusss bgtt

    11d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất