logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Boleh Kenalan Nggak

Sementara Adrian yang sejak tadi bersama dengan gadis cantik itu, kini duduk di bawah pohon beringin. Tidak ada yang tahu dia sampai di sana dengan naik apa? Sedangkan tangannya masih membawa tisue untuk mengelap bibirnya yang kotor bekas soto di warung tadi. Terlihat dari rona wajahnya berseri melihat pohon beringin yang besar. Gadis yang bersamanya juga nampak makan soto di sana dengan lahap. Keringat terlihat menetes di dahi, dan bibirnya yang merah berkali-kali maju dan berdesis kepedesan sambal.
Adrian terlihat serius sambil tersenyum melihat ke arah gadis itu. Sering kali tangannya mencoba bergerak maju ke dekat gadis itu, tetapi selalu diurungkan saat gadis itu sudah mengelap keringat dengan tangannya. Berada berdua dengan angin sepoi yang mulai datang, daun pohon beringin yang berguguran tidak membuat Adrian tersadar. Dia terus saja melihat ke arah gadis cantik itu dengan sesekali mulutnya ikut berdesis.
“Kepedesan ya? Mau minum?” ucap Adrian tanpa kedip menatap gadis cantik.
“E ... enggak, nanti aja! Gue habiskan dulu, ini enak sekali sotonya! Mantap! Lu tadi dah makan sotonya, kan?" ucap gadis itu tanpa melihat ke arah Adrian yang sedang asyik menatap ke arahnya seraya menganguk.
"Emm ... boleh kenalan nggak, Neng?"ucap Adrian sambil mengangkat tangan untuk minta jabat tangan.
Akan tetapi gadis itu tidak memperdulikan, bahkan dia terus saja makan dan menghabiskan satu mangkok soto ayam. Sesekali menyeka keringat dan mengelap dahi dengan tangannya, terkadang dengan baju yang dia kenakan. Membuat parasnya yang cantik terlihat polos tanpa riasan apa pun itu terlihat seksi di mata Adrian. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Adrian, bahkan keadaan sekeliling yang kotor tidak dia hiraukan sama sekali. Hingga beberapa menit berlalu, soto sudah habis ludes tak bersisa. Gadis itu kembali duduk berjejer dengan Adrian dengan tangan diremas di pangkuannya.
“Lu tadi nanya apa? Mo kenalan ama gue? Ada syaratnya.”
“Apa?” Tatapan Adrian semakin tak berkedip. Perasaannya sudah tertarik dengan gadis yang sekarang duduk tepat di hadapannya.
“Lu tahu enggak, kalo daerah sini itu angker? Lu nggak takut gitu, berkenalan ama gue?” ucap gadis itu tanpa menoleh sedikit pun ke Adrian. Sedangkan Adrian hanya tersenyum melihatnya. Bahkan duduknya dia geser lebih mendekat ke arah gadis itu. Dia bahkan tidak perduli jika yang dipakai alas adalah tanah yang belum kering dan ada kotoran burung. Jauh berbeda saat dia bersama dengan Wandi, temannya yang justru masih duduk pada tanah yang tidak ada kotoran burungnya.
“Enggak, gue gak merasa apa-apa tuh, gimana? Boleh nggak kenalan? Gue Adrian setiap hari lewat sini. Ngomong-ngomong rumah lu di mana? Sepertinya kagak liat rumah sekitar sini. Atau jangan-jangan lu bohongin gue? Tak apalah asalkan bisa kenalan ama elu udah cukup.”
Adrian menoleh ke sekeliling, dan kembali menatap gadis cantik yang mulai menguap berkali-kali. Terlihat dia menahan kantuk dengan mengerjapkan mata dan menguceknya berkali-kali. Gadis dengan rambut panjang kepang dua itu kemudian memutar tubuhnya menghadap Adrian dengan jarak satu meter.
“Itu, lu liat arah sana! Gue biasa di panggil dengan nama Hesta, setiap hari mainnya di sini, kagak punya temen sih.” Matanya mulai mengerling manja ke arah Adian yang tidak lepas melihat wajahnya.
“Oh, Hesta nama elu? Cantik ....”
“Hahaha ... ada aja lu ini. Mana ada gadis hutan yang cantik, mata udah rabun kali? Oh ya mau kemana? Oh, ya, mau ke mana? Jangan bilang lu kabur dari rumah!” obrolan mulai mencair, mereka bercanda sesekali saling menepuk bahu atau tangan bahkan sesekali mencubit dan tertawa terpingkal-pingkal.
"Tadi sepertinya ngantuk?"
"Hehehe ... enggak jadi, batal kantuknya."
Adrian tidak menyadari jika jika sudah berada lama sekali di bawah pohon beringin hingga bayangan pohon, sama persis di bawahnya. Kedua anak muda itu tidak menyadari jika pohon beringin sesekali bertiup dan merontokkan daunnya meskipun tidak ada angin. Jika orang lain melihatnya, pasti sudah berpikiran lain. Lalu lalang kendaran yang lewat tidak mereka pedulikan.
“Lu sekolah di mana? Boleh dong besok gue jemput.”
“Kagak sekolah, mana ada gadis hutan sekolah.”
Tiba-tiba terdengar suara serak memanggil nama gadis itu.
“Hesta, lu di mana?”
Hesta dan Adrian seketika menoleh. Nampak kakek tua yang tadi pagi menemui Adrian dan Wandi datang masih dengan mengenakan kaos singlet dan celana pendek selutut yang sudah sobek bagian bawah. Dia datang menghampiri kedua anak beda jenis dan menatap tajam ke arah Adrian. Kakek yang datang dengan membawa botol air, segera mendekat kearah Adrian yang baru saja berdiri bersama dengan Hesta.
“Lu lagi? Napa ke sini? Udah gue bilang jangan ke sini lagi! Tetap aja bandel, gue gak mau nanggung kalau terjadi sesuatu dengan elu.” Kakek menatap tajam pada Adrian yang duduk tak jauh dari Hesta.
“Kakek ini kenapa ya? Ada masalah dengan Adrian? Dia teman Hesta yang baru Kek. Memangnya kalian sudah saling kenal? Kakek nggak asyik banget, nggak suka cucunya dapet teman main,” ucap Hesta dengan wajah cemberut dan bergerak maju di depan Adrian. Dia segera berdiri di hadapan Adrian menghalangi kakek yang mendekatinya. Nampaknya dia sudah nyaman berteman dengan cowok ganteng yang di temui di warung tadi.
“Bukan begitu Hesta, lu tahu dia laki-laki? Nggak pantes teman ama elu, mending cari teman cewek itu aja. Lagian ini udah siang, kenapa kalian nggak pada pulang ke rumah. Kasihan Emak udah nunggu dari tadi.”
“Hesta udah pamit kog tadi, nggak mungkin dicariin. Kakek ngapain di sini? Ganggu aja.”
Adrian yang sejak tadi hanya jadi penonton akhirnya maju berdiri sejajar dengan Hesta dan memegang tangan gadis itu. Tetapi Hesta menolak dengan pelan dan menepisnya. Hal ini tentu saja membuat Adrian kaget, namun berusaha untuk tersenyum ke arah gadis yang sudah membelanya. Gadis cantik yang sudah menarik perhatian sejak pagi di warung, hingga melupakan temannya. Bercanda sejak pagi hingga tidak terasa waktu sudah beranjak siang, buat Adrian yang tak pernah dekat dengan cewek pasti sesuatu sekali.
Baru saja akan membuka mulut untuk bicara, tiba-tiba Adrian merasakan gelap dan tidak ingat apapun. Tubuhnya tergeletak di tanah yang sudah mulai kering dan penuh dengan kotoran burung dan daun. Adrian sendrian sementara kakek dan Hesta sudah menghilang dari tempat itu.

Bình Luận Sách (415)

  • avatar
    JayaAdi

    Adi jaya

    2d

      0
  • avatar
    Wayu Tedo

    cukup menarik

    8d

      0
  • avatar
    habibimuhamad

    bagus ceritanya nyambung

    9d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất