logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Mencari Dennis

05
Pagi ini seperti biasanya, Ray menyiapkan sarapan untuk Dennis dan Ayahnya sebelum berangkat ke sekolah. Rutinitas yang selalu Ray lakukan.
"Apa kau menghilangkan ponsel mu?" tanya Davin yang sedang duduk di meja makan sambil menyantap sarapannya.
"Maaf Ayah. Aku--"
"Kau itu ceroboh sekali. Apa kau pikir membelinya tidak dengan uang." ucap Davin. Dia bahkan tidak mendengarkan penjelasan dari Ray.
"Kakak bisa menggunakan ponsel Dennis." ucap Dennis kepada Ray.
"Biarkan saja, kenapa kau malah memberikan ponselmu. Bukankah Dia bekerja. Dia bisa membelinya lagi." ucap Davin. Begitulah Davin. Dia selalu bersikap berbeda kepada Ray.
"Iya." jawab Ray.
Setelah sarapan, mereka berdua berangkat ke sekolah. Saat baru sampai di sekolah, guru memanggil Ray ke ruang guru.
"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya sang guru.
"Ya saya baik baik saja." jawabnya.
"Ini kartu pelajarmu. Bagaimana kamu bisa meninggalkan rumah sakit kalau kondisimu sedang tidak baik."
"Maaf Bu, tapi siapa yang mengantar kartu pelajar ini kemari?" tanya Ray.
"Orang kepercayaannya, beliau hanya bilang kalau kamu yang sudah menyelamatkan nyawa bosnya. Jelas guru Ray.
"Dan ya, kamu bisa menghubungi nomor ini. Bukankah ponselmu hilang." Guru itu memberikan Ray kartu nama orang yang sudah mengembalikan kartu pelajarnya karena orang itu ingin Ray, menemuinya..
"Dia ingin kamu menemuinya." lanjut guru itu"
"Iya Bu."
Ray memang bukan terlahir anak orang kaya tapi Dia lumayan populer di sekolah.
Dia tampan, pintar dan jago dalam beberapa olahraga, seperti menjadi kapten di Tim basket sekolah, Dia juga jago Taekwondo dan beberapa kali memenangkan cerdas cermat antar sekolah.
Dia sering mengikuti lomba dan tak jarang Ray selalu membawa nama baik sekolah ke ajang yang dia ikuti.
Walau sekarang Dia sudah duduk di kelas 3 tapi Dia tetap aktif menjadi kapten Tim basket di sekolahannya.
Dennis sendiri juga aktif seperti kakaknya, Dia tidak kalah pintarnya dengan Ray. Hanya saja Dennis lebih suka mempelajari hal yang berbau seni, seperti musik dan dance.
Secara akademis Dennis dibawah Ray, walaupun begitu nilai Dennis tidak pernah mengecewakan karena Ray selalu membantu Dennis untuk belajar..
Meskipun tubuhnya terasa sakit, Ray tetap bermain basket, salah satu hal yang selalu Ray lakukan saat hatinya sedang gundah.
Dia bermain basket di temani oleh Darrel di tengah lapangan saat seseorang menghampirinya.
"Ray, ini untukmu." ucap seseorang sambil memberikan kotak makan siangnya kepada Ray yang baru selesai bermain basket.
"Bisakah lain kali kau tidak memberiku hal seperti ini." ucap Ray sambil berjalan pergi meninggalkan gadis itu.
"Ray, kau jahat sekali." ucap Darrel yang mengikuti Ray.
Darrel tidak sengaja melingkarkan tangannya ke pundak Ray dan membuatnya sedikit menahan sakit karena tangan Darrel.
"Apa masih terasa sakit?" tanya Darrel.
"Jelas sakit. Kau ingin merasakan dipukul." ucap Ray.
"Kau benar benar jahat sekali kepadaku Ray." jawab Ray menggoda Dennis.
"Kak." panggil Dennis yang berjalan menghampiri Ray dan Darrel yang sedang berteduh di pinggir lapangan.
"Ada apa?" jawab Ray.
"Kak, guru meminta Ayah segera melunasi biaya sekolah." ucapnya.
"Apa kamu sudah mengatakan ini kepada Ayah? tanya Ray.
"Sudah, Ayah bilang belum ada uang tapu guru memberiku waktu 3 hari untuk melunasinya."
"Biar aku yang menemui gurumu nanti." ucap Ray.
"Bolehkan aku bekerja sepertimu kak? Temanku menawariku pekerjaan. Bayarannya lumayan untuk satu malam saja." ucap Dennis.
"Memang pekerjaan apa?" tanya Darrel.
"Tidak. Kamu tidak perlu bekerja. Kakak sudah ada uang untuk membayar biaya sekolahmu."
"Tapi kak--"
"Tidak bisakah kau menurut apa yang aku bicarakan?" tegas Ray. Dia tidak ingin Dennis membantahnya.
"Baiklah.."
Walau Ray sudah melarang Dennis untuk bekerja, Sepulang sekolah Dennis tetap menerima tawaran dari temannya itu tanpa sepengetahuan Ray.
Menurut Dennis hanya mengantarkan barang ke alamat yang di tuliskan saja tidak akan sulit.
Jadi setelah pulang sekolah, Dennis mengantarkan sekotak entah apa isinya ke sebuah rumah.
Rumah itu besar sekali, seorang penjaga menyuruhnya untuk masuk karena Dennis disuruh untuk memberikan kotak itu langsung kepada tuan mereka..
Karena Dennis tidak tau isi dari kotak itu, Dia bingung saat beberapa orang berusaha memegangi nya saat Dennis baru menyerahkan kotak itu.
"Siapa yang menyuruhmu mengirimkan benda itu?" tanya salah satu penjaga.
"Aku hanya di suruh oleh temanku." jawab Dennnis.
"Siapa temanmu itu? Kau tidak boleh keluar dari sini sebelum mengatakan siapa yang mengirimkan kotak itu kemari." ucap penjaga itu lagi.
"Aku akan menghubunginya." ucap Dennis. Dia mencoba menghubungi nomor temannya itu tapi nomor ponselnya tidak aktif.
"Kau ingin membodohi kita? Katakan siapa yang menyuruhmu." tanya penjaga itu dengan tegas.
 
Ray sedang menunggu Dennis, Dia bilang akan menemuinya setelah bermain bersama temannya..
Kalau saja Ray tidak kehilangan ponselnya, Dia pasti akan coba menghubungi Dennis sekarang.
"Kak, bisa pinjam ponselmu? Tidak biasanya Dennis telat pulang seperti ini." ucap Ray.
"Memangnya kemana Dia?" tanya Rangga.
"Dia bermain dengan temannya." ucap
Ray.
Ray mencoba menghubungi ponsel Dennis tapi tidak ada jawaban dari Dennis, membuat Ray semakin khawatir. Dia kemudian mencoba mencari ke tempat dimana Dennis sedang bersama teman-temannya tapi tidak ada juga.
Salah satu teman Dennis bilang kalau Dia sedang mengantarkan paket untuk seseorang tapi mereka tidak tahu kemana Dennis mengantarkan paket itu.
Setelah mencari tahu kemana Dennis pergi, Ray pergi ke sebuah rumah besar seperti yang teman Dennis katakan. Namun sesampainya di sana Ray tidak boleh masuk oleh penjaga gerbang rumah itu.
"Aku hanya ingin bertemu dengan adikku. Aku yakin dia ada disini." ucap Ray.
"Tidak ada siapapun di sini jadi pergilah." ucap salah satu penjaga.
"Tidak. Tolong izinkan aku masuk."
Ray berusaha masuk walau penjaga sudah melarangnya.
Dia bahkan masuk sambil memanggil nama Dennis cukup keras.
"Dennis, kau dimana." panggil Ray. Dia bahkan mencoba melepaskan pegangan yang Panjaga lakukan agar dia tidak semakin masuk.
"Kau sebaiknya pergi." ucap penjaga rumah itu.
"Lepaskan aku. Aku ingin mencari adikku." Ray masih berusaha melepaskan genggaman para penjaga yang menghalanginya.
"Aku bilang lepaskan.." ucapnya.
"Ada apa ini." ucap seseorang yang berjalan menghampiri Ray, dia di pegang oleh beberapa penjaga karena berusaha untuk masuk.
"Maaf tuan. Anak ini tiba tiba masuk. Saya akan membawanya pergi.." ucap salah satu penjaga.
"Aku hanya ingin mencari adikku. Temannya bilang Dia ada disini, lepaskan aku." ucap Ray.
"Siapa adikmu? Tidak ada siapa siapa di sini." ucapnya.
"Aku yakin adikku ada disini."
Karena Ray bisa bela diri, Dia merobohkan para penjaga yang sedang mengamankannya dan melawannya tanpa takut penjaga di rumah itu akan melawannya.
"Aku bisa lebih dari ini. Aku hanya ingin mencari adikku setelahnya aku akan pergi." ucap Ray.
"Biarkan Dia mencari adiknya." ucapnya.
"Tapi tuan."
Tak berpikir panjang, Ray segera masuk dan mencari Dennis.
Sambil sesekali memanggil nama Dennis membuat seisi rumah melihat Ray dengan tatapan bingung.
"Kak." ucap Dennis yang terkejut melihat Kakaknya ada di depannya.
Ray menghampiri Dennis yang sedang duduk di salah satu kamar sambil bermain dengan seseorang yang entah siapa itu.
"Kenapa kakak disini?" ucap Dennis.
" Kita pulang." tanya menjawab pertanyaan Dennis, Ray segera mengajak pulang Dennis.
"Aku masih ingin bermain." ucap Dennis.
"Ah ya kak, ini Kak Brian. Dan kak Brian, Dia ini kakak ku.__"
"Kenapa kau tidak menjawab teleponmu." ucal Ray. Memotong ucapan Dennis.
"Maafkan aku. Seharusnya aku bilang terlebih dulu kepada kakak."
"Aku yang menyuruhnnya untuk tinggal dan menemaniku bermain." ucap Brian.
"Bisa kita pulang sekarang." Ray kembali tidak memperdulikan apa yang di katakan Brian.
"Sebentar saja kak." rengek Dennis.
"Dennis-" panggil Ray, dari sorot matanya Ray tidak ingin di bantah.
"Iya iya kita pulang." ucap Dennis"
"Kak, maaf aku harus pulang. Lain kali kita bermain lagi." ucap Dennis kepada Brian.
" Iya tidak apa apa." jawabnya.
"Maafkan kakak ku. Dia selalu begitu, khawatir yang berlebihan." ucap Dennis sedikit berbisik.
Tadi sebenarnya Dennis mengantarkan sebuah kotak berisi beberapa camilan untuk Brian, karena terlalu bosan Brian mencoba mengerjai Dennis.
Awalnya Brian kira Dennis akan takut tapi ternyata tidak.
Dia malah asyik di ajak bicara, dan berakhir Brian mengajak Dennis untuk menemaninya bermain.
Ada banyak permainan yang Brian punya di kamarnya membuat Dennis betah berada di sana.
"Kau menemukan adikmu?" tanya sang pemilik rumah.
"Maafkan saya sudah membuat kekacauan di sini." ucap Ray.
"Tidak apa apa. Bukankah begitulah tugas seorang kakak, menjaga adiknya."
"Iya. Sebelumnya maafkan saya. Saya permisi." Ray kemudian pamit untuk pulang.
"Ahh ya, apa kamu melupakanku?" ucap pemilik rumah.
"Maksud anda?" tanya Ray yang terlihat bingung dengan pertanyaan pemilik rumah, yang sepertinya Ayah Brian.
"Apa Ayah mengenalnya?" tanya Brian.
"Bukankah kamu, Ray Damara? Anak yang lari dari rumah sakit itu?" ucap pria paruh baya itu.
"Memangnya siapa Dia, kak? Kakak mengenal tuan ini?" tanya Dennis berbisik.
Ray mulai mengingatnya dan ya, memang benar pria yang didepan nya sekarang adalah pria yang Dia tolong saat akan tertabrak sebuah mobil.
"Ahh ya aku belum sempat berterima kasih kepadamu. Kamu sudah menyelamatkan ku jadi terima kasih." ucapnya.
"Tidak apa apa tuan. Ohh jadi anda tuan Stve Roger? Maaf sebelumnya tentang kejadian waktu itu.
"Iya, tidak apa apa nak."
"Sebelum pulang makanlah dulu biar Brian menemani kalian untuk makan." ucap pria itu.
"Tidak tuan terima kasih sebelume. Tapi maaf sebelumnya saya permisi." ucap Ray.
"Siapa mereka sayang." ucap seorang wanita sambil berjalan menghampiri.
"Ah ini Ray dan ini--"
"Dia Dennis, Ayah." ucap Brian memotong ucapan Ayahnya.
"Ah ya, mereka kakak beradik."
" Ohh begitu.." ucap wanita itu.
"Apa mereka temanmu nak? Kenapa Ibu tidak pernah melihat mereka." ucapnya lagi.
"Iya mereka teman Brian."
"Apa orang tua mereka rekan kerja Ayah?"
"Bukan.."
"Mereka hanya teman yang baru Brian kenal." ucap Brian.
"Pantas saja Ibu tidak pernah bertemu dengannya. Dari penampilannya apa mereka orang tidak mampu?" ucapannya terdengar menghina sekali tapi Ray dan Dennis tetap diam.
"Mohon maaf, saya permisi dulu." ucap Ray memotong ucapan wanita itu yang tak lain adalah Ibu Brian.
"Kenapa terburu buru. Nikmati waktu kalian disini, jarang kalian bisa masuk rumah sebesar ini kan?" ucap Ibu Brian. Dia terus saja menghina Ray dan Dennis.
"Jaga bicaramu.." ucap Steve. Dia malu dengan sikap istrinya yang bersikap menghina kepada Dennis dan Ray.
Ray dan Dennis hanya diam, mereka hanya ingin segera keluar dari rumah itu.
Orang kaya selalu seperti, mereka menganggap diri mereka di atas. Namun kelihatannya hanya Ibu Brian yang bersikap seperti itu tidak dengan Steve dan Brian.
🐻
By: Nyemoetdz

Bình Luận Sách (42)

  • avatar
    aisyahUmmah nurul

    Cerita nya bagus dan menarik, jangan lupa nextt ya thorr

    02/04/2022

      1
  • avatar
    Ummi Aisy Rezky

    😍😍😍😍

    29/06

      0
  • avatar
    Carissa Vania Artamevira

    seruuu bgt ray care bgt

    17/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất