logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Eric Part 5

Sean mengendarai motornya dengan cepat, membutuhkan waktu sekitar 3 jam hingga kami akhirnya tiba di alamat rumah keluarga Eric.
Seorang wanita yang ku lihat di dunia kenangan Eric yang tidak lain adalah ibunya yang menyambut kedatangan kami. Dia sempat heran ketika melihat kami, aku rasa itu sesuatu yang wajar karena ini merupakan pertama kalinya pertemuan kami dengannya.
“Maaf, kalian ini siapa?” tanya ibu Eric kepada kami.
“Namaku Leslie dan dia Sean. Kami mahasiswa di Grandes University sama seperti Eric. Kedatangan kami kemari karena ada sesuatu yang ingin kami berikan pada anda dan keluarga.” Ibu Eric terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku. Dia pun mempersilakan kami memasuki rumahnya.
Setelah berada di dalam rumah, aku pun kembali melanjutkan perkataanku.
“Kami ingin memberikan ini kepada anda,” kataku sambil menyerahkan amplop yang di dalamnya terdapat surat yang ditulis sendiri oleh Eric.
“Apa ini?” tanya Ibu Eric sambil menerima surat itu dari tanganku.
“Itu surat terakhir dari Eric sebelum dia memutuskan untuk bunuh diri. Aku yakin setelah anda membaca surat itu, arwah Eric akan merasa tenang dan bisa kembali ke alamnya.” Kini kedua mata Ibu Eric terbelalak mendengar perkataanku. Tentu saja dia terkejut, mungkin karena dia mendengar arwah putranya masih belum tenang.
“Apa maksudmu?”
“Arwah putra anda masih gentayangan. Dia masih tinggal di kamar Asramanya dulu. Apa anda tidak mengetahuinya?” Kali ini Sean yang mengatakan hal itu. sekali lagi aku lihat kedua mata Ibu Eric membulat dengan sempurna.
“J-jangan bicara sembarangan. Bagaimana mungkin arwah Eric gentayangan?” Ujar Ibu Eric dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Maaf, tapi memang benar arwahnya masih gentayangan dan percaya atau tidak aku baru saja berkomunikasi dengan arwah Eric. Dia memperlihatkan kenangannya kepadaku. Kenangan yang membuatnya memutuskan untuk bunuh diri,” ucapku lirih sambil menundukan kepalaku. Aku merasa sedih ketika mengingat kenangan yang diperlihatkan hantu Eric padaku. Aku tahu dia sangat tertekan tapi aku tetap tidak setuju atas tindakan bodohnya itu. tidak seharusnya dia menyerah dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
“A-apa kau bisa melihat hantu?” tanya ibu Eric dengan terbata-bata.
“Benar, aku bisa melihat dan berkomunikasi dengan hantu.” Mungkin Ibu Eric sudah mulai mempercayaiku karena kini dia mulai membaca surat itu.
Air matanya akhirnya jatuh membasahi wajahnya yang mulai terlihat keriput itu. Suara isak tangisnya semakin terdengar keras seiring dia membaca kata demi kata di surat itu.
“S-surat ini memang ditulis oleh Eric. Ini memang tulisannya. Dia mencurahkan semua isi hatinya. Kalian boleh membacanya,” ujar Ibu Eric sambil menyerahkan surat itu padaku.
Aku dan Sean pun mulai membaca surat itu ...
Ayah, Ibu, maafkan anakmu yang tidak berguna ini. Aku sudah berjuang keras untuk membuat kalian bangga padaku. Aku tahu kalian menaruh harapan yang sangat besar untukku karena aku, anak laki-laki satu-satunya di keluarga kita. Sejak kecil, ayah selalu mendidikku dengan keras. Aku tahu ayah melakukan itu untuk kebaikanku. Ketiga kakak perempuanku sangatlah cerdas dan berprestasi. Ayah selalu mengatakan sebagai seorang laki-laki, aku tidak boleh kalah dari mereka. Tapi tahukah ayah? Selama ini aku selalu merasa kesal karena ayah selalu membanding-bandingkanku dengan ketiga kakakku? Aku merasa kehilangan masa-masa kecilku yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan seperti anak kecil kebanyakan karena ayah selalu menekanku untuk terus belajar, belajar dan belajar.
Aku lelah, ayah ... hatiku sakit, ibu ...
Ayah selalu memarahiku dan ibu hanya diam tanpa pernah membantuku. Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik dan tidak pernah menyerah ketika aku mengalami kegagalan. Tapi kemarahan ayah membuatku takut dan frustrasi. Aku tidak sanggup lagi meneruskan hidup yang selalu dibayang-bayangi ketakutan.
Aku sudah berjuang selama hidupku ini tapi sekarang aku memutuskan untuk berhenti berjuang. Aku memutuskan untuk berhenti membuat ayah kecewa.
Maafkan putramu ini ayah, ibu.
Aku memutuskan untuk pergi tapi aku tidak pernah membenci kalian. Aku menyayangi kalian ... ayah ... ibu.
Tolong sampaikan juga pada ketiga kakakku bahwa aku pun menyayangi mereka.
Dari putra kalian yang tak berguna
Eric
Aku dan Sean sama-sama tertunduk setelah membaca surat yang memilukan itu. entah mengapa aku bisa merasakan penderitaan yang selama ini dirasakan Eric.
“Ini semua salahku, aku tidak bisa membantu putraku. Aku seorang ibu yang tidak berguna. Hiks ... Hiks ...” Tangisan Ibu Eric terdengar semakin menjadi, aku tak kuasa melihatnya karena itu aku mencoba menenangkannya dengan mengelus-elus lembut punggungnya.
“Bagaimana caranya aku menebus kesalahanku pada Eric?” tanyanya dengan pilu.
“Di dalam surat ini, Eric mengatakan dia tidak pernah membenci anda atau pun ayahnya. Jadi, aku rasa Eric menulis surat ini bukan bermaksud untuk menyalahkan kalian. Tapi dia hanya ingin mengungkapkan kekecewaan dan penyesalannya. Dia sadar selalu membuat kalian kecewa. Dia selalu ingin membuat kalian bangga, karena itu menurutku lebih baik anda mengungkapkan semua perasaan anda pada Eric. Agar dia tidak merasa bersalah lagi dan bisa pergi ke alamnya.” Sean ... dialah yang mengatakan itu dan sungguh aku sangat menyetujui perkataannya.
“Di mana suami anda berada sekarang? Aku rasa dia harus membaca surat itu juga.” Kali ini aku lah yang bertanya sambil tetap mengelus-elus punggungnya lembut.
“Dia sudah meninggal karena sakit. Suamiku tidak pernah berhenti memikirkan Eric semenjak kematian Eric. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Sebenarnya aku tahu dia sangat menyayangi Eric. Dia itu anak laki-laki yang selalu dia tunggu kelahirannya. Tapi dia mendidiknya terlalu keras hingga akhirnya jadi seperti ini.”
Aku menatap sekelilingku karena aku merasakan sakit pada kepalaku. Aku pun menemukan penyebabnya. Aku melihat hantuu Eric tengah berdiri di sudut ruangan sedang menatap ke arah kami.
“Tante, sampaikanlah semua perasaan tante. Arwah Eric sedang ada disini.” Ibu Eric menengadahkan kepalanya yang sejak tadi menunduk. Kini dia menatap tak percaya padaku.
“Di sana ... Eric sedang berdiri di sana. Dia sedang menatap ke arah kita,” kataku sambil menunjuk ke arah hantu Eric berada.
“Eric, maafkan ayah dan ibu. Maafkan kami karena kami selalu membuatmu menderita selama ini. Kami sangat menyesal. Tapi percayalah sebenarnya kami sangat menyayangimu. Maafkan kami, Nak. Ayah dan ibu juga sudah memaafkanmu, kami tidak pernah menyalahkanmu. Kami sudah menerima kepergianmu karena itu kembalilah ke alammu. Beristirahatlah dengan tenang disana, Nak,” ucapnya dengan berurai air mata. Aku juga melihat hantu Eric menangis saat ini. Namun, perlahan sebuah perubahan terjadi padanya. sosoknya yang mengerikan itu perlahan berubah seperti sebelum dia meninggal.
Kejadian seperti ini bukanlah sesuatu yang asing bagiku, aku tahu sebentar lagi arwahnya akan pergi ke alamnya.
Benar saja dugaanku, Arwah Eric melayang semakin tinggi dan setelah tersenyum padaku. Dia pun menghilang.
“Dia sudah pergi ke alamnya. Eric sudah tenang sekarang,” kataku sambil tetap menatap ke arah di mana hantu Eric menghilang tadi.
“Benarkah?” Kujawab pertanyaan Ibu Eric dengan sebuah anggukan disertai senyuman.
“Syukurlah.” Ibu Eric menenggelamkan dirinya dalam pelukanku sambil tetap terisak. Aku hanya mampu mengelus-elus punggungnya berharap dapat membantunya untuk merasa tenang.

Bình Luận Sách (190)

  • avatar
    AbayXy

    semangat

    07/07

      0
  • avatar
    Surya Gung

    500

    26/06

      0
  • avatar
    H.ThimbuatSendi

    👍🏼

    13/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất