logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Would you marry me

Mathew masih tetap gigih ingin berbicara dengan Karina. Sikap Ardi yang temperamen tadi membuat Mathew merasa ia lebih layak menjadi pemilik Karina dibanding Ardi. Mathew jadi tertantang untuk memperebutkan Karina.
Karina enggan menemui Mathew lagi. Ia takut hatinya akan goyah jika terus mendengar perkataan pria bule itu. Mathew dan Ardi punya kelebihan masing-masing. Ia pasti bingung jika harus memilih salah satunya. Maka Karina putuskan untuk 'tak menemui Mathew lagi.
Ting tong ... Ting tong
Bel Apartemen Karina berbunyi lagi. Karina menarik selimutnya dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Mengapa ia harus datang sekarang? Disaat hatinya sudah nyaman dengan yang lain, rutuk Karina. Ia pun terlelap dalam tidurnya.
Jam Walker berbunyi nyaring membuat Karina terpaksa membuka mata. Sebenarnya ia masih ingin terlelap, apa daya ia tetap harus pergi ke kantor.
Dengan mata yang masih merapat ia berjalan ke bath tube. Karina malah tidur kembali saat masuk ke kubangan air sabun yang hangat.
Tapi kesadarannya sepenuhnya hadir tatkala aroma busa menusuk indra penciumannya.
"Astaga! aku bisa telat." Karina buru-buru berlari meraih handuk mandinya.
Pantas Karina merasa masih ingin tidur. Hanya tiga jam saja ia memejamkan mata dan sekarang ia harus bersiap pergi untuk bekerja.
Jam menunjukkan pukul 6.30 Karina bergegas bahkan tak sempat sarapan. Ada meeting penting yang harus ia pimpin pagi ini.
Karina tipe orang yang tak suka menunggu dan tak suka ditunggu. Tepat waktu menjadi ciri khasnya di Kantor.
Pintu lift terbuka di lobi Apartemen yang bersebelahan dengan Cafe tempat kemarin ia dan Mathew berbincang.
Benar saja Mathew sudah berdiri di pintu keluar. Ia seperti sengaja menunggu Karina di sana. Karina menghela nafas, mengumpulkan tenaga untuk menghadapi cinta masa lalunya.
"Coffee?" tawar Mathew sembari menyodorkan sebuah cup Coffee pada Karina.
"No. Thanks" tolak Karina.
"Kita sarapan dulu!" Paksa Mathew karena tangan Karina sudah dibawa langsung ke arah Cafe.
"Aku tak punya banyak waktu. Langsung saja," ucap Karina tegas.
"Tawaranku tadi malam masih berlaku." Sebuah tiket Mathew sodorkan bertulis sebuah logo maskapai penerbangan kelas atas dengan trip Jakarta - London. Karina tak menyangka Mathew akan senekat itu.
"Sorry, Math. Jawabanku tetap seperti tadi malam. Aku 'tak akan pergi dari pernikahan ini. Tolong jangan menemuiku lagi. Calon suamiku tak menyukainya." Karina bersikap tegas pada Mathew, tak ingin memberinya harapan yang keliru.
Ardi ternyata sudah berdiri di belakang mereka. Ia juga mendengar kata-kata Karina tadi. Hampir saja ia akan marah, namun ucapan Karina tadi membuat Ardi mengurungkan niatnya.
"It's true. I don't like see you again. Ini yang terakhir kamu datang melihat calon istriku. Jika setelah ini, aku pastikan penjara imigrasi akan jadi rumah tinggalmu,” ucap Ardi.
Karina kaget dengan kedatangan Ardi yang tiba-tiba. Raut keangkuhan tergurat jelas di wajahnya. Ia seperti seekor harimau yang memperebutkan mangsanya.
Ardi membawa tas Karina lalu memegang tangan sang pemilik tas dengan sangat mesra.
Karina tak kuasa menolak. Ia mengikuti pria yang memegang tangannya erat masuk ke sebuah mobil. Di dalam mobil Karina merasa canggung sekaligus bersalah. Ia ingin menjelaskan tapi bingung merangkai katanya. Baik Ardi maupun Karina tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Lalu tiba-tiba Ardi mengerem mendadak. Membuat Karina terhuyung ke depan.
"Pergilah, kalau kau ingin pergi dengannya ke London," ucap Ardi dengan tatapan yang tetap tertuju ke depan. Karina terkejut dengan penuturan Ardi itu.
"Kamu salah sangka, aku tak berniat pergi dari pernikahan ini, kamu dengar sendiri 'kan tadi?" jawab Karina berusaha meyakinkan.
"Aku tak mau menyiksa seseorang untuk tetap tinggal di sisiku." Ardi merasa jika ia telah mengekang Karina dari cinta pertamanya.
Hening sejenak. Karina tak menjawab.
"Aku mau gedung itu dulu, baru pergi." ucapan bohong yang sengaja Karina karang. Ia tak mau terlihat bodoh jika mengatakan kalau ia memang mau menikah karena menyukai Ardi. Sengaja ia mengatakan itu agar Ardi tetap melihatnya sebagai wanita yang penuh perhitungan.
"Hahahahah hanya seharga gedung harga dirimu? Aku bisa memberikannya tanpa harus menikah dulu."
ucapan Ardi itu serasa penghinaan yang sangat telak bagi seorang Karina.
Hari semakin siang jika ia terus menerus membahas ini sedangkan Karina harus segera sampai di kantor.
Sebuah kecupan manis dadakan Karina daratkan di bibir si pria yang tengah berada di depan kemudi. Ardi terkejut.
Pipinya memanas dan hatinya yang kesal langsung mencair.
"Apa maksudnya ini?" tanya Ardi sembari memegang terus memegang bibirnya.
"Sudah jangan ngambek terus kaya bocah, aku ada meeting penting pagi ini. Cepat jalankan mobilnya!"
"Tunggu! Tunggu! Barusan itu apa? Kok rasanya manis sekali, sampai-sampai tanganku tak kuat menahan kemudi."
Lalu sebuah tas kecil melayang ke jidat Ardi secara bertubi-tubi.
"Ok Stop! Belum jadi saja, sudah KDRT. Nanti penampilanku acak-acakan Istriku. Apa kata karyawanku nanti. Dikira kita berbuat mesum di mobil sampai rambutku acak-acakan," goda Ardi. Karina makin malu.
"Cepat hidup kan mobilnya, atau aku turun, nih." Ancam karina. Akhirnya Ardi mengalah dan mulai melajukan mobilnya.
Mobil mereka akhirnya sampai di depan kantor Karina. Sebelum turun Karina merapikan dandanan dan bajunya dulu juga memoles lipstik tipis membetulkan warnanya yang mengelupas akibat insiden tabrakan bibir tadi.
"Sudah. Sudah cantik Nyonya Ardi Bagaskara."
Komentar Ardi melihat Karina yang sedang bersiap.
"Tentu saja aku cantik, dari dulu malah. Kamu aja sampai uring-uringan takut aku tinggal kawin." Karina menjawab dengan PD tingkat tinggi.
Ardi memutar bola matanya sebal.
"Karina.!" Panggil Ardi.
"Apa?." jawab ketus Karina sembari tetap memandang ke arah cermin untuk memoleskan sedikit bedak.
"Would you marry me?" Ardi mengatakannya spontan.
Karina langsung tertawa terbahak. Di luar dugaan, Ardi kira Karina akan terharu dengan kata-kata romantis itu.
"Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan , kamu masih nanya itu sama aku?" Lipstik yang masih di tangan sengaja Karina oleskan di bibir Ardi iseng, lalu bergegas keluar dari mobil itu.
“Hey, nanti ada bekasnya!” Ardi protes sembari menghapus warna gincu milik Karina di bibirnya dengan tisu.
"Karina, nanti aku jemput ya!" teriak Ardi dari dalam mobil. Karina hanya mengangkat tangannya sembari terus berjalan masuk.
"Karina, istriku. I love you." Teriak Ardi lagi.
Karina lalu berbalik sambil melotot dengan berdecak pinggang, malu dilihat oleh karyawannya.
Ardi langsung melajukan mobil dengan senyum tergurat dari bibirnya yang jadi merah karena lipstik yang Karina oleskan tadi.

Bình Luận Sách (129)

  • avatar
    MaryatiReni

    sangat bagus

    26/05

      0
  • avatar
    Nuraidil Nazira

    good

    12/11

      0
  • avatar
    ElisnaINDAH

    saya mendalami sklii novel in8💋💋

    11/11

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất