logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 PENGAJUAN SYARAT

"Apa sebelumnya Ardi pernah melakukan hal itu, di belakang Adek?"
"Tidak."
"Lalu apa penjelasan Ardi?" tanya Linda kembali.
"Dia bilang tak melakukan apa pun, hanya mengobrol sebentar. Tapi kenapa harus di kamar hotel? Kan bisa di kafe, restoran atau di lobi." Karina mengungkapkan kekesalannya.
Linda hanya memeluk dan mengusap pucuk kepala adiknya tersebut.
"Lalu keputusanmu apa sekarang? Masih mau lanjut atau membatalkannya?"
"Aku ingin membatalkannya, Ka. Aku tak ingin pernikahanku dilandasi ketidakjujuran sejak awal."
"Ya sudah. Kakak mendukungmu. Kamu bisa istirahat di sini. Biar Kakak yang bicara pada Ayah dan ibu."
Tak lama Tuan dan Nyonya Hadiwijaya sampai di depan rumah Linda. Sebagai anak Linda langsung keluar untuk menyambutnya.
Setelah mencium tangan, Linda mempersilahkan orang tuanya masuk.
"Tidak, kami hanya sebentar. Mana Karina? Dia harus bersiap-siap pernikahannya sebentar lagi di gelar." Ayah dan Ibunya seakan enggan menginjakkan kaki di rumah Linda.
"Walau rumahku sebuah gubuk reyot, tapi cukup nyaman untuk duduk dan beristirahat sejenak, Pa-Ma,” singgung Linda. Rumah Linda cukup luas, mungkin yang terluas di desa itu. Suasana bilik bambu khas pedesaan sengaja Linda pakai untuk dekorasi rumahnya agar terasa lebih alami.
Kedua orang tua Linda akhirnya mau masuk walau sepertinya enggan.
"Mana Karina?" tanya Ayahnya langsung.
"Ada Pah, dia istirahat di kamar. Pa. Karina ingin membatalkan pernikahannya," jelas Linda.
"Dibatalkan?! Apa dia gila? Mau mempermalukan orang tuanya seperti kamu waktu dulu. Cepat suruh Karina kemari, sebenarnya ada apa dengan anak itu." Perintah Ayahnya.
Mendengar suara keributan, Karina terbangun dan langsung keluar kamar. Ternyata benar itu suara ayahnya.
"Karina memergoki Ardi di kamar hotel dengan perempuan lain. Pa." Karina menjawab pertanyaan ayahnya itu.
"Kau lihat dengan mata kepalamu sendiri? Atau cuma gosip dari orang lain?"
"Karina melihat langsung dengan mata kepalaku sendiri."
"Karina, Ardi adalah pebisnis seperti Papa. Harusnya kau tahu karena kamu juga tinggal lama di luar negeri. Kamar hotel bukan hanya kasur kan. Kamu harus mulai belajar menerima hal kecil untuk mendapat hal besar." Ayahnya seakan tak menganggap serius kekesalan Karina itu.
"Apa Karina harus menerima pria yang sudah tak jujur sejak awal? Bagaimana kalau dia berbuat itu lagi setelah menikah nanti. Apa Papa tak kasihan pada Karina?" Kini Karina tak mampu membendung lagi kekesalannya. Terutama karena ayahnya seakan menganggap hal itu sepele.
"Karina hanya kamu satu-satunya anak yang papa banggakan. Kau tahu dua kakakmu itu hanya pecundang saja. Jangan buat kami kecewa. Kau harus pandai menghitung untung rugi. Kau akan mendapatkan sebuah gedung dengan nilai hampir puluhan triliun jika menikah dengan Ardi. Papa hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak."
"Apa hanya karena gedung itu, Karina harus menikah dengannya? Kita juga kaya Pa. Kita juga punya gedung. Tak akan bangkrut kalau hanya membatalkan pernikahan saja. " Ibunya kini membela.
"Diam! Kau harusnya membujuk anakmu itu agar tak keras kepala. Ayah tak mau tahu, pernikahan itu tetap harus dilaksanakan. Suka atau tak suka. Undangan sudah disebar.
Bukan nilai uangnya, tapi harga diri dan nama baik yang lebih penting. Kau harus mulai berpikiran dewasa Karina."
Karina, Linda dan ibunya menangis dan saling berpelukan. Itulah sifat asli Hadiwijaya yang sebenarnya, Egois.
"Kamu tenang saja, ibu akan berusaha bicara sama Widya. Ibu tak menyangka Ardi seperti itu." Hibur Ibunya.
Karina dipaksa pulang bersama ayahnya ke rumah. Karina tak bisa menolak. Ia akan memikirkan cara lain nanti setelah di rumah. Membantah ayahnya sama dengan memukul angin. Hal yang sia-sia saja.
Ibunya Ardi sudah ada di rumah menunggu kedatangan mereka. Ia seakan tahu segala masalah apa pun di rumah Hadiwijaya.
"Aku kemari hanya ingin memastikan, semua aman 'kan? Pesta kita tetap akan berjalan lancar, 'kan?" Widya datang karena khawatir Karina berbuat nekat.
"Tentu besan. Tak ada masalah apa-apa. Riak-riak kecil sebelum pernikahan itu hal biasa. Kami bisa mengatasinya," jawab ayah Karina.
"Sayang, pernikahan ini akan tetap berlangsung 'kan?" Widya menatap Karina dengan senyuman kemenangan.
"Ya, tetap akan berjalan, tapi aku ingin mengajukan perjanjian pranikah dahulu,” tantang Karina.
"Baik, tak masalah. Besok tante bawa notarisnya kemari." Widya menerima tantangan itu.
Karina memang tak bisa mundur tapi ia harus pintar memanfaatkannya. Inilah kehidupan sebenarnya kelas atas. Hanya perhitungan untung dan rugi.
Inilah perlawanan terakhir ia sebelum menyerah dan menerima jadi pengantin Ardi tiga hari mendatang.
Sesuai janjinya, Widya membawa Notaris untuk memenuhi permintaan Karina tentang pranikah itu. Ardi juga hadir. Sengaja dipilih malam hari, karena siangnya semua sibuk termasuk Karina yang harus ke kantor.
1. Karina diberikan hak penuh untuk mengelola gedung yang menjadi hadiah pernikahan dari keluarga Bagaskara.
2. Karina diizinkan untuk bekerja pasca menikah.
3. Jika Ardi terbukti selingkuh maka ia harus bersedia menceraikan Karina dengan damai tanpa dipersulit dan tak ada pembagian gono-gini.
4. Jika Ardi terbukti selingkuh. Karina mendapat uang ganti rugi sebesar 10% dari total kekayaan Ardi Bagaskara.
"Hanya itu, sayang?" tanya Widya pada Karina?
"Ya."
"Baik, kami menyetujuinya, tapi kalau kau yang terbukti berselingkuh bagaimana?" Widya bertanya lagi.
"Itu tak akan pernah terjadi," jawab Karina. "Kalian bisa mengajukan hal yang sama padaku." Karina yakin.
"Tidak! Keluarga Bagaskara percaya padamu," jawab Widya

Bình Luận Sách (129)

  • avatar
    MaryatiReni

    sangat bagus

    26/05

      0
  • avatar
    Nuraidil Nazira

    good

    12/11

      0
  • avatar
    ElisnaINDAH

    saya mendalami sklii novel in8💋💋

    11/11

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất