logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chapter 4 Perangkap Berbahaya

Megan masih mengurung diri di kamar. Berusaha untuk melupakan peristiwa buruk yang menimpanya dengan mendengarkan musik.
"Sayang, apa kamu ada di dalam?" tanya Tuan Andrew mengetuk pintu kamar Megan.
Mendengar suara sang ayah, semangat Megan bangkit. Ia turun dari tempat tidur lalu membuka pintu.
"Daddy," tutur Megan menghambur ke pelukan Tuan Andrew.
Pria setengah baya itu membelai sayang rambut putrinya.
"Daddy khawatir sekali setelah mendengar kabar dari Liam. Daddy akan bicara pada Tuan Smith supaya menegur putranya. Jika pemuda itu masih berani mengganggumu, Daddy tidak akan sungkan untuk memberinya pelajaran."
Megan menggeleng pelan. Tuan Smith adalah salah seorang relasi bisnis yang penting bagi perusahaan ayahnya. Karena itu, Megan tidak ingin memperpanjang masalah.
"Tidak perlu, Dad. Aku juga bersalah pada Felix karena sempat menghinanya. Aku yakin Felix tidak akan mengulangi perbuatannya."
"Mulai sekarang kamu tidak boleh menyetir mobil sendiri. Jack akan mengantarmu. Daddy juga akan menyewa seorang bodyguard untuk melindungimu," kata Tuan Andrew.
"Aku bukan anak kecil, Dad. Aku tidak butuh bodyguard untuk menjagaku. Lagipula aku tidak terbiasa bepergian bersama orang asing," jawab Megan menolak.
"Daddy tidak akan sembarangan memilih orang. Bagaimana jika bodyguardmu adalah...Liam."
Mendengar nama Liam, pipi Megan bersemu merah. Entah mengapa ada getaran aneh saat ia mengingat pria itu. Namun Megan buru-buru menepis perasaannya.
"Liam adalah asisten Daddy di kantor. Mana mungkin menjadi bodyguardku."
Tuan Andrew menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.
"Sayang, Daddy hanya bercanda. Liam anak muda yang cerdas dan berdedikasi tinggi pada pekerjaan. Dia lebih cocok dijadikan calon menantu daripada bodyguard," goda Tuan Andrew.
"Sudahlah, Dad, tidak usah membahas tentang Liam."
"Daddy hanya ingin membuatmu tersenyum supaya kamu tidak bersedih lagi. Ayo kita makan malam, Sayang," ajak Tuan Andrew.
Megan merasa beruntung karena memiliki ayah seperti Tuan Andrew yang sangat menyayanginya. Di tengah kesibukannya, Tuan Andrew masih menyempatkan diri untuk memperhatikannya. Megan tahu bahwa ayahnya selalu berusaha mengisi kekosongan hatinya sejak sang ibu meninggal dunia.
Selesai makan malam, Megan kembali ke kamarnya. Ia berusaha tidur, tapi matanya tidak bisa terpejam.
Kepalanya terasa penuh. Silih berganti, ia teringat akan mimpinya yang berulang, pelecehan yang hampir dilakukan Felix, hingga momen dimana Liam memeluk dan menenangkan dirinya.
"Kenapa aku terus mengingat Liam? Apa karena dia menolongku lalu aku mengaguminya?"
pikir Megan.
Daripada kesulitan tidur, Megan meraih ponselnya dari nakas. Di waktu yang bersamaan, ada sebuah pesan masuk di ponselnya.
Liam
"Maaf saya mengganggu waktu istirahat Nona. Saya hanya ingin memastikan Nona tidur dengan nyenyak malam ini. Besok saat berangkat ke kampus ajaklah supir pribadi Nona. Jangan pergi sendirian. Selamat malam dan selamat istirahat."
Membaca pesan singkat tersebut membuat Megan tersenyum sendiri. Rasanya bagai naik ke langit ketujuh hanya karena mendapat perhatian kecil dari Liam. Belum pernah ia merasa seperti ini pada pria lain. Meskipun sulit untuk dijelaskan, lagi-lagi ia merasakan adanya suatu koneksi istimewa dengan Liam.
****************
Emma menengok ke kiri dan ke kanan. Ia sedikit ragu ketika melihat lambaian tangan Felix dari meja nomor lima. Pemuda itu terlihat lebih tampan mengenakan kemeja berwarna abu-abu tua.
"Apa kamu sudah menunggu lama, Felix?" tanya Emma.
Dengan tatapa sayu, Felix menatap Emma. Kali ini ia akan menggunakan seratus persen daya tariknya untuk menjerat gadis yang bodoh ini.
"Tidak masalah harus menunggu lama asalkan aku bertemu denganmu," ucap Felix memegang tangan Emma.
Diperlakukan dengan mesra, jantung Emma berdegup kencang. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia menyukai lelaki ini.
Menurut pandangannya Felix adalah representasi dari sosok bad boy idaman para wanita. Apalagi Felix adalah putra keluarga Smith yang tidak diragukan lagi kekayaannya. Menjadi kekasih Felix adalah impian terpendam Emma sejak lama. Sayang sekali cintanya bertepuk sebelah tangan. Felix menyatakan cinta pada Megan dan itu sangat menyakiti hatinya.
"Boleh aku bertanya sesuatu, Felix? Kenapa kamu memilih aku sebagai teman bicara?" tanya Emma penasaran.
Felix merendahkan suaranya.
"Karena saat aku dihina, hanya kamu yang bersimpati padaku. Aku melihatmu berhenti lalu menatapku. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah melakukan kesalahan besar."
Felix mengelus punggung tangan Emma sehingga membuat gadis itu gelisah.
"Seharusnya aku memilihmu, bukan Megan. Kamulah gadis cantik yang cocok menjadi kekasihku, Emma."
Pernyataan Felix terdengar bagai angin surga di telinga Emma. Rasanya Emma ingin mencubit diri sendiri untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi.
"A...apa kamu serius?" tanya Emma memastikan.
"Iya. Mungkin kamu menganggap pengakuanku terlalu cepat, tapi aku sangat membutuhkanmu untuk menyembuhkan luka hatiku. Apa kamu suka padaku? Jika iya, maukah kamu menjadi kekasihku, Emma?"
Sebagai cassanova yang berpengalaman, Felix sangat memahami bahasa tubuh wanita. Tak diragukan Emma pasti menerima penawarannya.
"Aku bersedia," jawab Emma tidak ingin menyia-nyiakan peluang untuk memiliki Felix.
"Terima kasih, Babe. Tapi sebelum kita resmi menjadi sepasang kekasih, aku ingin kamu memenuhi dua persyaratan dariku."
"Persyaratan apa?"
Felix mendekatkan bibirnya ke wajah Emma.
"Syarat yang pertama ikutlah ke apartemenku. Aku memerlukan pembuktian cintamu," bisik Felix dengan suara sensual.
Karena sudah jatuh ke dalam perangkap Felix, Emma pun menurut. Ia membiarkan diri terlena di lembah asmara yang ditawarkan oleh pria pujaannya.
"Thanks, Babe, kamu telah mengembalikan kebahagiaanku malam ini," ucap Felix mengecup singkat bibir Emma setelah memadu kasih.
Gadis yang hanya terbalut selimut itu menyandarkan kepalanya di bahu Felix.
"Aku sudah memenuhi persyaratan pertamamu. Lalu apa syarat kedua yang kamu minta, Sayang?" tanya Emma manja.
"Yang kedua ini adalah syarat utama dariku. Kalau kamu memenuhinya, artinya kamu benar-benar mencintaiku."
"Katakan saja, Sayang. Jangan membuatku penasaran," kata Emma.
Felix menaikkan dagu Emma dengan telapak tangannya, sehingga mata mereka saling bersitatap.
"Tolong hapuskan penderitaanku, Emma. Aku tidak bisa melupakan penghinaan yang dilakukan Megan. Kumohon bantu aku membalaskan dendam padanya."
Iris mata Emma membesar. Permintaan kedua Felix begitu berat untuk dipenuhi. Megan adalah sahabatnya, walaupun ia tidak terlalu menyukai gadis itu.
Terkadang sikap Megan sangat egois. Kesempurnaan yang dimiliki gadis itu membuat Emma merasa muak dan iri. Ia bertahan sebagai teman Megan semata-mata demi mendapatkan kenyamanan dan fasilitas mewah. Namun tidak masalah baginya kehilangan Megan, jika saat ini ia telah memiliki Felix. Cinta selalu lebih penting daripada persahabatan.
"Kenapa diam saja, Babe? Kamu tidak mau membantuku? Kamu pasti lebih memilih sahabatmu itu daripada aku," rengek Felix.
"Tidak, bagiku kamu yang terpenting. Aku akan mendukungmu untuk membalas perbuatan Megan."
Mendengar jawaban Emma yang tegas, Felix bersorak kegirangan. Ia mencium kening Emma sebagai tanda terima kasih. Tak disangka akan semudah ini membujuk Emma. Barangkali Emma memiliki masalah pribadi dengan Megan sehingga dengan mudahnya ia berkhianat.
***
Megan pulang dari kampus pada pukul dua siang. Rumahnya terasa sepi dan kosong karena Daddynya sedang pergi ke luar kota selama tiga hari.
Megan meletakkan tasnya dengan lesu. Tidak tahu apa yang harus dilakukan sepanjang hari untuk melepas kebosanan.
Dering ponsel yang nyaring membuyarkan lamunan Megan.
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Tuan Andrew mengecek keberadaan putrinya. Sekarang ia jauh lebih protektif dalam menjaga keselamatan Megan.
"Iya Daddy, aku ada di rumah. Tapi aku bosan sekali. Cuma ada Carla dan Jack disini," keluh Megan.
"Daddy menyiapkan kejutan untukmu. Sebentar lagi kamu tidak akan kesepian, Sayang."
"Kejutan? Apa Daddy akan pulang?" tanya Megan.
"Bukan, tapi Daddy mengutus seseorang untuk menemanimu melewati akhir pekan. Coba tebak siapa?" goda Tuan Andrew.
"Daddy, jangan main tebak-tebakan. Aku maunya Daddy yang menemaniku."
"Bagaimana dengan Liam? Apakah kamu akan menolaknya juga?"
Megan tercengang mendengar perkataan Tuan Andrew. Setahunya Liam sedang mendampingi ayahnya meeting di luar kota.
"Daddy, kenapa harus menyuruh Liam pulang hanya untuk menemaniku? Itu sangat memalukan," protes Megan.
"Liam yang bisa Daddy percaya untuk menjagamu. Tidak perlu malu, Liam tidak keberatan dengan tugasnya. Justru ia terlihat senang. Bersiaplah mungkin dia akan tiba sekitar pukul lima sore," kata Tuan Andrew.
"Tapi, Daddy...."
"Daddy harus melanjutkan meeting. Besok pagi Daddy akan menelponmu lagi," ucap Tuan Andrew menutup panggilannya.
Megan berdecih kesal. Entah bagaimana ia harus bersikap di hadapan Liam nanti. Sebagian dirinya merindukan Liam, tapi sebagian lagi melarangnya untuk berdekatan dengan pria itu. Kehadiran Liam sungguh membuatnya dilanda kegundahan.
Belum hilang pergulatan batinnya, ponsel Megan kembali berdering. Megan buru-buru menerima panggilan itu ketika melihat nama Emma tercantum di layar.
"Emma, kebetulan kamu menghubungiku lebih dulu. Aku ingin mengobrol denganmu," ucap Megan.
"Ternyata kita punya pikiran yang sama. Itu namanya sahabat sejati, Meg. Aku menelponmu karena ingin mengajakmu bertemu. Bisakah kamu berangkat ke apartemen The Verde jam tiga nanti?"
"Tentu saja bisa. Apa kamu baru saja membeli apartemen?"
"Apartemen ini milik sepupuku, bukan milikku. Dia sedang liburan ke luar negri dan aku diminta menjaga apartemennya. Kita bisa mengobrol dengan santai disini."
"Okey, aku akan segera berangkat, Emma."
"Terima kasih, Meg. Aku menunggumu."
Dengan wajah ceria, Megan menjatuhkan diri di atas kasur empuknya. Ia akan meminta saran dari Emma mengenai perasaannya terhadap Liam. Tanpa disadari Megan sebuah bahaya besar sedang menantinya.

Bình Luận Sách (54)

  • avatar
    m******n@gmail.com

    this so amazing semangat ya buat nulisnya👍👍👍 ditunggu kelanjutannya

    03/05/2022

      0
  • avatar
    Trivnsymlli

    yes

    24d

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    bagus ceritanya

    23/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất