logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Sesuatu di Kuah Soto

Aku tak salah lihat, itu bukan halusinasi! Dengan jelas aku melihat sosok Bude di depan pintu. Apakah Bude sedang menjahiliku?
Tidak, Bude bukanlah orang yang seperti itu. 
"Di belakang Bude tadi ada hantu. Dia selalu ganggu Inez," ucapku setelah menenangkan diri. 
"Oh, iya. Kemarin Bude suruh beli garem sama jeruk nipis. Seharusnya hanya lima ribu, kok habisnya sepuluh ribu, Nez?"
Aku menggigit bibir, lupa memberi tahu Bude jika kemarin garam dan jeruk nipisnya terjatuh dan tak bisa digunakan lagi. Oleh sebab itu aku kembali ke warung dan membeli dua barang itu lagi. 
"Oh, begitu. Jatuhnya di mana kok gak bisa diambil?"
"Di tengah jalan, Bude. Udah ancur kelindes motor," jawabku sambil memilin rambut. 
"Sebentar. Jatuh di jalan? Di mana?" Alisnya mengerut, fokusnya yang sedang menata barang bulanan pun buyar. 
"Depan warung baru, De."
"Dekat lokasi kecelakaan yang kamu ceritakan itu?"
"Pas di lokasi kecelakaan, Bude," celetukku polos. 
Bude mendesah kecil, kemudian merebahkan dirinya di sofa. Baru ingin bertanya ke mana Pakde, terdengar ucapan salam dari luar. Karena pintu tak dikunci, Pakde langsung masuk dan ke dapur. 
"Emangnya kenapa, Bude?"
"Kamu mungkin diikuti arwah gadis itu, Nduk. Jeruk nipis sama garam, dua benda itu membuat arwahnya kesakitan. Jangan heran kamu digangguin."
Entah apa yang mendasari hal itu, aku juga bingung. Selama hidup di kota, tak ada hal aneh seperti ini. 
"Cairan jeruk nipis terlindas di tengah jalan, tepat di lokasi kecelakaan gadis itu. Kondisi jasadnya hancur, Bude yakin ada bagian tubuh yang belum ditemukan. Karena itulah si arwah mengikutimu. Hati-hati, Nduk," sambung Bude yang membuatku merinding. 
Aku memegang tengkuk yang terasa dingin. Ya, seperti ada yang bernapas di sana. Dingin aneh, bukan dingin biasa. Merasa tak nyaman, aku izin ke kamar untuk tidur meski jam baru menunjukkan pukul delapan kurang. 
Jika memang benar ada yang mengikuti, bagaimana caranya mengusir arwah penasaran itu? Haruskah mencari apa yang dia minta seperti di film-film horor? Gila, mencari bola mata yang terpisah bukanlah hal mudah. Besar kemungkinan sudah dimakan binatang atau ... terlindas kendaraan juga. 
Namun, jika tidak dituruti, bisa saja ia terus menerorku. Bisa-bisa aku gila.
***
Sekitar pukul satu malam, aku terbangun karena suara bising yang berasal dari luar. Bude dan Pakde sudah tentu tertidur lelap. Lalu, siapa yang berada di dapur dan membuatku terbangun itu?
Kecurigaan semakin besar ketika melihat jendela terbuka dan tirainya tersibak. Angin dari luar masuk, sehingga menggerakkan beberapa barang. Dengan cepat aku menutup jendela itu dan menguncinya. 
Suara gesekan ranting dan dinding sudah cukup membuat bulu kuduk berdiri. Lamat-lamat, terdengar suara tangisan wanita yang menusuk relung hati. 
Tangisan itu seakan mengundangku untuk mendekat. Pilu, ikut merasakan kesedihannya juga. Meskipun aku tak tahu siapa yang menangis dan karena apa.
"Akh!"
Suaranya berubah memekik disertai jeritan rasa sakit yang tiada duanya. Aku berlari ke luar, tapi ia seperti mengikuti ke mana pun. Sambil terduduk di depan TV, aku meringkuk; menangis karena takut. Ingin membangunkan Bude tapi kasihan, ia pasti kelelahan. 
"Jangan ganggu aku, please!" pintaku memohon. Sosok itu terus menjerit, aku meremas rambut karena histeris tak tahan terus begini. 
"Please, berhenti ...!" 
Tenagaku melemah, tak ada kekuatan lagi untuk melawan. Baru kali ini dalam seumur hidup memohon pada arwah. Sungguh, sosok berwajah hancur itu jangan sampai terlihat lagi. 
Ketika berlari ke depan, aku tertegun melihat warung Bude berantakan. Sendok dan garpu tercecer di atas lantai, gelas-gelas pun tersebar di mana-mana. Kursi yang tadi sore sudah dirapikan, kini membuatku gila setengah mati.
Aku menghela napas panjang dan mengumpulkan niat untuk merapikan barang-barang itu lagi. Masih panik dan takut.
***
Pagi hari yang sepi. Warung Bude sudah buka sejak tadi subuh, tapi entah mengapa semangat kami hilang begitu melihat warung seberang laris manis padahal matahari belum menampakkan diri. Apa enaknya soto buatan Bu Sri itu? Bude sudah berjualan sejak lama, tak mungkin terkalahkan begitu saja karena keberadaan warung baru. 
Warungnya yang selalu ramai berbanding lurus dengan sepinya warung Bude. Ada yang tak beres memang. Warung Bude lumayan terkenal karena Bude berjualan sejak aku kecil. Cita rasanya pun tak pernah berubah dari tahun ke tahun. Orang-orang juga suka dan ketagihan. Lantas, bagaimana bisa soto buatan Bude dikalahkan oleh warung baru?
Karena penasaran, aku mengunjungi warung Bu Sri seolah-olah ingin memesan juga. Sambil menunggu, aku izin ke belakang untuk mencuci tangan. Pesan Bude tadi, cari tempat cuci piringnya ada di mana. 
Cuci piringnya lumayan jauh. Aku harus berjalan melewati beberapa meja makan. Sambil mencuci tangan, tak sengaja aku melihat panci besar di atas kompor. Mungkinkah itu kuah sotonya?
Selagi tidak ada orang yang melihat, aku membuka tutup panci itu perlahan. Mataku tetap mengawasi keadaan sekitar. Takut tiba-tiba ada yang datang.
Sekilas kuahnya biasa saja, sama seperti kuah soto lain. Namun, ketika kuaduk perlahan, seperti ada gumpalan berwarna hitam. Bukan daging, sesuatu ini mirip ... gulungan rambut?!
Aku mual, untuk apa Bu Sri memasukkan gulungan rambut di kuahnya? Apakah ini cara agar dagangannya selalu laris? Rambut siapa yang ia gunakan?
Pertanyaan dan dugaan aneh terus berkeliaran di benak. Di kota aku tak pernah mendengar atau melihat kasus aneh seperti ini. Jadi takut jika makanan yang kumakan itu ada campur tangan jin. Menjijikkan.
Lama aku melamun menatap gulungan rambut itu. Ingin mengambil foto tapi lagi-lagi, takut ketahuan. Celingak-celinguk menatap langit-langit, siapa tahu ada kamera CCTV. Untung saja tidak ada, berarti aku aman.
Bu Sri terlihat duduk-duduk di salah satu meja sambil mengipas diri dengan sebuah buku. Ia bersantai karena ada karyawan yang membantu pekerjaannya. Ditambah seorang lelaki yang kuduga adalah suaminya, siap siaga membantu di dapur.
Kalau dilihat dari tempat, memang lebih besar warung Bu Sri ketimbang Bude. Warung Bude sederhana dan tak begitu luas. Berbeda dengan Bu Sri yang memuat banyak meja. Apakah ini juga menjadi faktor?
Kata Bude, tempat Bu Sri ini dulunya bekas apotek. Namun entah karena apa, apotek tersebut ditutup padahal baru buka tiga bulan lamanya. Bu Sri yang datang dari luar pulau pun langsung membeli tempat ini dan membuka warung soto. Sejak saat itulah banyak kasus kecelakaan dan kematian tiba-tiba yang sampai sekarang belum diketahu penyebabnya.
Orang-orang sudah mulai curiga, tapi tidak ada yang mempunyai bukti. Alhasil hanya diam dan mawas diri. Setiap magrib atau jam-jam tertentu, anak kecil dilarang melintas karena takut ditabrak orang.

Bình Luận Sách (467)

  • avatar
    sulistiowatiEndhah

    ceritanya bagus, alurnya jelas

    19/05/2022

      0
  • avatar
    azzahrazulaika

    bagus sekali ceritanya

    15/05/2022

      0
  • avatar
    Arisky Agung

    bagus banget novel ini sangat seru untuk di baca dengan siapapun

    13/05/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất