logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 TTM 2 (Teman Tapi Menikmati )

Andy memandang wanita yang berada di sampingnya. Mencoba mengingat apa yang sudah terjadi tadi malam. Saat di pesta, Teman-teman kantornya menantangnya minum wine.
Andy melirik tubuhnya dalam selimut. "Astagfirullah!" Ia terkejut saat melihat tubuhnya tak memakai apa-apa segera ia menyambar pakaian yang tergeletak di samping tempat tidur.
Setelah Andy memakai pakaian, ia menatap gadis yang tertidur di sampingnya. Kepala Andy terasa berdenyut, samar- samar ia ingat tadi malam melihat Anissa yang begitu cantik memakai baju tidur yang sangat menggoda. Setelah itu ia tak ingat apapun selain rasa panas yang membakar hasratnya.
Pagi ini saat dirinya terbangun mendapati Rossa yang tertidur di sampingnya dengan keadaan sebagian tubuh yang hanya tertutup selimut. Bola mata Andy membulat sempurna saat melihat bercak merah di seprai putih dekat Rossa tertidur.
"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Andy berteriak panik hingga membangunkan Rossa.
Rossa membuka matanya, sesaat menatap Andy yang sedang meremas kasar rambutnya. Setelah kesadarannya pulih dengan cepat ia menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Rossa pun bangun membelakangi Andy.
"Rossa, jangan katakan kalau semalam kita melakukan?" Ucapan Andy terputus saat mendengar isak Rossa yang tertahan.
Sambil mengusap air matanya, Rossa memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai.
"Maaf, Mas, semalam kamu mabuk berat, aku tak bisa menahan hasrat mu, ini salahku, Mas." Rossa duduk di tepi tempat tidur sambil memasang kancing bajunya.
"Ya, Tuhan! Bagai mana ini bisa terjadi di antara kita? bagaimana aku menjelaskan semua ini pada Anissa?" Andy terlihat bingung. Baginya ini adalah mimpi buruk yang jadi kenyataan.
"Jangan Katakan apa pun pada Anissa, Mas. Anggap saja tak pernah terjadi apa-apa di antara kita," Rossa semakin terisak.
"Ross, ini bukan masalah sepele, aku telah menodai kesucian mu, mana bisa aku menganggap tak pernah terjadi apa-apa!" Andy menatap wajah Rossa yang tertunduk.
"Dret! dreet!" Suara ponsel membuat mereka menoleh ke arah meja rias Anissa.
Dengan cepat Andy meraih ponselnya, panggilan telpon dari Anissa membuat tangan Andy gemetar saat menekan layar hijau.
"Iya, sayang. Maaf, Mas, baru bangun!" Andy meletakan telunjuknya di bibinya, memberi isyarat agar Rossa tak bersuara.
"Syukurlah kamu sudah bangun, Mas. Nissa khawatir kalau Mas kenapa-napa, soalnya dari pagi Nissa telpon ngga di angkat, di chat juga ceklis satu terus" Terdengar suara Anissa khawatir.
"Maaf sayang, semalam Mas pulang malam. Mungkin Mas kelelahan." Andy berjalan ke arah jendela, sengaja menjauh dari Rossa.
"Iya, ngga apa-apa, Mas. Ini sebentar lagi Nissa sama Ibu mau pulang" Jawab Anissa.
"Oh, sudah mau pulang sekarang, ya, sayang. Mas jemput, ya?" Andy berusaha menyembunyikan perasaan paniknya.
"Mas ini gimana, sih. Kan mobilnya di sini di bawa Mang Udin" Terdengar Anissa tertawa di seberang telpon.
"Astagfirullah, kok, Mas jadi linglung begini, ya." Andy menepuk keningnya.
"Ya, sudah, Mas. Sampai bertemu nanti di rumah, ya." Anissa mengakhiri pembicaraannya.
Setelah Andy menutup telpon, ia pun kembalikan tubuhnya. Namun ia tak mendapati Rossa di kamarnya. Tak lama ia mendengar suara mobil Rossa keluar dari halaman rumahnya.
Andy bermaksud menyusul Rossa, namun ia melihat keadaan tempat tidurnya yang berantakan. Ia harus cepat membereskan kamarnya sebelum Anissa datang. Andy menganti seprai dengan yang baru, menyemprotkan pewangi ruangan agar tak membuat Anissa curiga. Namun saat ia hendak pergi ke kamar mandi terlihat noda darah di seprai yang tergeletak di lantai.
Tangan Andy mengambil kotak kecil di atas meja tempat Anissa menyimpan aksesorisnya. Andy mengambil sebuah jarum pentul kemudian sambil memejamkan matanya ia menusuk jari telunjuknya sampai berdarah. Setelah itu Andy mengambil hansaplast dari kotak P3K dan membalut jarinya yang terluka.
_______
Tak lama setelah Andy selesai mandi, terdengar suara mobilnya memasuki pekarangan. Bergegas ia menyambut kedatangan istri dan Ibunya. Dengan berusaha bersikap tenang ia tersenyum saat membantu Ibunya turun dari mobil.
"Bagaimana keadaan Ibu sekarang? Maafkan Andy tidak bisa mengantar ke rumah sakit" Andy memapah Ibunya masuk ke dalam rumah.
"Alhamdulillah, Ibu baik-baik saja, Nak. Ngga apa-apa, kan ada menantu Ibu yang selalu menemani Ibu" Ibu Andy tersenyum ke arah Anissa.
"Mas, kata dokter, Ibu jangan sampai punya pikiran yang berat-berat apalagi mendengar ucapan yang membuatnya kaget, itu bisa beresiko pada jantungnya," Ucap Anissa saat mereka berada di dalam kamar.
"Iya, sayang. Terima kasih, ya, sudah sabar merawat ibu" Andy menatap wajah istrinya.
"Ngga apa-apa, Mas. Sudah kewajiban aku juga, Ibumu ya berarti Ibuku juga, O, iya, Mas, kok seprainya di ganti, kan baru kemarin Nissa ganti" Anissa menatap tempat tidurnya.
"Oh, I-itu, A-anu, sayang, tadi pas bangun tidur jari Mas tertusuk jarum pentul. Mas ngga tahu kok, ada jarum pentul di tempat tidur kita, makanya Mas ganti seprainya soalnya ada noda darahnya." Andy terlihat gugup, namun ia berusaha tenang.
"MasyaAllah, kok, bisa, ya padahal Nissa ngga pernah asal naruh jarum pentul, Mas. Maafkan Nissa, ya, Mas" Anissa menatap jari telunjuk suaminya yang di balut hansaplast.
_____________
Satu minggu sejak kejadian itu, Andy tak pernah bertemu lagi dengan Rossa. Andy benar-benar merasa bersalah apa lagi nomor telponnya tak bisa di hubungi. Menurut rekan kerjanya Rossa telah mengundurkan diri dari perusahaan.
"Mas, Nissa perhatikan akhir-akhir ini sering bengong dan
Melamun, apa Mas ada masalah?" Tanya Anissa.
"Ah, itu perasaanmu saja, sayang. Emang sih belakangan ini di kantor sedang banyak pekerjaan yang harus segera selesai sebelum akhir bulan, jadi pikiran Mas agak terkuras" Kilah Andy berbohong.
"Oh, begitu, ya, Mas. Baiknya jangan terlalu memorsil pikiran, takutnya menganggu kesehatan." Anissa mengingatkan suaminya.
"Mas, bisa minta tolong titip Ibu sebentar ngga, Nissa mau keluar dulu sebentar ada yang mau di beli." Anissa meraih dompet di atas meja.
"Ya, udah, sayang," Jawab Andy
Setelah Anissa pergi, Andy menuju kamar Ibunya. Dari ambang pinti kamar terlihat ibunya sedang tidur. Saat ia hendak masuk kamar ibunya terdengar suara bel berbunyi.
Andy bergegas untuk melihat siapa yang datang. Namun setelah membuka pintu alangkah terkejutnya seorang wanita sedang berdiri di ambang pintu.
"Rossa!, kemana saja kamu, mengapa kamu menghilang begitu saja. Kamu juga tidak pernah mengangat telponku apa lagi membalas pesanku" Andy mencerca Rossa dengan berbagai pertanyaan.
"Maaf, Mas. Seminggu ini aku berusaha menenangkan diri. Aku juga terpaksa keluar dari kantor." Rossa duduk di kursi ruang tamu.
"Mas, tahu, Ross. Tapi tidak begini caranya, setidaknya masalah yang sedang kamu hadapi itu menyangkut dengan diriku juga." Andy menatap ke luar halaman, takut Anissa keburu pulang.
"Ya, terus aku harus bagai mana, Mas? Aku tak mungkin datang ke sini dan minta kamu untuk bertanggung jawab dengan apa yang sudah kita lakukan pada malam itu." Ross menatap Andy.
"Maafkan aku, Ross. Aku telah berdosa menghancurkan masa depanmu dan meregut kesucian mu"
Brugghh!
Andy dan Rossa seketika menoleh ke arah sumber suara.
"I-ibu!" Andy memburu ke arah Ibunya yang sedang berpegangan pada meja dekat pintu yang menuju ruang keluarga.
"K-kalian" Ibunya Andy memegangi dadanya sambil menatap Andy dan Rossa bergantian.
"B-bu, ini tidak seperti yang Ibu kira" Andy semakin panik saat melihat Ibunya seperti sedang menahan sakit.
"Astagfirullah, Mas! Apa yang terjadi pada Ibu?" Suara Anissa yang baru datang terdengar begitu cemas.
"T-tadi saat Mas ke depan untuk membuka pintu dan Mas ngobrol sebentar sama Rossa, saat Mas ke dalam Ibu sudah begini. " Jawab Andy sambil memapah Ibunya.
"Ya, Allah, Mas. Jantung Ibu sepertinya..." Anissa tak meneruskan ucapannya karena melihat mertuanya melambaikan tangan ke arahnya.
Anissa duduk mendekat ke arah mertuanya, tanganya memegang tangan yang kondisinya sangat lemah. Dari sudut mata wanita yang sudah ia anggap ibunya sendiri, Anissa melihat butiran air mata mengembang membasahi kelopak matanya.
"Bu, ini Anissa. Maafkan Nissa tadi tinggal sebentar!" Anissa tak bisa lagi menahan tangisnya. Di ciuminya tangan mertuanya, menyesal tadi ia tinggal pergi.
Bersambung

Bình Luận Sách (371)

  • avatar
    Jennisa Channel

    Ini gak ada lanjutannya Rosa yang menjelaskan kesalahannya,lalu Anisa dan Andy hidup bahagia dan diberi momongan☺️

    02/09/2023

      0
  • avatar
    KarimahJamilah

    seruuu bgtt sih aslii sayang pas di akhirnya lanjutan nya ngegantung bikin makin penasaran tolong lanjut dongg kaaaa🥰🔥🔥

    16d

      0
  • avatar
    NAJIBABDUL

    ini yang aku tunggu tunggu

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất