logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Part 6

Jamal menetralkan detak jantungnya. Ia sudah berada di depan kamar orang tuanya. Biasanya sang ibu akan membicarakan hal yang begitu serius kalau sudah memanggilnya seperti ini. Menghela nafas pasrah, ia berharap ia masih sehat jasmani dan rohani setelah keluar dari ruangan ini.
Jamal melihat ibunya sedang mengoleskan lotion pada kulit putihnya. Tak lupa ia juga mengoleskan krim malam pada wajahnya yang belum berkeriput sama sekali mengingat usianya bisa dibilang tidak muda.
"Mama lagi apa?" Tanya Jamal basa basi.
Yang ditanya tersentak kaget mendengar suara Jamal yang tiba-tiba.
"Oh kamu sudah datang? Sini!"
Jamal mendekatkan dirinya ke arah ibunya. Ia mengernyit ketika melihat sang ibu seakan mencari sesuatu. Ketemu! Ternyata uang.
"Nih." Sang ibu menyodorkan uang berwarna merah ke Jamal.
"Hah?"
"Kamu beliin mama pembalut sana!"
"Apa? Apa aku nggak salah denger Ma? Aku kan cowok. Malulah, kalau beli hal begituan."
"Oh,kamu mau jadi anak durhaka?"
"Ya bukan gitu Ma, aku kan malu."
"Mama tidak perduli. Anggap saja ini sebagai hukuman kalau kamu pulang telat tadi. Masih untung Mama gak nyoret kamu dari kartu keluarga."
"Iya-iya Mama. Yaudah aku pergi dulu."
"Langsung pulang, nggak usah nyantolin cewek sana sini. Ingat yang bersayap."
"Iya."
...
Jamal memasuki supermarket dengan malas. Ia melihat-lihat mencari barang pesanan ibunya. Sial. Ia tak tahu sama sekali bentuk barang titipan ibunya itu.
"Duh yang kayak gimana si bentuknya? Goblok banget gue nggam tanya dulu sama nyokap. Kalau kayak gini gue cuma bisa dikira orang ilang yang celingukan nggak tau barang apa yang sedang dicari,huft."
Akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada petugas yang bekerja disini.
"Mbak mbak." Panggil Jamal.
"Mas panggil saya?" Sahut orang itu.
"Iya. Saya mau bertanya. Yang namanya pembalut yang seperti apa ya mbak? Letaknya dimana?"
Yang ditanyai membolakan bola matanya tak percaya. Sepertinya ia salah dengar.
"Apa pembalut?" Tanya orang itu memastikan.
"Sstt.. Jangan keras-keras dong mbak. Saya malu."
Orang itu hanya terkekeh. Kemudian menjelaskan barang yang dimaksud dan mengantarkan ke tempat barang itu berada.
"Yang terbaik dan bersayap yang mana ya mbak?"
"Ohh, itu. Yang berwarna hijau. Pojok kiri. Sepertinya tinggal satu."
Jamal mengangguk, kemudian bergegas mengambil barang yang dimaksud. Belum sempat ia meraih barang itu, seseorang telah mengambilnya terlebih dahulu. Saat melihat siapa orang yang mengambil, amarahnya langsung sampai ke ubun-ubun. Gadis jadi-jadian itu.
"Lo?! Kenapa si, dimana-mana harus ketemu lo? Gak di sekolah gak di luar sama aja. Sepet banget gue ngeliat muka lo!"
"Lah suka-suka gue dong mau pergi kemana aja."
"Balikin barang gue!"
Anggun mendelik tak suka. Apa-apaan dia itu. Perasaan ia tak pernah meminjam atau meminta barang ke cowok aneh ini. Ia melirik ke arah mata yang memerhatikan barang yang ada dipegangnya.
"Oh, maksud lo ini?" Tanya Anggun mengangkat tangannya tinggi bermaksud mempermalukan Jamal di depan banyak orang.
Jamal menggeram. Gadis ini suka sekali mempermalukan dia di depan banyak orang. Ingin sekali ia merobeh mulut si gadis kalau ia tidak berada di tempat ramai seperti ini.
"Tinggal balikin aja apa susahnya si?"
"Lah, ngapain juga gue balikin barang ini ke lo?! Lagian gue yang ngambil duluan. Otomatis barang ini milik gue!"
"Tapi gue yang lihat duluan. Lo nggak tahu perjuangan gue nyari barang itu. Gue udah muter-muter ke segala penjuru!" Dusta Jamal.
"Terus lo kira, gue perduli? Enggak! Lagian bodoh amat, lo mau nyari keliling Jakarta juga gue nggak perduli. Lagian, cowok kok beli pembalut. Cowok beneran bukan lo?"
"Ya iyalah. Orang ini nyokap gue yang nyuruh. Emangnya elo. Sok sokan beli begituan biar diakuin sebagai cewek kan?"
"Enak aja. Gue beneran cewek kali. Emangnya lo, cowok jadi-jadian."
Habis sudah kehabisan Jamal meladeni gadis di depannya ini. Dengan cepat, Jamal berusaha merebut barang yang ada di tangan gadis itu. Hingga keributan benar-benar terjadi. Jamal yang berusaha mendapatkan barang di tangan Anggun. Tak perduli berapa banyak barang yang berjatuhan. Lulu lantak tak berbentuk. Mereka masih asyik melanjutkan pertengkaran mereka. Hingga tak beberapa lama, tangan mereka dicekal oleh satpam yang bertugas.
"Kalian berdua keluar!" Ucap satpam itu tegas.
"Lho, dia aja yang keluar dong! Saya nggak salah apa-apa disini! Dia tuh yang salah" Sahut Anggun membela diri sembari menunjuk Jamal.
"Kok lo nyalahin gue? Yang salah itu elo. Kalau lo langsung ngasih barang itu ke gue, gue gak bakal lakuin hal konyol kek gini."
"Dih, emang itu salah lo kok."
Pandangan mata para pengunjung berpusat ke arah keributan. Menerka-nerka, sepertinya mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
Anggun mendelik tak suka. Ia benar-benar risih menjadi pusat perhatian seperti ini.
"Apa kalian lihat-lihat,huh? Gak pernah lihat cewek cantik kayak gue? Pengen matanya gue colok,huh? Denger ya, cowok di depan gue ini mau ngerebut barang milik gue! Dan kalian tau apa? Pembalut hahahhahah.... Sebenarnya dia cowok apa cewek si?" Ucap Anggun mengeraskan suaranya.
Wajah Jamal memerah sampai ke telinga. Menahan marah serta malu secara bersamaan. Ia marah karena gadis ini sering sekali mempermalukannya. Ia malu karena mendengar bisikan-bisikan orang-orang membicarakannya yang tidak-tidak.
Jamal menatap Anggun sengit. Sial. Apakah ini karma karena ia meragukan seksualitas Anggun? Tidak. Lihat saja, ia akan membalas perbuatan gadis di depannya ini. Seseorang yang telah mengusik kehidupan Jamaluddin eh Jack tidak akan hidup dengan tenang.
....

Bình Luận Sách (107)

  • avatar
    Zzzzbt

    cerita ini sangat bagus sekali

    9d

      0
  • avatar
    WahyudaRega

    menarik ceritanya kak

    12/08

      0
  • avatar
    channel8pool ball

    okbakk

    10/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất