logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Berada di Alam Lain

Pelita. Ya_ Aldo langsung terpikir pada sosok itu.
Hari ini mereka akan bertemu. Banyak pertanyaan yang akan Aldo tanyakan padanya.
Tapi harus masuk lagi ke kamar itu untuk mengambil pakaian. Aldo harus mengumpulkan banyak keberanian.
Baru dua malam saja, kejadiannya sudah se-ngeri ini. Apalagi sampai habis sewa kontrak, lima bulan. Bisa-bisa Aldo gila atau bahkan tinggal nama.
Aldo belum kenal dengan siapa pun di sana, kecuali Bi Sumi dan tukang warung saja. Ada pikiran lain di otak Aldo. Sepertinya ia harus bertanya kepada warga lain tentang cerita kontrakan ini sebenarnya.
Aldo juga ingin bertemu langsung dengan pemiliknya, mungkin saja uangnya bisa kembali kalau ia keluar besok atau lusa. Walau uang satu juta tak terlalu besar baginya, namun membiarkan uangnya dibayar menyewa tempat seperti ini, Aldo sedikit tak rela.
Beberapa menit menunggu di depan gerbang, tak ada satu pun warga yang melintas.
Tadinya Aldo, walau malu ingin minta diantar mengambil barang-barangnya di kontrakan. Entah itu jalan mati, atau memang tak ada aktivitas warga di jalan itu, hingga matahari memancar hangat, nihil. Tak satu manusia pun Aldo lihat. Walau masih takut. Terpaksa Aldo masuk sendiri untuk membawa dompetnya saja
Kejadian semalam membuat Aldo ketakutan untuk masuk lagi ke sana.
Dompet tergeletak di atas laptop. Aldo tak berniat mandi atau cuci muka. Malah berganti baju pun tidak. Ia lebih memilih mandi di POM dan membeli baju baru saja. Berlama-lama di dalam kontrakan sangat tidak nyaman lagi bagi Aldo.
Aldo memasukkan laptop, kamera dan handphone. Lalu meraih dompet dan jaket yang tergantung. Matanya menatap kasur tempat tadi malam seseorang yang tidur berselimut kain sarung dan mendengkur sangat keras hingga membuat Aldo susah memejamkan mata.
Suara dengkurannya masih terngiang di telinga. Tak ada angin ataupun sesuatu, tiba-tiba saja pintu lemari terbuka sendiri. Aldo langsung mundur terkejut tapi matanya penasaran apa isi dalam lemari itu.
"Itu hanya angin_ya itu hanya angin, atau pintunya memang sudah rusak". Aldo kembali fokus mencari kabel charger yang entah berada di mana. Lalu saat Aldo fokus mencari, tiba-tiba pintu lemari itu menutup sendiri dengan sangat keras.
BRAKK!!!
Suara keras itu sampai membuat tas laptop di tangan Aldo jatuh karena si pemegang terkejut.
Aldo makin panik ketakutan.
Ia tak ingin mencari charger-nya lagi, yang Aldo inginkan adalah secepatnya keluar dari tempat itu.
Pintu terlihat akan menutup dengan pelan.
Aldo berlari sangat kencang, takut ia tak bisa keluar atau malah terkunci di sana. Entah siapa yang menggerakkan, namun nyatanya pintu itu hendak menutup sendiri.
Hampir saja Aldo terlambat keluar, namun tangan kanannya bisa menghalangi pintu untuk menutup.
"Jangan! Jangan pergi!" Suara seperti seorang wanita berbisik di telinga Aldo. Lalu suara bariton yang mengerikan berkata dengan sangat jelas" Aldo Jangan pergi."
Hanya satu tangan menahan pintu untuk tak menutup, namun sangat berat untuk menariknya terbuka lagi.
Sekuat tenaga Aldo keluarkan.
Beruntung pintunya bisa terbuka kembali. Namun saat akan melangkah, entah mengapa kaki Aldo seakan kaku, keram tak bisa bergerak.
Samar terlihat ada sesosok wanita berambut panjang memegangi kaki kanannya.
"Tuhan bantu aku" sebait doa yang tulus Aldo ucapkan dalam hatinya.
Lalu dengan refleks, Aldo menggerakkan kakinya seolah menendang.
Berhasil. Akhirnya kaki Aldo bisa digerakkan dan bisa ditarik keluar.
Saat Aldo sudah melewati pintu, tiba-tiba pintunya menutup dengan sangat keras diikuti dengan lengkingan suara wanita yang menakutkan.
"Jangan Pergi!!!"
Aldo berlari sangat kencang menuruni tangga lalu keluar gerbang. Aldo tak ingin mengambil jalan gang itu lagi, walau lebih cepat . Ia sengaja mengambil jalan yang ramai. Tak ada satu pun taksi lewat.
Orang-orang juga berlalu lalang menghiraukan keberadaannya. Karena tak kunjung ada kendaraan. Aldo putuskan memesan ojek online.
"Mas, masih di mana?" tanya Aldo kesal karena tak kunjung datang.
"Iya mas. Maaf saya kesasar. Tiap yang saya tanya,, tak ada yang tau alamat itu.
"Masa? Aku sudah di halte ini satu jam," Aldo kesal.
Lalu tiba-tiba seorang kakek menepuk pundak Aldo. Aldo langsung menoleh karena terkejut.
"Kakek siapa?" tanya Aldo.
"Kamu kok hidup di alam lain, pantas tak ada yang melihatmu," ucapnya.
Aldo semakin bingung tak mengerti artinya apa. Lalu tak lama, jalan yang tadi sepi, tiba-tiba ramai dan ojek online pun terparkir di dekatnya.
"Mas Aldo ya?"
"Iya. Kemana aja sih, lama bener. Bintang satu nih,"
"Wah jangan, Mas. Dari tadi saya bolak-balik ke sini. Mas-nya gak ada.
"Ah masa, gue dari tadi di sini-" Aldo lalu teringat ucapan Kakek yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Ayo jalan, Bang!"
Ucap Aldo ketakutan.
Ojek online berhenti di sebuah SPBU. Aldo yang memintanya untuk menunggu sebentar. Ada uang tips juga untuk waktu tunggu yang akan diberikan Aldo di luar ongkos.
Bang Ojol lanjut mengisi bensin sedangkan Aldo langsung berlari ke kamar mandi setelah membeli beberapa keperluan mandi di minimarket.
Mandi di SPBU lebih nyaman dan aman, dari pada mandi di kontrakan. Ia takut kejadian saat air keran berubah merah terulang lagi. Toiletnya bersih dan wangi, seperti baru saja dibersihkan membuat Aldo nyaman membasuh badannya.
Segarrr...
Setelah beres mandi Aldo kemudian melanjutkan ke sebuah toko pakaian dulu untuk mengganti bajunya. Bang Ojol dengan setia mengantar. Hanya sepasang baju saja yang ia beli dan langsung dipakai di ruang ganti setelah membayarnya lebih dulu di kasir.
Baju baru, wajah fresh siap bertemu dengan seseorang yang bisa memecahkan misteri kontrakan sebenarnya. Tak sabar Aldo ingin segera bertemu pelita.
"Aku OTW" ketik Aldo.
Lalu tak lama suara notif berbunyi
Cling...
"Aku sudah sampai. Kutunggu di cafe seberang museum."
"Oke aku ke sana sekarang."
Aldo menaiki Ojek Online yang setia menunggunya. Hanya perlu waktu sepuluh menit saja untuk sampai di tujuan.
" Berapa, Bang?"
"Tujuh belas ribu saja, Mas."
Aldo lalu mengeluarkan selembar uang pecahan seratus ribu. Lalu memberikannya pada pengemudi Ojol.
"Wah, Mas. Saya belum ada kembalian. Uang kecil saja,"
" Udah gak perlu dibalikin. Itu tip buat kamu karena udah nunggu."
"Wah, kalau begitu terima kasih ya, Mas. Sudah jadi penglaris saya pagi ini," ucap mamang Ojol berbinar.
Aldo tak menjawab lagi, hanya acungan jempol saja sambil berjalan pergi. Ia lalu sampai di cafe sebrang museum. Seorang wanita dengan mantel berwarna cokelat pastel tengah duduk sendiri di dekat kaca. Aldo seperti yakin kalau itu pelita. Ia lalu berjalan mendekati.
"Pelita?" ucap Aldo dari arah belakang.
"Iya," jawabnya sambil menoleh dan tersenyum.
Rasa kaku sejenak muncul karena sepasang laki-laki dan perempuan muda bertemu tanpa ada ikatan khusus atau saling mengenal.
Pelita, ternyata wanita muda mungkin berumur dua puluhan, cantik dan modis. Eits pikiran Aldo jadi kemana-mana lihat cewe cantik. Maklum sudah terlalu lama sendiri.
"Makasih udah dateng," ucap Aldo basa-basi.
"Oke. Bagaimana ceritanya kamu bisa tinggal di kontrakan seperti itu?" Pelita to the point.
"Nemu di iklan koran. Kebetulan harganya murah banget. Aku ambil deh," jawab Aldo sambil menyesap secangkir kopi yang dia pesan tadi.
" Kalau kamu pengen selamat, mendingan pindah dari sana."
"Ya, aku juga pengen secepatnya pindah. Tapi kontenku tentang horor di sana sangat bagus responnya. Tiga ratus ribu kali ditonton sejak dua jam diupload. Pengikutku juga bertambah signifikan." Aldo beralasan.
"Lalu, rencana kamu apa?"
"Kamu bisa tidak, buat jimat atau sejenis penangkal, biar mereka gak macem-macem sama aku," kata Aldo.
"Gak, aku gak punya benda kaya gitu," jawab pelita.
Aldo sedikit kecewa. Tadinya ia bisa mempergunakan jasa pelita untuk memuluskan rencananya.
"Memang, apa sih yang kamu lihat di kontrakan itu?" tanya Aldo penasaran.
"Tadi malam kamu tidur bukan dengan temanmu kan?"
"Iii-iya. Dari mana kamu tau?"
"Itu sejenis buta ijo yang siap menerkam-mu. Tadi malam kamu lihat ada yang mondar-mandir di luar kan? Itu aku yang kirim penjagaan, supaya buta itu gak bereaksi,"
Aldo yang mendengar kalau yang semalam tidur ngorok di sampingnya adalah Buta ijo, langsung merinding ketakutan. Bukan tidak mungkin kalau dia kembali ke sana, buta itu akan menerkamnya. Seumur hidup baru kali ini Aldo merasakan atau berinteraksi dengan hal gaib.
"Rumah itu sengaja dijadikan tempat makhluk-makhluk itu tinggal. Ada sesajen kan di sana? Itu biar mereka betah. Sepertinya pernah ada yang terbunuh di sana. Hah bayi?" Pelita kaget melihat hasil penerawangannya.
"Sebenernya, aku udah bayar di muka untuk lima bulan ke depan. Jadi kalau aku pergi sekarang, hangus juga uang itu."
"Sejuta kan bukan uang gede buat kamu."
Aldo heran dari mana Pelita tahu, kalau uangnya cuma sejuta. Ia malu karena mau saja dengan yang murah, nyatanya Zonk."
Lalu handphone Aldo berdering.
"Do. Si Roni masuk rumah sakit,"
"Hah? Yang bener?!. Tadi pagi kita masih telponan. Dia kena disentri, Do. Buang air terus"
Aldo jadi kepikiran saat Roni makan sesajen. Apakah itu tuah yang dikatakan bi Sumi?

Bình Luận Sách (238)

  • avatar
    PurnamaDian

    baru baca uda seru, mantap jiwa ni, bagi penyuka jantung dagdigdug wajib baca ni

    03/06/2022

      1
  • avatar
    Nur MaulidanattaM. Rifky

    IH BAGUS BANGETT NOVEL NYA SAMA SEREM BANGETT😥 TPI SERU😆 POKOKNYA BINTANG 5 DONG😆👍🏻

    20/05/2022

      0
  • avatar
    IdrisZunnurain

    boleh dibayangkan suasana dan tempat kejadian. buat lebih banyak cerita yang berkualiti dan menarik!

    17/05/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất