logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Ternyata mereka bukan manusia

Harusnya pakaian preman minimal bau knalpot motor, ini malah bau kapur untuk mayat.
Bulu kuduk Aldo langsung berdiri, ia memutuskan berlari saja untuk segera keluar dari gang itu.
Anehnya saat tadi siang, gang serasa pendek/dekat. Tapi sekarang berasa sangat panjang dan jauh.
Akhirnya dengan napas ngos-ngosan, Aldo sampai juga di ujung gang dan langsung duduk di bangku warung yang berada tepat di sebelah gang.
"Kenapa, Den? Kaya habis lari, ngos-ngosan gitu? tanya si Ibu warung sambil menyodorkan satu cup minuman kemasan pada Aldo.
"Terima kasih, Bu. Iya. Saya habis lari barusan. Ada air galon, Bu?"
"Oh, ada. Tuh di pinggir kulkas. Aden barusan lewat gang itu?" tunjuk si Ibu.
"Iya, Bu. Cape. Ibu tadi lihat ada orang yang masuk ke gang itu juga yang berpakaian preman, badannya besar-besar?"
"Ah, gak ada, Den. Dari tadi ibu di sini, gak ada yang lewat ke gang itu, selain aden barusan keluar dari sana."
Aldo langsung lemas mendengar jawaban si ibu warung kalau baru ia yang keluar dari gang itu.
"Terus yang tadi berpapasan sama gue apa?"
"Ibu yakin?" Aldo mastiin.
"Yakin, lah. Memangnya kenapa?" Si Ibu melihat Aldo seperti ketakutan dan cemas
. "Lagian Den. Tak ada yang berani lewat gang itu malam-malam. Apalagi habis magrib. Orang-orang lebih memilih memutar ke jalan raya dari pada jalan pintas lewat gang ini."
"Memangnya kenapa gitu Bu?"
"Di gang itu pernah ada tawuran geng motor. Korbannya ada lima orang yang meninggal di sana,"
Aldo makin ketakutan setelah mendengar penjelasan ibu warung tentang gang itu. Terpaksa pun, Aldi tak mau lagi lewat gang itu lagi.
"Lalu, saya harus lewat jalan mana, Bi? untuk ke kontrakan Kenanga?" tanya Aldo.
"Aden jalan aja lurus, nah nanti ada tiang listrik belok kanan, nanti ada jalan lagi ke bawah nah sebelah kanan itu kontrakan kenanga.
Eh Aden yang tadi siang jajan juga ya ke sini? Temannya mana? Kok gak ikut?"
Mendengar ibu warung menanyakan Roni, Aldo jadi ingat kalau tujuannya ke warung adalah membeli obat sakit perut untuk sahabatnya itu.
"Oh, obat sakit perutnya, Bu. Dua. Teman saya lagi sakit perut."
Lalu ibu itu memberikan obatnya dan menghitung belanjaan Aldo lainnya.
"Semua dua puluh ribu. Den."
Aldo lalu membayarnya dengan uang pas.
"Terima kasih, Bu."
"Iya. Hati-hati, Den. Waspada dan banyak berdoa di kontrakan itu,"
"Hus. Bu. Gak boleh sembarangan," ucap suami si ibu yang baru datang.
Sepertinya ibu itu ketakutan, makanya langsung masuk.
Aldo pun memilih jalan pulang sesuai rute yang dikatakan ibu warung tadi.
Ternyata memang lebih jauh, tapi lebih nyaman karena banyak lampu dan orang berlalu-lalang.
Pengalaman tadi saat di gang.masih menyisakan kengerian tersendiri bagi Aldo. Bau melati dan kapur barus yang menyengat berasa masih ia cium.
Namun Aldo tak bisa mengatakannya pada Roni. Bisa-bisa dia minta pulang.
Saat sampai di depan gerbang. Kontrakan Aldo masih gelap, padahal tadi waktu ia pergi, semua lampu sudah menyala.
Aldo lalu bergegas menaiki tangga menuju kontrakannya.
"Ron! Roni buka pintunya!" Aldo merasa hawatir dengan keadaan temannya itu. Takut kalau ia kenapa-kenapa.
Ternyata pintunya tak dikunci. Aldo pun mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Saat lampu menyala, terlihat sahabatnya Roni sudah tertidur di atas kasur, merengkol dengan kain sarung menghadap tembok, memunggungi Aldo.
"Ron, bangun dulu Ron. Ini obatnya," ucap Aldo sambil menepuk-nepuk kaki Roni yang tertidur itu. Namun ia tak bergeming, malah suara ngorok balasannya.
Aldo tak ingin membangunkan sahabatnya itu. Lebih baik dia tidur, dari pada kebelakang terus. Setidaknya ada manusia lain yang bisa Aldo mintai tolong jika hal-hal aneh itu muncul lagi.
Aldo yang belum ngantuk, karena waktu pun masih jam tujuh malam, menghidupkan kameranya untuk siaran live. Ia ingin menceritakan cerita di gang tadi di chanel-nya.
"Halo gais. Aku mau cerita pengalaman horor yang baru saja aku alami. Gais. Harap maklum suara ngorok temenku ya. Dia sakit perut dan sekarang udah baikan. Makanya ngorok. Hehehe.
Tadi gue kan ke warung buat beli obat. Jalan ke warung tuh harus melewati gang yang sempit. Udah sempit, gelap lagi. Nah baru setengah jalan gue-" Aldo berhenti bicara karena ada sebuah suara.
TIK. TIK .. TIK
Suara jendela seperti diketuk dengan kuku.
TIK. TIK. TIK
Suara itu terdengar beberapa kali.
"Kalian dengar gaka gais. Ada yang ngetuk jendela gue. Aduh mana si Roni pelor banget kaya mayat. Ayo kita samperin ya gais."
Aldo walau takut berusaha mendekati jendela untuk melihat apa atau siapa yang mengetuk jendelanya.
Tangan Aldo berberat saat akan membuka tirai jendelanya. Satu dua tiga. Tirai dibuka. Jantung Aldo nyaris saja putus. Ia tak melihat siapapun di luar.
DUG DUG DUG DUG DUG
Lalu suara itu berubah jadi seperti ketukan. Ah lebih tepatnya tendangan dari atas langit-langit.
"Aduh gais, suaranya pindah ke langit-langit. Ron, bangun Ron!" Tapi Roni masih tak bergerak."
Lalu beberapa komentar masuk.
"Seru. Do. Lanjutkan"
"Do, hati-hati serem banget."
"Wah dasar lu gedor sendiri lu yang takut sendiri. Dasar nipu"
Lalu ada komentar dari akun pelita yang sangat Aldo tunggu.
"Do. Itu bukan manusia."
"Maksud?" Aldo tak mengerti maksud tulisan pelita itu.
Teman yang diharapkan bisa menemani, malah tidur pulas seperti mayat hidup. Tiba-tiba kamera Aldo mati.
Kembali hal itu terjadi. Saat Aldo kebingungan tak bisa melakukan aktivitas. Suara dengkuran Roni malah makin keras. Itu tak seperti biasanya dan posisinya tak berubah, masih tetap menghadap dinding.
Kira-kira ada yang tau maksud pelita 'Do. Itu bukan manusia' itu apa?
Bersambung

Bình Luận Sách (238)

  • avatar
    PurnamaDian

    baru baca uda seru, mantap jiwa ni, bagi penyuka jantung dagdigdug wajib baca ni

    03/06/2022

      1
  • avatar
    Nur MaulidanattaM. Rifky

    IH BAGUS BANGETT NOVEL NYA SAMA SEREM BANGETT😥 TPI SERU😆 POKOKNYA BINTANG 5 DONG😆👍🏻

    20/05/2022

      0
  • avatar
    IdrisZunnurain

    boleh dibayangkan suasana dan tempat kejadian. buat lebih banyak cerita yang berkualiti dan menarik!

    17/05/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất