logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Sesajen di atas kasur

Aldo yang sampai di depan gerbang, terkejut melihat pintu kontrakannya terbuka. Ia ingat betul, kalau pintunya sudah dikunci sebelum pergi tadi. Lalu ia merogoh saku, ujung tangannya menyentuh kunci yang masih ada di sana.
"Ron, kontrakan gue pintunya kebuka. Ron! Cepetan!" Aldo berlari menaiki tangga menuju kamar kontrakannya yang berada di pojok lantai dua. Aldo takut, barang-barang berharganya seperti laptop, kamera dan lain-lain hilang di curi. Barang itu yang pertama Aldo cari keberadaannya. Tapi semua rapi. Masih ada di tempatnya. Tapi bau kemenyan bakar sangat menusuk hidung saat masuk ke sana.
"Do, kok ada sesajen di sini?" ucap Roni
Aldo dan Roni kaget melihat ada sesajen dengan kemenyan yang masih mengepul berada di atas tempat tidur.
"Hah, sesajen?!"
"Jangan-jangan??" Aldo dan Roni saling pandang. Aldo kebingungan, maksudnya apa ini? Tapi ia lebih kesal karena ada orang yang sembarangan masuk ke kamarnya.
Sesajen berupa nampan kecil yang berisikan ayam bakar, kelapa, kopi, rokok bunga dan beras tersusun rapi di atas kasur. Tapi siapa yang melakukan ini?
Saat Aldo masih shock dengan sesajen itu, tanpa aba-aba Roni malah menyantap daging ayamnya,"Hey, Ron. Jangan di makan.!" namun itu terlambat. Roni sudah memakan daging itu dengan lahap.
"Sayang, Do. Makanan enak di anggurin."
"Tapi itu sesajen, Ron. Takut kenapa-kenapa," jawab Aldo khawatir.
"Alaah, jangan takut. Aku udah biasa kok. Di makam-makam cina, jeruk dan apelnya sering aku bawa pulang, heheheh. Lagian mahluk astral kan gak bisa ngunyah, yang bisa ngunyah kan kita-kita ini. Ayo, kamu mau gak? Walau hambar, tapi lumayan lah, perbaikan gizi," Roni menawarkan daging ayam itu pada Aldo, namun Aldo tak berminat sedikit pun.
Aldo lalu berjalan keluar. Ia ingin mencari tau siapa yang masuk ke kontrakannya tanpa ijin dan meletakan barang-barang aneh(sesajen) di kasurnya. Ia lalu menuruni tangga dan menggedor pintu rumah pemiliknya.
Tok tok tok!
Pintu pun terbuka memunculkan sosok Bi Sumi yang judes.
"Apa lagi?" tanyanya ketus.
"Maaf, Bu. Ada orang yang masuk ke kontrakan saya, nyimpan sesajen segala. Kira-kira ibu tau, tidak siapa pelakunya?" tanya Aldo, walau sebal dengan muka judesnya tapi ia ingin memberi pelajaran pada si pelaku.
"Memangnya kenapa?" jawab Bi Sumi, datar. Sontak Aldo terkejut dengan pertanyaan balasan itu.
"Kenapa??" Aldo tak habis pikir, wanita itu akan menganggap sepele hal itu. "Ya ... itu kan gak sopan. Masuk rumah orang seenaknya saja," jawab Aldo.
"Terus, mau kamu apa?" Bi Sumi masih dengan wajah judes, melirik dengan sudut mata, seperti meremehkan.
"Ya, saya pengan tau siapa dan dia harus minta maaf pada saya,"
"Aku yang masuk ke kontrakanmu," jawab Bi Sumi singkat.
Aldo sudah menduganya karena yang bisa masuk selain pemilik ya yang memegang kunci cadangan.
"Untuk apa?" tanya Aldo penasaran.
"Lah. Katanya digangguin, ada yang nangis ada yang lari-lari. Dibantu ngilangin, malah nuduh pencuri. Dasar wong edan, wong gendeng,"
Aldo mengerti arti kata edan dan gendeng itu umpatan. Walau merasa sangat kesal, ia coba menahannya.
"Saya tak percaya hal-hal mistis seperti sesajen dan yang lainnya. Bawa kembali barang-barang itu dan jangan berani masuk lagi tanpa sepengetahuan saya, atau nanti saya adukan perbuatan ibu ke pemiliknya" jawan Aldo geram.
"Hahah berani benar kau anak muda. Kau tak tahu apa-apa."
Aldo sudah tak tahan, ia lalu membalikan badan lalu berjalan menjauhi tempat itu. Lalu saat baru beberapa meter, Bi Sumi sedikit berteriak. "Hey, bilang sama temanmu. Yang sopan kelakuannya, kalau tidak dia akan dapat akibatnya," ungkap Bi Sumi. Aldo enggan menanggapi. Ia terus saja menjauh. Lalu saat sampai di kontrakannya, Aldo melihat Roni yang sedang memegang sesajen itu. Seperti akan membuangnya,
"Ron! JANGAN!!"
Aldo melarang Roni membuang sesajen itu. Ia
"Ron! JANGAN!!" Tapi Roni sudah terlanjur membuang nampan sesajen itu ke bawah.
Aldo teringat perkataan Bi Sumi tadi.
"Bilang sama temanmu. Jaga omongannya," ucap Bi Sumi dengan wajah yang mengerikan bagi Aldo. Tatapan mata wanita yang sudah keriput itu, membuat Aldo tidak nyaman.
Aldo menuruti perintah akun bernama pelita untuk mengajak seorang teman malam ini. Beruntung Roni bisa dirayu. Jika berhubungan dengan gratisan, Roni pasti luluh
Matahari telah terbenam di peraduan. Suasana magrib yang langsung sepi, sangat Aldo takutkan sekarang. Malam, biasanya jadi waktu ternyaman untuk mengedit atau mengotak-atik komputer dan akunnya, sekarang malah menjadi waktu paling mendebarkan. Bahkan ingin segera pagi saja.
"Aduh, Do. Gue sakit perut nih. Melilit banget. bolak-balik WC terus," keluh Roni.
"Tuh kan. Apa gue bilang. Pasti gara-gara ayam sesajen tadi,"
"Iya, nih. Kayaknya gitu. Mana air galon abis lagi."
"Ya sudah. Gue ke warung dulu beli air sekalian beli obat buat sakit perut, lo."
Roni tak mengindahkan ucapan Aldo karena berlari lagi ke WC. Aldo lalu pergi sendiri ke warung depan gang sambil membawa galon kosong.
Jalan menuju warung harus melewati gang sempit yang agak gelap, karena pencahayaan yang hampir tak ada. Hanya mengandalkan satu lampu di ujung gang sebagai penerang.
Saat Aldo sedang berjalan di gang sempit dan gelap itu, tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan pria berpakaian preman hendak melintas juga.
Keadaan gang yang sempit, memaksa salah satu harus menyender pada dinding untuk mempersilahkan yang lain lewat dulu.
Aldo yang badannya lebih kecil, mengalah memberi jalan.
Saat pria-pria berbadan tambun melintas aroma bau melati lalu kapur barus menyeruak ke indra penciuman Aldo.
Ia berusaha menahan napas karena baunya sangat menyengat, tapi sia-sia saja. Tetap bau melati dan kapur barus itu membuat Aldo hampir muntah.
Anehnya setelah Aldo menengok ke belakang. Pria-pria tadi sudah tak ada, padahal butuh tujuh sampai sepuluh langkah untuk keluar dari gang ini.
Walau pria-pria itu sudah pergi, tapi baunya masih saja tercium.
Harusnya pakaian preman minimal bau knalpot motor, ini malah bau kamper untuk mayat.
Bulu kuduk Aldo langsung berdiri, ia memutuskan berlari saja untuk segera keluar dari gang itu. Anehnya saat tadi siang, gang serasa pendek/dekat. Tapi sekarang berasa sangat panjang dan jauh.

Bình Luận Sách (238)

  • avatar
    PurnamaDian

    baru baca uda seru, mantap jiwa ni, bagi penyuka jantung dagdigdug wajib baca ni

    03/06/2022

      1
  • avatar
    Nur MaulidanattaM. Rifky

    IH BAGUS BANGETT NOVEL NYA SAMA SEREM BANGETT😥 TPI SERU😆 POKOKNYA BINTANG 5 DONG😆👍🏻

    20/05/2022

      0
  • avatar
    IdrisZunnurain

    boleh dibayangkan suasana dan tempat kejadian. buat lebih banyak cerita yang berkualiti dan menarik!

    17/05/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất