logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

#6. Merayu Tokoh Utama Pria

Ekspresi pucat Airin terlihat mengerikan karena bocah tersebut mengeluarkan banyak usaha untuk menahan diri supaya tidak menangis. Pesta sudah selesai dari satu jam yang lalu. Para tamu undangan pulang ke rumah masing-masing setelah menemui Sally kecil untuk terakhir kalinya.
Awalnya Leander mengundang Pewaris Kekaisaran Demonia Purpura dengan tidak sengaja. Karena berpikir pasti tawarannya akan ditolak begitu saja mengingat sikap anti sosial Veen. Namun siapa sangka Veen akan setuju dengan begitu mudahnya. Yang mana malah menciptakan kecanggungan di meja makan.
Tidak tahu apa alasan Veen mau mengikuti acara makan malam bersama ini. Yang jelas, Airin tidak tahu kapan pertahanannya bisa bertahan. Wajahnya kian memerah menahan rasa ingin menangis. Padahal Veen hanya duduk tepat di kursi samping. Tetapi aura mengerikan dan wajah dingin anak remaja itu membuat tokoh utama wanita takut setengah mati.
Bella khawatir mengenai putrinya. Ia ingin bangkit dan memindahkan Airin ke tempat duduk lain, tetapi Veen sudah duduk di dekat putrinya. Terlihat tidak sopan kalau dia memindahkan Airina. Seolah-olah memperjelas rumor tentang Veen yang mengeluarkan aura kematian menakutkan bagi anak-anak.
Erdogan mengambilkan lauk kesukaan adiknya. Bekerja keras untuk mengalihkan ketakutan Airin terhadap Veen. Ia sendiri meskipun selalu tenang dan dewasa, pun, harus menerima kenyataan lengan kecilnya bergetar. Erdogan dengan Veen selisih kurang lebih enam tahun dalam hal umur, dengan Veen pihak lebih tua.
Leander berserta Heinrich mencairkan suasana menggunakan sikap mereka berdua yang ramah. Sedangkan Bella menyahut sedikit-sedikit karena merasa takut. Soalnya wanita itu mendadak teringat rumor yang beredar bahwa Veen bisa membunuh seseorang melalui sentuhan kontak langsung.
Entah itu benar atau tidak. Namun bukti kalau Veen tidak pernah suka menyentuh orang lain itu memang benar adanya. Menurut cerita dari seorang mantan maid Kekaisaran, katanya Tuan Muda kerap menolak sentuhan dari orang lain.
Tuan Muda bahkan tidak mengizinkan maid memasuki kamarnya atau menyentuh benda-benda yang dia pakai. Bukankah ini menjelaskan apabila rumor yang beredar memang benar adanya?
Catarina datang terlambat sebab perlu mengganti popok dari anaknya. Rencana awal Catarina ingin menidurkan Sally begitu melihat langit malam melalui jendela besar di kamar. Malam sudah larut tapi putrinya belum mau tidur sama sekali. Alhasil dia memilih keluar bersama Sally yang masih bersemangat.
Benar perkataan orang tuanya dulu, anak kecil terkadang memiliki stamina melebihi orang dewasa dan selalu bersemangat.
"Mamamamam!"
Perhatian penghuni meja makan tersedot oleh suara imut dari pendatang baru. Heinrich beranjak dari kursi, mendekati istrinya dan beralih membawa Sally, "Biar aku yang bawa, kau makanlah yang banyak. Kau pasti lelah."
"Kau juga lelah, Hein. Biar aku yang bawa Sally."
"Ai~Ai~Ai~"
Ocehan tak jelas yang keluar dari mulut kecil Sally menghentikan aktifitas debat pasangan muda. Heinrich mengikuti arah jemari Sally menunjuk. Tersenyum tatkala mengetahui putrinya ingin bersama Airin.
Sally bertambah semangat ketika mereka berdua mendekati kursi tokoh utama wanita. Terlahir sebagai antagonis membuatnya harus bekerja ekstra mendekati dua tokoh utama novel— setidaknya harus membangun pertemanan, dengan begitu takdir kematian bisa tercegah.
Airin memangku sepupu kecil menggunakan dua lengannya yang terlihat lebih kecil dari lengan Sally. Kekhawatiran di wajah cantiknya memudar usai memeluk Sally yang terasa sangat empuk seperti boneka miliknya di rumah.
Meja makan tidak dilanda keheningan berkat usaha Leander mengeluarkan banyak lelucon yang semula pernah dikatakan oleh temannya. Tentu saja kecuali Veen, anak ini tidak ikut menanggapi lelucon sama sekali. Fokus memakan semua hidangan lalu menjawab sesekali pertanyaan Marquez dan Count sebagai tanda sopan santun.
Sally melirik beberapa kali ke tempat duduk tokoh utama pria. Tangan kecilnya masih membawa mainan berupa mutiara berukuran setengah kepalanya— sebuah benda peninggalan Dewa Laut ratusan tahun lalu. Benda ini termasuk jajaran benda berharga dengan harga setara harga rumah mewah. Pemberi mutiara ini tidak lain dan tidak bukan adalah tokoh utama pria.
Kalian tahu bocah laki-laki dingin itu bilang apa? Dia bilang mutiara peninggalan Dewa Laut menyesakkan gudang perhiasan, lagipula tidak ada yang mau menggunakan benda seperti ini sehingga Veen memberikan tiga buah mutiara.
Makan malam hampir selesai, Sally harus melakukan rencana yang sudah dia susun. Ia menunggu Veen mengulurkan tangan meraih gelas lalu dia bisa menyentuh lengannya.
Sejak kecil Veen hidup tanpa kasih sayang setelah ibunya meninggal dunia tak lama begitu dia lahir. Orang menyebut Veen memakan ibu kandungnya. Ayah kandung Veen bukan orang tua yang bisa menyayangi anaknya karena keturunan Demonia Purpura tidak pernah menunjukkan kasih sayang satu sama lain.
Sehingga ketika Veen mempunyai Veer sebagai putra, dia menjadi sosok orang tua tunggal yang sangat menyayangi anaknya. Akan tetapi siapa ibu dibalik kelahiran sosok Veer tidak terungkap sama sekali dalam novel. Sally dulu berpikir Veen tidak sengaja menghamili seorang anak gadis lalu karena tak tega memintanya aborsi, Veen meminta si perempuan melahirkan anak mereka dan Veen akan menjalankan kewajiban seorang ayah.
Itu hanya alur acak yang dibuat-buat oleh Sally sebab misterius sekali kehadiran Veer ini. Anak pungut pun tak mungkin, mana ada keturunan orang lain bisa mempunyai ciri-ciri yang hanya bisa didapatkan oleh keturunan langsung Demonia Purpura.
Setelah menanti-nanti, akhirnya Veen mengulurkan tangan hendak meraih gelas berisi air. Sally bergegas memiringkan tubuh kemudian mengulurkan tangan gemuknya untuk menyentuh tangan dibalut sarung tangan putih sebatas pergelangan.
"Poo! Hihi!"
Catarina nyaris melempar piring saat melihat anaknya berani melakukan kontak fisik dengan seorang Veen. Wajah cantiknya berubah pias dalam hitungan detik. Heinrich tidak berbeda, wajahnya lebih pucat dari sang istri.
Paling parah adalah Airin yang sudah menangis, sebagai seorang anak kecil, Madam sering bercerita tentang sosok Veen yang bisa membunuh orang lewat sentuhan. Airin tidak mau kehilangan sepupu kecil jadi dia menangis keras.
Sally berteriak nonverbal mendengar suara tangisan memekakkan telinga dari tokoh utama wanita.
Bisakah Airin diam?
Mengapa dia menangis begitu keras padahal bukan dia yang menyentuh Veen?
Hei perempuan! Aku menyentuh calon suamimu! Harusnya kau marah padaku bukannya menangis!
Veen menundukkan kepala meneliti wajah montok bersemu kemerahan yang tersenyum polos tertuju padanya. Sepasang alis tajam yang tebal dan rapi terjalin ke dalam. Iris ungu tuanya bersinar terang ketika menatap jemari kecil menempeli telapak tangannya.
Sebenarnya alasan Veen mau mengikuti makan malam adalah karena rasa penasaran terhadap Sally. Anak kecil ini memiliki aura positif yang membuat orang nyaman berada di dekatnya. Veen juga bisa mendeteksi ketulusan Sally.
Selama lima belas tahun, Veen tidak pernah mempunyai teman. Boro-boro ada teman, dia selalu dikurung di kediaman dan dipaksa untuk belajar, belajar, belajar tiada henti seolah tak kan ada hari esok lagi. Selama melakukan pertemuan bersama Duke, anak-anak seusianya menjauh pergi saat Veen mendekat berniat bergabung.
Lalu anak kecil ini justru seolah berusaha mendekatinya.
"Yang Mulia ...." Lirih Catarina ketakutan. Ia ingin segera meraih tubuh putrinya dan melindunginya. Kepalanya sedari tadi belum bisa memikirkan kemungkinan positif satu pun.
Veen menoleh pada Catarina. Ekspresi wajahnya tidak berubah, tetap dingin dan mengintimidasi. Yang justru langsung membungkam bibir Catarina. Veen beralih menatap Heinrich yang segera meluruskan punggung begitu ditatap olehnya.
"Saya akan menginap. Hari sudah terlalu larut."
Apakah Sally berhasil? Tokoh utama pria termakan oleh keimutan Maha Agung miliknya?
Leander saling bertatapan dengan Heinrich. Bertukar pemikiran melalui kode mata seperti yang sering mereka lakukan ketika masih anak-anak.
"Yang Mulia, Duke mungkin khawatir dengan anda yang tidak pulang ke rumah," celetuk Heinrich. Tertawa ringan diakhir kalimat.
Sally seakan bisa mendengar suara burung gagak hitam melewati meja makan. Ayah, itu perkataan paling tidak bermutu sedunia. Namun bibirnya belum bisa mengatakan apa yang dikatakan hatinya. Duke merindukan Veen? Bumi bisa gonjang-ganjing dadakan.
"Ayah tidak akan khawatir," tukas Veen. Jawabannya membungkam Heinrich yang sudah tidak tahu harus mengeluarkan kalimat bujukan apa lagi. Duke tidak pernah memperhatikan Veen kecuali saat akhir tahun yang mana Veen harus bertarung bersama sang ayah menunjukkan kekuatannya.
Erdogan menimpali meskipun tidak diundang, "Yang Mulia, anda mungkin merasa tidak nyaman harus tidur di sini. Saya dengar anda tidak terlalu suka menyentuh benda milik orang lain."
Takutnya Veen tidak suka jenis kasur di sini lalu menghancurkan segalanya, kasihan Paman dan Bibi. Itu adalah bayangan dalam kepala kecil Erdogan.
Veen sontak mengalihkan tatapan ke Sally yang kebingungan dengan mata hijaunya melebar bak permata indah berkilauan bintik-bintik cahaya putih. Tanpa sepatah kata, Veen menarik kain bagian belakang dari gaun yang dikenakan Sally.
Heh?!
Bisakah anda membawa bayi secara manusiawi?!
Aku manusia bukan hewan!
"Astaga Yang Mulia! Anda bisa menyakiti putriku!" Jerit Catarina yang sudah berdiri dari kursinya. Menutup bibir sembari melotot ketakutan.
Veen mengerutkan kening. Kabut hitam keluar dari tubuhnya pertanda mulai tak sabar, "Lalu bagaimana yang benar?"
"To-tolong gendong seperti yang saya lakukan tadi ...." Cicit Catarina terbata.
Wajah Sally pucat pasi, rasanya mau muntah. Tetapi dia tidak boleh memuntahkan isi perutnya ke pakaian mahal tokoh utama pria atau dia bisa dilempar ke dinding kapan saja. Kemudian meninggal dunia.
Veen melirik Sally, membenarkan posisi menggendong sesuai gerakan menggendong yang diperagakan oleh Catarina. Veen berhasil membenarkan letak gendongan setelah satu menit berlalu, mentulikan telinga dari suara tangis menggelar Airina.
Bella pamit undur diri bersama anak-anak karena jam sudah melewati jadwal tidur malam. Catarina belum pergi dari meja makan karena anaknya masih dibawa oleh Pangeran Iblis. Anaknya mungkin bisa meninggal kapan saja.
Beruntung rumor mengenai Veen apabila melalukan kontak fisik dengan orang lain, maka orang tersebut akan meninggalkan ternyata tidak benar. Rasanya terlalu dilebih-lebihkan.
Heinrich sama khawatirnya dengan sang istri. Sedangkan Leander pamit tak lama setelah Bella mengundurkan diri dari meja makan.
Louis kembali setelah meminta maid membersihkan kamar tamu sebaik mungkin untuk Pewaris Kekaisaran. Para maid membersihkan kamar sambil komat-kamit memohon keberuntungan agar tidak terjadi masalah malam ini dan Pewaris Kekaisaran bisa tidur dengan nyaman tanpa rewel.
"Tuan, kamar sudah siap."
"Terima kasih Louis. Kau bisa pergi beristirahat."
"Baik, Tuan."
Catarina bergerak mendekati kursi tempat duduk Veen. Menunggu dengan sabar kapan putrinya dilepaskan oleh manusia setengah iblis tersebut. Mata emas Catarina sejak tadi tidak bisa berhenti melirik sesekali setelah dilanda perasaan horor.
"Saya akan tidur dengan putri anda."
Tiga orang terkejut bersama. Apalagi Sally yang menampilkan ekspresi seolah malam ini adalah hari ketika ajal akan menjemputnya untuk diajak keliling surga. Tokoh utama pria ingin tidur bersamanya?! Jangan bilang tokoh utama pria ingin mencekiknya di tengah malam?!
"Anu .... Yang Mulia saya rasa–"
"Tunjukkan kamar," potong Veen sebelum Heinrich menyelesaikan kalimat sanggahan yang pasti ingin menolak permintaannya.
Sally bingung, haruskah dia menangis? Ya! Dia harus menangis!
"Uwa ....!!!"
"Putri Ibu!"
Veen terkejut sesaat. Riak samar melintasi mata ungunya yang bersinar. Jemarinya memegang tubuh Sally semakin kencang, menambah tenaga sedikit lagi maka tubuh bayi itu bisa hancur berkeping-keping menjadi potongan daging.
"Diam," desisnya.
Aku hampir mati anak bodoh!
Namun Sally tetap menuruti permintaan malaikat mautnya. Menutup bibirnya rapat dengan mata terpejam rapat. Wajah kecilnya berubah ke warna merah kontras dengan kulit seputih susu.
"Cepat antar ke kemar."
Heinrich memeluk tubuh istrinya, menggelengkan kepala pertanda mereka harus menurut. Marquez Oscar sejak dulu termasuk pengikut setia keluarga Kekaisaran Demonia Purpura, Veen tidak akan berani membunuh anak mereka secara acak.
"Mari, Yang Mulia."
***
Sally menatap ke dinding sebelah kiri tubuhnya. Pasrah harus tidur bersama tokoh utama pria yang merupakan malaikat mautnya. Manusia mana yang bisa tidur nyenyak ketika malaikat maut jelas-jelas berada tepat di sisi mereka? Jawabannya tidak ada! Hanya manusia gila yang bisa tidur ditemani malaikat maut!
"Kenapa kau tidak mau menutup mata? Kelopak matamu rusak?"
Sally mendengus keras. Merubah posisi menjadi miring, memberikan punggung kepada tokoh utama pria. Kelopak mataku rusak? Lalu sedari tadi dia berkedip itu apa?!
Terkadang Sally sering emosi harus menghadapi tokoh utama pria versi bocah. Padahal usianya jiwanya adalah gadis remaja, namun tetap mudah dibuat emosi oleh bocah iblis itu.
"Kau menghindari aku?"
Aura dingin seketika menusuk permukaan punggung kecil milik Sally. Bulu kuduknya sontak berdiri merinding. Ia terpaksa membiarkan tubuhnya terlentang, mengangkat tangan untuk membingkai kedua sisi wajah tampan Veen.
Anak baik, anak baik, ayo berubah menjadi ramah!
Kening Veen mengernyit sedetik kemudian. Sally ketakutan setengah mati, menarik kembali kedua lengan gemuknya, tetapi lengan kanan Veen yang menganggur menahannya.
"Jangan dilepas. Tanganmu .... hangat."
Maksudnya tokoh utama pria menyukai sentuhannya? Omo, omo, omo, benarkah demikian?
Maka dengan senang hati Sally menyentuh wajah tampan Veen yang beberapa tahun lagi akan berubah menjadi senjata penjerat hati kaum wanita. Keindahan pahatan paras Veen memang patut menimbulkan kecemburuan dari kaum adam.
Wajahnya sudah seindah ini, kurang temperamennya yang perlu dibenahi.
Veen menusuk pipi gembul menggemaskan bagi banyak orang-orang. Teksturnya sangat lembut dan kenyal, rasanya juga hangat. Makhluk sekecil ini .... sangat rapuh, bisa meninggal kapan saja melalui satu cekikan, tetapi bagaimana mungkin Sally bisa selalu mengeluarkan senyuman bahagia?
Veen perlu bertanya kepada Madam, apakah dia waktu kecil juga seperti ini.
Iris ungu anak remaja tersebut menurun, tenggelam dalam pikiran yang berkecamuk. Lengan kanannya menarik tubuh mungil Sally memasuki pelukan canggung, suaranya tokoh utama pria begitu pelan, beruntung Sally menajamkan indra pendengaran tepat waktu, "Kau menyukai aku?"
Sally menaruh tangan ke dada Veen, memukulnya bahagia. Menandakan dia memang menyukai Veen .... walau terpaksa.
Ini demi kehidupan panjang dimasa depan nanti. Memeluk paha emas dua tokoh utama merupakan hal wajib. Dari sini, bukannya alur novel akan berubah total? Veen berhasil memasuki kubunya berkat wajah imutnya ini.
Sudut bibir Veen tertarik ke atas, memeluk tubuh mungil Sally semakin erat seiring waktu. Tidak berani menutup mata karena takut kehangatan ini hanya mimpi yang terwujud untuk sesaat.

Bình Luận Sách (85)

  • avatar
    AnggasAlvin

    good

    28/06/2023

      0
  • avatar
    FamkaJulia

    ceritanya bagus banget, lanjutin novelnya.

    15/01/2023

      0
  • avatar
    Kenzo

    saya sedikit terharu membaca cerita ini

    09/07/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất