logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 The Reunion

Amy menarik atau bahkan bisa dibilang gadis itu menyeret Amanda sambil terus saja melangkah memasuki area Villa. Amy tak lagi menghiraukan tatapan orang-orang yang dia lalui dan Amy yakin saat ini wajahnya sudah merah padam.
"Am, lihatlah wajahmu. Ya Tuhan, wajahmu merah sekali. Merah padam seperti tomat atau kepiting rebus?" usil Amanda sambil terkikik. Amy tetap tidak peduli dengan ucapan usil Amanda, dia terus saja menarik sahabatnya itu.
"Am, wajahmu memerah seperti itu karena malu atau marah?" usil Amanda lagi. Amy menatapnya galak.
"Diam, Amanda!" hardik Amy.
"Ups.." Amanda menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Hei, Amy. Ternyata kau sudah datang, di mana kekasihmu?" tanya seorang wanita seusianya yang berpapasan dengan mereka.
"Hai, Yola," sapa Amy singkat sambil terus saja menarik Amanda menjauh dari sana.
"Amy!" teriak gadis yang tadi disapa Yola. Dia mengangkat tangannya.
"Later, okay," ucap Amy dengan senyum sambil mengedipkan matanya dan melambaikan tangannya.
"Hai, Am. Keponakanku yang cantik jelita. Kau sudah datang, kau datang sendirian?"
Kali ini seorang wanita berusia setengah baya yang menyapanya. Amy berhenti sebentar, lalu dia cepat mencium pipi wanita itu sekilas.
"Hello, Bibi Ann," ucapnya singkat dan langsung kembali menarik Amanda yang sedikit tergopoh-gopoh karena tarikan Amy.
"Kita ke kamarmu saja," ucap Amanda yang kini gantian menarik lengan Amy.
Mereka memasuki sebuah kamar dengan ukuran lumayan besar. Begitu rapi dan wangi. Amy segera mendudukkan dirinya di atas tempat tidur yang empuk.
Sementara itu, Amanda menarik kursi dan duduk dihadapannya. Amy menatap Amanda dengan wajah kesal, wajah gadis itu cemberut.
"Amanda, kau serius mengirim orang itu untuk menjemputku?" tanyanya dengan nada marah. Keningnya berkerut, mulutnya mengkerucut. Amanda tertawa pelan.
"Eric, namanya Eric. Memangnya ada apa dengan lelaki itu?"
Amanda malah balik bertanya disela tawanya, Amy memutar matanya kesal. Dia menghembuskan napas kasar.
"Dia, dia itu sangat menyebalkan," ucap Amy dengan nada kesal. Suaranya terdengar meninggi.
Amy kini beranjak, bangun dari duduknya. Dia berdiri dan berjalan mondar mandir. Amanda tak lepas menatapnya.
Amanda hapal betul bagaimana sikap Amy ketika sedang marah atau kesal. Dia menarik tangan Amy untuk kembali duduk.
"Tidak ada lagi yang bisa kumintai tolong, Amy. Semua orang sudah memiliki pasangan. Hanya Eric yang datang sendiri."
Suara Amanda terdengar lembut. Dia menatap Amy yang terlihat mencebik. Amy kesal dengan alasan Amanda yang terdengar terlalu mengada-ada dan Amanda tersenyum menatap sahabatnya itu.
"Amanda, sebenarnya kau bisa saja menyuruh Paman Tim atau juga Mickey keponakanku itu," ucap Amy dengan suara sedikit rendah.
"Mereka saat itu tidak ada disekitarku, Am," jawab Amanda sambil berdiri dan berjalan menuju jendela kamar.
Di luar dia melihat Eric yang sedang berbincang dengan Ben. Dia melambai sambil tersenyum pada Ben yang sedang menatapnya.
"Memangnya kenapa dengan Eric. Aku rasa dia itu sangat baik," ucap Amanda dengan suara lembut.
Amanda menatap Amy yang terlihat masih kesal. Wajahnya ditekuk dengan bibirnya mengerut. Amy membuang napasnya dengan kasar.
"Tapi dia penyuka musik keras, berisik sekali. Dia juga mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat, aku sampai takut dan dia juga tadi..."
"Menciummu. Aku pikir kau yang menciumnya karena berterima kasih sudah dijemput, Amy," potong Amanda sambil tersenyum menatapnya. Amy berdecak kesal.
Amanda terus menatap Amy dengan senyum menggoda. Amy memijat kepalanya pelan. Dia jadi merasa sedikit pusing.
"Amanda, Aku tidak segila itu," geram Amy. Dia berusaha membela diri. Amanda terkekeh. Dia memegang kedua pipi sahabatnya itu dengan gemas.
"Tapi tadi pipimu merona, Amy sayang," ujar Amanda sambil diselingi tawa.
"Maksudmu?"
Amy terpekik, matanya membulat. Wajahnya kini terlihat cemas.
"Pipimu merona, Amy sayang. Ketika tadi itu Eric menciummu," ucap Amanda sambil tertawa pelan. Amy menggelengkan kepalanya.
"Hei kalian, dilanjutkan nanti ceritanya. Amanda, ajak dulu Amy untuk makan. Dari tadi kami menunggu kalian."
Suara Ibu Amanda yang berdiri di ambang pintu kamar, membuat mereka terdiam. Amy tersenyum menatap Ibu Amanda.
"Okay, Mam."
Amanda menjawab ajakan Ibunya singkat. Dengan langkah malas dan wajah tertunduk, Amy akhirnya mengikuti Amanda dan Ibunya menuju ke ruang makan.
Ruang makan besar itu dipenuhi keluarga besar Amanda dan Ben. Sahabat keduanya pun turut hadir dengan membawa pasangannya masing-masing.
Ini seperti acara reuni keluarga dan sahabat. Mereka saling menyapa dengan ramah. Amy mengedarkan pandangannya dengan bibir terulas senyum.
Dia menyapa semua keluarga yang hadir. Lalu matanya terarah pada sosok tinggi dengan kaos lengan panjang dan topi menutupi kepalanya.
Sosok yang tadi membuatnya kesal. Lelaki itu terlihat berdiri di sana dengan gelas di tangannya. Matanya bertemu tatap dengan Amy.
Lelaki itu tersenyum ke arah Amy dan mengangkat gelasnya. Amy sedikit terpana. Dia bergeming. Hanya menatap terpaku, tanpa mampu membalas senyumnya.
"Hei, my beautiful Amy."
Sebuah suara keras dan bersahabat mengagetkan Amy. Dia langsung menoleh dan menatap siapa yang menyapanya.
"Ya Tuhan, Jason."
Amy sedikit berteriak, senang mendapati sahabat kecilnya yang lain hadir juga. Jason langsung merangkul Amy dan dibalas hangat oleh gadis itu.
"Kau datang sendiri?" Tanya Jason sambil matanya mencari-cari seseorang yang mungkin saja hadir bersama Amy.
"Aku datang sendiri," ucap Amy dengan senyum miris. Jason mengusap lembut kepala Amy.
"Oh, di sini kau rupanya. Pantas saja kau pergi meninggalkanku, ternyata tunanganku sedang menemui kekasih tak sampainya."
Suara lembut dan bersahabat seorang wanita kembali mengagetkan Amy. Dia tertawa melihat siapa yang datang.
"Camilla Andes, wanita cantik yang sudah merebut kekasih masa kecilku."
Mereka lalu tergelak bersama. Amy langsung memeluk Camilla dengan erat. Dia senang bisa bertemu orang-orang yang begitu menyayanginya. Walaupun tak lagi dapat dia temui ibu dan ayahnya di sini.
Setelah berbasa basi sebentar membahas tentang kepulangannya itu, lalu Camilla dan Jason pergi meninggalkannya. Amy mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan.
Tatapannya terpaku pada sosok tinggi bermanik mata hazel yang menawan, Amy berusaha untuk mengalihkan tatapannya tapi dia seakan tersihir oleh pesona tatapan tajam mata itu.

Bình Luận Sách (163)

  • avatar
    Aninar Naya

    novel nya sangat bagus

    11/02

      0
  • avatar
    RfqhRatu

    bagussss bangettt

    09/02

      0
  • avatar
    Mutiara SidikFiska

    best novel

    04/02

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất