logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 4 Pov Arya

POV ARYA
Aku Arya. Aku menikah dengan seorang wanita yang aku cintai bernama Siska. Sayangnya, wanita itu mencintai orang lain, yaitu kekasihnya dulu bernama Azka, dan sampai sekarang pun mereka masih menjalin hubungan.
Aku pertama kali bertemu Siska di sebuah kafe. Aku melihatnya melamun seorang diri. Lalu ku beranikan diriku untuk mendekatinya. Sejak saat itu kami mulai sering bertemu hingga akhirnya aku melamarnya dan dia menerima lamaran ku. Kulihat dia tak bahagia saat pesta pernikahan kami. Berbeda denganku yang sangat bahagia bisa menikah dengan wanita pujaan hatiku.
Tepat di malam pertama pernikahan kami, ia sama sekali tak ingin ku sentuh. Ia menangis sesenggukan. Aku bingung apa yang terjadi padanya.
"Kamu kenapa menangis Siska, ini hari bahagia kita loh." Aku bertanya karena memang aku tak tahu apa-apa.
"Jangan sentuh aku, dan jangan pernah menyentuh atau dekat denganku." Ucapnya sambil terus menangis.
"Tapi kenapa? Aku bingung kenapa kamu bersikap begini di hari pernikahan kita, aku lihat juga tadi kamu gak bahagia sama sekali, gak ada senyum sedikit pun di wajah mu di hadapan keluarga atau tamu yang datang."
"Kamu mau tahu kenapa?" Siska melihatku dengan tatapan tajam dengan air mata yang tak henti keluar dari pelupuk matanya.
"Sekarang kamu tenang dulu, trus jelasin ada apa sebenarnya." Kataku lagi.
"Arya. Aku minta maaf. Aku sama sekali tidak pernah cinta ataupun sayang sama kamu. Aku mencintai orang lain. Namanya Azka, dia pacarku."
Aku terdiam mendengar apa yang baru saja ia katakan. Sakit hati? Iya... Hatiku seperti tersayat- sayat. Tapi aku tetap berusaha untuk tenang. Aku tipe pria yang cukup bisa mengendalikan perasaanku.
"Terus.. kamu maunya gimana Siska? Kenapa kamu gak bilang sebelum pernikahan ini terjadi supaya kita bisa membatalkannya" Tanyaku setelah cukup lama diam menahan sakit hati.
"Aku gak bisa. Awalnya aku pikir aku pasti bisa sayang sama kamu lama kelamaan. Tapi saat semua sudah mempersiapkan pernikahan kita, Azka Tiba-tiba masuk dalam kehidupanku lagi. Dan aku sadar, aku masih sangat cinta sama dia."
"Baiklah.. aku akan melepaskan mu untuk Azka. Tapi boleh aku tanya,ada apa dengan hubungan kalian sampai kalian pisah?"
"Dia mengkhianati aku. Tapi dia sudah menyesal dan minta maaf."
"Maaf Siska, jika itu alasannya. Aku tidak bisa semudah itu melepaskan kamu." Jawabku dengan tegas.
"Tapi tadi kamu bilang akan melepaskan aku dari pernikahan ini? Kenapa sekarang kamu tiba-tiba berubah fikiran? Kamu jahat." Siska menghapus air matanya dan kemudian menatapku dengan amarah.
"Yang jahat aku atau kamu? Sekarang aku suami kamu, kamu harus nurut sama aku." Ucapku lagi dengan tegas
"Aku gak mau Arya." Jawabnya.
"Kalau begitu akan selamanya kamu jadi istri aku." Kataku. Aku sengaja tak ingin melepaskannya setelah tahu bahwa Azka bukan orang yang setia, aku tak ingin Siska suatu saat nanti tersakiti lagi olehnya.
"Baiklah.. oke fine.. mau kamu apa Arya agar aku bisa terbebas dari pernikahan ini?" Ucapnya
"Aku menghargai orang tua kita, pernikahan Kita baru sehari Siska, apa kamu tidak memikirkan perasaan mereka?"
"Kamu benar Arya. Baiklah kita tidak akan pisah secepat ini. Tapi aku punya syarat."
"Apa itu?"
"Kamu jangan pernah menyentuhku, dan jangan ikut campur urusan apapun dalam hidupku. Hubungan ini hanya sebatas status saja."
"Baiklah.. lakukan apapun sesuka hatimu. Tapi kamu juga harus berjanji satu hal."
"Janji apa?"
"Kamu gak boleh mengajukan gugatan cerai terhadapku. Aku khawatir ibuku berfikir aku melakukan kesalahan dan ia berfikir aku menyakitimu. Biar aku yang melakukannya nanti jika sudah tiba waktunya."
"Baiklah.. aku janji."
********
Kehidupan pernikahan kami pun berjalan tanpa ada tawa, tanpa ada bahagia dan kebersamaan. Aku sering melihat Siska keluar rumah bertemu dengan Azka. Aku mengetahuinya karena tanpa sepengetahuannya, aku sering mengikutinya. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku mencintainya, berharap suatu saat ia akan membalas perasaanku tanpa ada paksaan.
Suatu hari Siska pulang ke rumah setelah bertemu Azka. Aku menawarinya makanan seperti biasanya, dan ia pun menolak. Ia tiba-tiba marah dan meminta aku menceraikannya. Ia lalu masuk ke dalam kamar. Aku menyusulnya.
Siska meminta aku mengakhiri hubungan ini, aku menyanggupinya dengan meminta waktu selama sebulan. Aku sebenarnya tak tahu apa yang harus aku lakukan selama sebulan ke depan. Aku tak pernah berfikir sedikit pun untuk berpisah dari Siska.
Tapi aku juga kasihan padanya, ia terlihat sangat sedih, ia terus menangis sesenggukan.
Siska akhirnya setuju untuk memberikan aku waktu selama sebulan. Aku sebenarnya merasa sangat hancur dan kacau. Aku keluar dari rumah hendak menenangkan diri hingga subuh. Aku tak melakukan apapun, hanya ke sebuah taman di dekat rumah. Tak ada orang lain disana, tapi itulah yang aku inginkan saat itu, aku ingin sendiri dan berfikir.
Setelah sholat subuh, aku pun pulang ke rumah. Kulihat Siska sedang turun dari kamar, tapi aku tak ada semangat sama sekali untuk menyapanya. Aku masuk ke dalam kamar, pikiranku masih sangat kacau, perasaanku sangat hancur. Aku mencoba menutup mataku untuk bisa tertidur, ku dengar Siska masuk ke dalam kamar. Aku memanggilnya tanpa membuka mata, entah apa yang ada dalam fikiranku. Aku menariknya hingga ia berada diatas tubuhku. Aku mendekapnya dengan erat.
Ingin sekali aku memeluknya sejak dulu. Ia berusaha melepaskan pelukanku tapi tak ku hiraukan dia, aku memintanya untuk sebentar saja tetap berada dalam dekapanku hingga akupun tertidur.
Setelah terbangun, aku turun dari kamar ingin membuat sarapan. Aku biasanya membuat sarapan sendiri karena Siska tak pernah melakukannya untukku, jangankan membuat sarapan, bicara padaku pun ia tak pernah ingin jika tidak kutanya, itupun ia selalu menjawab dengan kasar dan bersikap dingin. Tapi aku sudah terbiasa dengan sikapnya.
Tapi Tak seperti biasanya, Siska menawarkan sarapan yang telah ia buat, ia menyiapkannya di meja makan. Sudah ada sepiring nasi goreng dan segelas susu yang sudah dingin. Mungkin ia membuatnya pagi sekali. Aku terheran-heran saat ia menawarkan makanan diatas meja itu. Tapi karena ini pertama kalinya Siska memasak untukku, aku menghabiskannya tanpa sisa. Entah ada angin apa ia membuat sarapan untukku. Ah sudahlah.. aku tak ingin berharap.
Baru saja aku menghabiskan sarapanku, seseorang mengetuk pintu rumah. Aku meletakkan piring diatas wastafel lalu membuka pintu, sementara Siska masih asyik menonton TV.
Ku buka pintu ternyata yang datang adalah Azka, kami saling melihat dengan tatapan tajam namun tak berkata apa apa. Tak lama kemudian Azka menyelonong masuk ke dalam rumah dan menemui Siska. Aku sangat sakit hati melihat kedekatan mereka, aku tak pernah sedekat itu dengan Siska padahal ia adalah istriku. Aku berusaha meredam amarahku dan masuk ke dalam kamar.
Kriiiinngggg... Krriiingggg... Krriiingggg
Suara hapeku berdering. Sebuah pesan masuk dari Tiara. Mantanku dulu namun sekarang kami sudah berteman baik.
"Arya.. Sorry kemarin aku gak bisa temuin kamu, lagi sibuk soalnya. aku tunggu kamu di tempat biasa yah."
Aku mengganti pakaian dan menyemprotkan minyak wangi ke bajuku, bukan maksud apa-apa, hanya saja ada sedikit bau matahari pada bajuku dan aku kurang suka.
Aku pun keluar dari kamar tepat saat Siska hendak masuk, sepertinya sudah tidak ada Azka. Aku merasa tak perlu berkata apapun pada Siska, ia melihatku dengan tatapan aneh tapi tak ku hiraukan dia. Akupun pergi meninggalkannya dan menemui Tiara.
To be continue

Bình Luận Sách (348)

  • avatar
    AmiraDyg

    good

    3h

      0
  • avatar
    gojolRijal

    buku nya bagus

    1d

      1
  • avatar
    BataAlif

    CERITAANYAA ASIKKK BANGETT, SUKAA ! 🙇🏻‍♀️

    4d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất