logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3 Siska mulai peduli

Bab 3
Siska berbalik berniat meninggalkan kamar dan membiarkan Arya tertidur. Baru selangkah dia berjalan, dia mendengar Arya memanggilnya.
"Siska... Siska ... " Dengan suara lemah terdengar, Arya memanggilnya. Siska menoleh dan mencoba mendekatinya.
"Arya??" Dia kaget lalu menyebut nama Arya saat Arya tiba-tiba menarik tangannya hingga dia terjatuh diatas tubuh Arya.
Siska merasakan hembusan nafas Arya. Arya memeluknya dengan sangat erat.
"Siska... Aku cinta kamu. Aku benar-benar sayang kamu." Arya mengucapkan kalimat itu dengan suara lirih, dia seperti ingin menangis.
"Arya lepaskan .." Siska mencoba bangun dan melepaskan diri dari pelukannya tapi tak berhasil. Pelukannya semakin erat.
"Biarkan seperti ini, sebentar saja. Aku mohon.." katanya lagi.
Deg... Deg...deg..deg.. jantung Siska tiba-tiba berdebar kencang.
Seketika Siska merasakan apa yang Arya rasakan, dari suaranya dia tahu Arya merasa sangat tersakiti. Siska pun akhirnya membiarkannya memeluknya. Dan ini untuk pertama kalinya mereka bersentuhan. Untuk pertama kalinya Arya memeluk Siska padahal dia adalah suaminya.
Setelah berapa lama, akhirnya Arya tertidur dengan tangan yang masih melingkar di tubuh Siska, dan Siska masih berada di dalam dekapannya. Perlahan Siska melepaskan tangan Arya dan beranjak pergi meninggalkan kamar menuju dapur untuk membuat sarapan.
Biasanya Siska membuat sarapan untuk dirinya sendiri, dan Arya pun membuat sarapan untuk dirinya juga, terkadang Arya membuat sarapan untuk Siska juga saat dia ada dirumah, tapi Siska tak pernah sama sekali memasak untuk Arya atau menyiapkan makanan untuknya karena Siska tak pernah peduli padanya.
Tapi kali ini, melihat Arya tak berdaya seperti itu, Siska merasa kasihan.
"Biarlah aku buatkan dia sarapan sekalian." Begitu pikir Siska.. ini pun untuk pertama kalinya Siska memasak untuknya.
Siska membuat nasi goreng sosis dan susu. Dia menyiapkannya di atas meja makan, agar saat Arya turun dia bisa langsung makan tanpa Siska harus menyuruhnya untuk sarapan. Siska menghabiskan sarapannya lalu duduk di depan TV sambil menonton acara kesukaannya. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 9, Arya belum juga turun dari kamar.
"Apa dia masih tidur yah? Ahh.. terserah. Aku gak peduli. Aku gak perlu memikirkan dia" Gumam Siska.
Seketika pikirannya melayang. Dia teringat Arya saat melihatnya tadi dan dia melihat bukan seperti Arya yang biasanya. Dia seperti benar-benar hancur dan terluka sejak Siska memaksanya untuk berjanji agar dia segera mengakhiri hubungan pernikahan ini.
Dan Siska teringat saat Arya memeluknya tadi.. begitu hangat dekapannya. Siska belum pernah merasakan dipeluk sehangat itu, dia benar-benar merasakan cinta yang begitu besar dari Arya untuknya. Bahkan saat bersama Azka, dia tidak pernah merasakan hal seperti ini.
"Huufffttt... Ada apa denganku?" Siska menyadarkan dirinya dan menggelengkan kepalanya. Di tepuk pipinya perlahan, dia memastikan dirinya benar-benar tersadar dari apa yang baru saja dia pikirkan.
Siska melanjutkan menonton acara TV favoritnya. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki. Arya baru saja turun dari tangga. Dia menuju dapur hendak membuat sarapan sepertinya, karena dia tahu Siska tak pernah memasak untuknya.
"Arya.. ehh hhmm.. itu.. " ucap Siska terbata tak tahu harus berkata apa.
"Iya kenapa?" Arya melihat ke arah Siska.
"Di meja Udah aku buatkan sarapan. Kalau mau di makan terserah, kalau gak mau juga terserah." Kata Siska tanpa melihat Arya. Matanya tertuju pada layar TV.
"Hah?"
Arya terheran hingga mulutnya menganga
"Buat aja sarapan sendiri, atau terserah lah suka-suka kamu. Aku gak peduli." Siska melihatnya dengan tatapan tajam.
Arya lalu berhenti untuk membuat sarapan, dia ke meja makan dan memakan nasi goreng buatan Siska tadi hingga habis tak tersisa.
Tok tok tok tok tok tok... Terdengar suara ketukan pintu. Entah siapa yang datang pagi begini. Arya lalu membuka pintu setelah menaruh piring diatas wastafel.
Berapa menit kemudian, seseorang masuk ke dalam rumah, sementara Arya masih berdiri memegang gagang pintu. Siska membalikkan wajahnya melihat siapa yang datang pagi begini. Ternyata Azka.
"Hai Siska.." Azka berjalan menghampiri Siska sambil tersenyum lebar. Siska kaget melihatnya datang, sontak dia meletakkan remote TV dan berdiri menghadap ke arah Azka.
"Kamu ngapain di sini?" Kata Siska mengernyitkan dahi.
"Mau ketemu kamu lah. Emang gak boleh?" Azka menjawab dengan santai seakan Arya tak ada disini.
Siska melihat Arya memperhatikan mereka, dia menatap ke arah Siska dan Azka dengan amarah, matanya merah padam. Tapi dia tak berkata apa-apa.
"Ssttt... Aku kan sudah bilang kamu gak boleh ke sini." Ucap Siska dengan nada kesal kepada Azka.
"Kamu kenapa marah? Harusnya kan kamu senang aku datang." Azka memegang dagu Siska dan tersenyum.
Walaupun Siska tak menganggap Arya sebagai suami dan tak pernah menghargainya. Tapi dia tak sejahat itu membiarkan Arya melihatnya bersama Azka. Siska dan Azka memang saling mencintai, tapi karena status Siska sebagai istri Arya, dia dan Azka sepakat bahwa mereka Hanya sebatas teman, bukan selingkuhan walaupun mereka dekat karena mereka memang saling sayang dan mereka sepakat akan menikah saat Arya melepaskan Siska dari pernikahan ini. Arya pun tahu semuanya.
Arya tak pernah melarang Siska bertemu Azka, komunikasi lewat hp pun dia tak pernah ikut campur apapun urusan Siska karena sejak awal Siska sudah Jujur padanya bahwa dia tak mencintai Arya, tapi yang dia cintai adalah Azka.
Arya terus memperhatikan Siska dan Azka, tanpa bergerak sedikitpun, matanya melotot dan memerah. Siska melihatnya. Siska tak peduli padanya selama ini, tak pernah menghargainya, dan selalu bersikap kasar padanya. Tapi melihat dia adalah orang yang baik dan dia adalah korban dari keegoisannya. Dia juga tak tega melihat Arya sakit hati karena Azka datang ke rumah mereka.
Tak lama kemudian Arya melangkah menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.
"Azka.. aku bilang kamu sekarang pulang dan jangan pernah datang ke rumah ini apalagi ada Arya." Kata Siska dengan marah.
"Aku gak salah dengar? Kamu sekarang mikir perasaan dia? Kamu gak lagi jatuh cinta sama dia kan?". Tanya Azka heran.
"Ya enggak lah. Bukan aku mikir perasaan dia bagaimana, tapi biar bagaimanapun ini rumah dia. Apa kata tetangga juga kalau ternyata tiba-tiba Arya marah dan ngajak kamu ribut." Siska mencoba menjelaskan pada Azka agar dia mengerti.
"Ya udah deh aku pulang, kita ketemu diluar aja kalau gitu, di tempat biasa. Aku tunggu yah."
"Iya.. nanti aku kabari lagi, udah cepat pulang sana." Siska membalikkan tubuh Azka dan mendorong punggungnya sambil berjalan hingga ke pintu. Azka pun akhirnya pulang.
Siska melangkah dan hendak memasuki kamar. belum sempat dia membuka pintu kamar, Arya sudah lebih dulu membukanya dan keluar, Siska pun sedikit menyingkir. Siska melihat penampilan Arya yang sudah rapi, Arya bahkan sangat wangi.
"Tak seperti biasanya dia Serapi dan wangi seperti ini, atau mungkin karena aku memang tak pernah melihatnya dengan teliti. Tapi sejauh pernikahan kami saat ia ingin keluar rumah, sesaat kulihat dari jauh ia memang tak pernah berpenampilan seperti ini." Ucap Siska dalam hati.
Tanpa berkata apapun, Arya tak menghiraukan Siska dan pergi begitu saja.
"Arya mau ke mana yah?" Tanya Siska dalam hati. Siska mulai bertanya-tanya Arya akan kemana dan bertemu dengan siapa dengan penampilan seperti ini.
To be continue

Bình Luận Sách (348)

  • avatar
    AmiraDyg

    good

    5h

      0
  • avatar
    gojolRijal

    buku nya bagus

    1d

      1
  • avatar
    BataAlif

    CERITAANYAA ASIKKK BANGETT, SUKAA ! 🙇🏻‍♀️

    4d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất