logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 2 Siska minta pisah

Bab 2
"Arya.... CUKUP... !! Aku sudah muak dengan semua ini, aku capek..Aku mohon kita pisah saja" Ucap Siska dengan sangat kesal. Dia berlalu meninggalkan Arya dan masuk ke dalam kamar.
Siska menangis sejadi-jadinya.. "Semua salahku kenapa aku menerima pernikahan ini. Arya sama sekali tak bersalah, dia hanya korban dari keegoisanku." Ucap Siska menyalahkan dirinya sendiri. Siska menyadari semua adalah kesalahannya hingga mereka terjebak dalam pernikahan ini, hubungan yang tak pernah dia inginkan, dia tau Arya pasti merasakan hal yang lebih sakit lagi dibandingkan dirinya, Arya harus hidup bersamanya, orang yang tak pernah sama sekali memberikan sedikit pun kebahagiaan dalam hidupnya.
Tokkk .. Tok... Tok.. terdengar suara ketukan pintu kamar. Siapa lagi kalau bukan Arya, pikir Siska. Walaupun mereka sekamar tapi Arya selalu mengetuk saat ingin memasuki kamar mereka.
"Masuk..." Teriak Siska.. Dia lalu mengusap pipinya yang masih basah karena menangis.
Arya masuk lalu duduk di samping Siska. Siska hanya diam tak menoleh ke arah Arya. Dia pun juga masih diam tanpa berkata apapun.
"Siska.... Maafkan aku." Arya memulai pembicaraan.
"Maaf? Aku gak butuh kamu minta maaf Arya, yang aku mau kamu tinggalkan aku. Aku mencintai orang lain, kamu tahu itu. Tapi kenapa kamu masih mengikat aku dengan pernikahan ini?" Siska mulai menangis lagi, kali ini tangisannya berderai, air matanya tak henti-hentinya keluar.
"Aku tahu... Kamu memang mencintai orang lain. Tapi aku mencintaimu Siska." Arya memegang tangan Siska tapi Siska menghentakkan segera.
"Kalau kamu mencintai aku, harusnya kamu membiarkan aku bersama orang yang aku cintai. Bukan malah menahan aku untuk tetap bersama kamu." Siska seketika menoleh kearah Arya dengan linangan air mata.
"Aku tahu Siska.. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu tersakiti lagi seperti dulu. Aku tidak rela kamu bersama orang yang pernah sangat menyakiti hatimu. Aku tidak yakin dia bisa mencintaimu seperti aku." Arya menatap Siska dengan wajah cemas. Terlihat dia memang sangat mencintai istrinya itu.
"Dari mana kamu tahu kalau aku tak akan bahagia bersama dia? Kamu tau apa sih." Jawab Siska dengan kesal.
"Baiklah jika itu mau kamu. Aku hanya punya 1 permintaan sebelum aku mengabulkan keinginanmu untuk berpisah." Ucap Arya lagi dengan penuh harap.
"Apa itu?" Tanya Siska.
"Kasih aku waktu selama sebulan, hanya sebulan. Setelah itu jika kamu tetap ingin berpisah maka aku akan melakukannya untukmu."
"Baiklah... Hanya sebulan.. kamu harus menepati janjimu setelah itu."
Siska menatapnya dengan marah, dengan tatapan tajam. Berbeda dengan Arya yang menatap Siska dengan lembut.
Siska hanya mengangguk setelah itu tanda setuju. Dia berbalik dan berbaring di kasur, sementara Arya keluar. Hingga larut malam, Siska terbangun. Dia melihat di sampingnya Arya tak ada.
"Mungkinkah Arya masih diluar larut malam begini? Arya mungkin sedang ingin mencari udara segar atau sedang ingin menenangkan diri. Biarlah.. aku tak harus khawatir padanya." Pikir Siska.
Siska meyakinkan dirinya untuk tak peduli pada Arya. Hingga akhirnya dia kembali tertidur.
***************
Siska terbangun dan melihat hari sudah subuh, Siska tak melihat Arya sama sekali. "Mungkinkah sejak semalam ia tak tidur sama sekali? Ahh sudahlah bukan urusanku." Ucap Siska dalam hati.
Siska bangun dan kemudian menunaikan sholat subuh. Setelah itu, dia keluar dari kamar hendak mengambil air minum. Dia menghentikan langkahnya saat menuruni tangga. Dia melihat Arya baru saja masuk ke dalam rumah. Entah darimana Arya sejak semalam.
Arya melihat Siska, namun tak seperti biasanya dia tak menghiraukan Siska ataupun berbicara padanya. Siska lalu tertunduk dan meneruskan langkah menuju dapur, sementara dia berlalu menaiki anak tangga menuju kamar.
Siska mengisi botol air yang dia bawa dari kamar, sembari dia teguk sedikit demi sedikit air tersebut, dia berfikir apa yang terjadi pada Arya. Apakah dia begitu sangat terluka dengan apa yang mereka bicarakan semalam? Ada rasa bersalah dalam hatinya. Tapi apa yang mereka bicarakan dan putuskan semalam itu lebih baik daripada harus terus membiarkan hubungan ini berlanjut tanpa adanya rasa bahagia diantara mereka. Lagipula Siska sudah memberinya waktu sebulan, walaupun bahkan dia tak mengerti waktu selama sebulan itu untuk apa. Tapi dia hanya ingin menghargai Arya sekali saja.
"Arya kenapa yah?" Gumam Siska..
Siska tadi melihat wajah Arya begitu kusam, dia terlihat lemah tak bersemangat. Biasanya Siska selalu bersikap kasar dan dingin padanya, tapi selama ini dia tak pernah membalas Siska. Dia malah terus memberikan perhatiannya. Seakan dia tak pernah mengambil hati apapun yang Siska katakan, dia selalu tersenyum dan perhatian pada Siska padahal jika ini terjadi pada lelaki lain, mungkin saja tak ada satupun pria yang akan menerima sikapnya.
Uhukk... Uhukk... Siska tersedak..
"Kenapa aku jadi memikirkan Arya? Apapun yang ia rasakan aku tak mau peduli dan aku tak boleh peduli. Sebulan lagi aku akan terbebas dari pernikahan ini." Ucap Siska
Sebenarnya ada rasa kasihan melihat Arya hancur seperti itu, Siska merasa tak tega pada Arya. Entah kenapa dia ikut merasakan apa yang Arya rasakan. Bukan hanya kali ini saja, setiap hari dia merasa tak tega harus bersikap dingin dan kasar pada Arya, sementara Arya selalu membalas dengan perhatian dan kasih sayang yang dimilikinya. Itu sebabnya, dia selalu merasa bersalah dalam hatinya karena telah memperlakukan Arya seperti itu. Tapi Siska selalu menepis rasa bersalah dan tak teganya itu. Keinginannya untuk berpisah dari Arya dan perasaannya pada Azka yang membuatnya egois, dia tak mau memikirkan apa yang Arya rasakan. Baginya, dia harus secepatnya terlepas dari pernikahan tanpa rasa cinta di dalamnya ini agar dia bisa menikah dan hidup bahagia bersama Azka, orang yang selama ini dia cintai.
Siska kembali masuk ke dalam kamar. Dia melihat Arya sedang tertidur dibalik selimut. Selama setahun pernikahan mereka, untuk pertama kalinya dia melihat Arya sekacau ini, Arya terlihat benar-benar hancur. Siska tak ingin terus menyakitinya dengan mempertahankan pernikahan yang tak memberi Arya kebahagiaan sedikitpun. Dia tak ingin egois membiarkan Arya bersamanya, orang yang tak pernah memberi Arya cinta. Baginya, Arya adalah orang yang baik. Arya pantas mendapatkan wanita yang baik yang mencintai dirinya dan membuatnya bahagia. Dan bukan dia orangnya.
"Arya akan bahagia tanpaku, dan aku akan bahagia bersama Azka, orang yang aku cintai." Pikir Siska.
Siska berbalik berniat meninggalkan kamar dan membiarkan Arya tertidur. Baru selangkah dia berjalan, Siska mendengar Arya memanggilnya.
"Siska... Siska ... " Dengan suara lemah terdengar, Arya memanggilnya. Aku menoleh dan mencoba mendekatinya.
"Arya??"

Bình Luận Sách (348)

  • avatar
    AmiraDyg

    good

    7h

      0
  • avatar
    gojolRijal

    buku nya bagus

    1d

      1
  • avatar
    BataAlif

    CERITAANYAA ASIKKK BANGETT, SUKAA ! 🙇🏻‍♀️

    4d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất