logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 6

Tisa tersenyum dalam kamar kosnya. Akhirnya, dia punya pacar yang kaya seperti Egi.
"Akhirnya, gue bakalan punya pacar kaya, yang bisa gue porotin, " gumam Tisa, licik.
Kebiasaan Tisa muncul semenjak SMA. Temannya lah yang mengajarinya menjadi perempuan yang matre, bermodalkan kecantikan apapun bisa dia peroleh.
Ponsel Tisa berdering. Segera, gadis itu mengangkat teleponnya.
"Halo, kamu baru apa, Sayang?" Terdengar suara berat dari Egi.
"Baru mikirin kamu, Sayang."
"Kamu bisa aja, Sayang."
"Iya, aku kan sayang banget sama Egi."
Dari seberang telepon, Egi senyum-senyum. Dia senang bisa berpacaran dengan Tisa yang cantik dan dikagumi banyak pria.
"Aku juga sayang Tisa. Aku tutup telponnya dulu ya, Sayang. Aku ada sedikit urusan."
Tisa langsung menutup sambungab telepon.
"Egi... Egi... emang gue nggak salah pilih. Lo itu kaya, dan bisa gue begok-begokin." Tisa tersenyum licik. Dia tertawa atas kemenangannya sekarang. Dengan begini, dia tidak perlu susah-susah meminta uang pada orang tuanya di kampung. Akan ada cowok yang menjamin hidupnya.
Ponsel Tisa kembali berdering. Gadis berparas cantik itu segera mengangkatnya.
"Halo?"
"Halo Tisa cantik. Gue Reval. Masih ingat, kan? Yang waktu dulu pernah lo tolak cintanya."
"Oh... lo, ada apa?"
"Gue mau ajak lo ketemuan, bisa?"
Tisa tampak berpikir panjang. Sebenarnya Tisa malas menanggapi Reval, cowok yang pernah ditolaknya beberapa bulan lalu. Tisa menolak cowok itu karena Reval bukan anak orang kaya. Mereka berkenalan lewat aplikasi semacam cari jodoh.
"Boleh, deh. Mau ketemuan di mana? Kapan? "
"Nanti lo tahu, gue jemput lo di kos lo aja, gimana? Nanti malam jam delapan. "
"Okey. Tapi, gue nggak mau ya dijemput pakai motor, gue maunya pakai mobil."
"Siap, Cantik."
Tisa menutup sambungan telepon. Sebenarnya gadis itu agak enggan jalan dengan Reval. Tisa sudah tahu kehidupan Reval yang susah.
"Udahlah nggak apa-apa, " gumam Tisa. Gadis itu kemudian menonton televisi yang ada di ruang tamu.
"Kalau ketahuan Egi gimana, ya? Habis gue."
Tisa mencoba menyingkirkan pikiran itu. Dia yakin semuanya tidak akan ketahuan. Toh, kakau Egi memutuskannya pun, masih banyak laki-laki yang mau dengannya. Jadi, dia tak perlu khawatir.
Kadang kala Tisa sebal dengan kondisinya yang sedari dulu hidup serba kekurangan. Tapi di lain sisi, dia bersyukur kecantikannya bisa dimanfaatkan untuk mengaet cowok-cowok kaya. Pengecualian Tisa satu, dia tidak mau merusak hubungan rumah tangga orang lain. Itu sudah menjadi prinsip hidupnya selama ini.
"Gue berharap hidup gue bakalan berubah." Tisa tersenyum sendiri, sembari mengibaskan rambutnya yang panjang.
Akhirnya, dia berpikir untuk mengaet laki-laki kaya yang lebih banyak lagi, untuk mencukupi kehidupannya selama dia merantau. Dia tidak peduli perkataan orang terhadapnya. Yang penting dia mendapatkan apa yang dia mau, selana itu Tisa akan bersikap bodo amat. Baginya, keegoisan adalah puncak kemenangan jika ingin hidup sesuai keinginan.
"Gue bakal cari cowok kaya lainnya. Lihat aja. Pokonya yang bisa gue porotin."
Malam itu berbeda dengan malam yang lainnya. Ya, Tisa dan Egi berkencan di sebuah restoran termahal. Dengan nuansa yang sangat romantis mereka menghabiskan malam mereka di sana.
"Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Egi sambil meyodorkan menu ke Tisa.
"Aku mau steak dan minum orange juice," ucap Tisa.
Egi mengangguk lalu memanggil seorang pelayan restoran dan pelayan restoran itu segera datang.
"Mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan perempuan memakai baju hitam dengan rambut dikuncir satu.
"Steak dua sama orange juice dua."
Pelayan itu mengangguk dan beberapa saat kembali dengan pesanan mereka. Ia meletakkannya di meja lalu beranjak dari meja itu.
Akhirnya Egi dan Tisa melahap makanan mereka. Sesaat kemudian mereka selesai dan pulang dengan mobil. Di tengah perjalanan, Egi meminggirkan mobilnya membuat Tisa bertanya-tanya.
"Kok mobilnya berhenti, Sayang?" tanya Tisa mengerutkan keningnya. Egi hanya terdiam dan menyodorkan sebuah tas belanja.
"Ini buat kamu." Tisa terbelalak kaget dan langsung menerima pemberian Egi.
"Ya ampun, Sayang. Pasti ini mahal." Ternyata Egi membelikan Tisa sebuah gaun mahal. Gadis itu sangat senang karena Egi membelikannya barang mahal.
"Nggak mahal kalau buat kamu."
Tisa menyenderkan bahunya di badan Egi dan cowok itu membelai rambut Tisa.
Setelah beberapa saat, Egi melanjutkan perjalanannya untuk mengantar Tisa ke rumahnya.
"Makasih buat malam ini, Sayang. Kamu cinta kan sama aku?" tanya Tisa sebelum keluar dari mobil Egi saat sudah sampai di depan rumahnya.
Egi hanya mengangguk, "pasti.
"Kalau gitu, kamu mau kan membelikan apa yang aku inginkan?" tanya Tisa lagi. Ia paham betul kalau Egi benar-benar sudah jatuh kepelukannya dan pasti akan menuruti apa yang ia mau.
"Iya, Sayang. Pasti. Aku janji. Aku pulang dulu." Egi menutup kaca mobilnya dan melanjutkan perjalanannya.
Dari kejauhan Tisa menatap mobil Egi yang sudah tak terlihat. Ia bergumam dalam hatinya, akhirnya ia bisa menemukan sosok laki-laki kaya yang mau membelikannya barang-barang mahal.
***
Kevin melangkahkah ke kelas Zara untuk menemui kekasihnya itu. Sesampainya di sana, tak ada sosok Zara, yang ada hanya Tisa dengan beberapa temannya yang lain. Tisa yang mengetahui Kevin langsung menghampirinya.
“Nyari Zara, ya?”
Entah kenapa akal bulus Tisa muncul, memang sikap buruknya selalu iri dengan kebahagiaan orang lain. Ya, tanpa Zara sadari selama ini dia salah memilih teman. Kelihatannya Tisa baik, padahal sebaliknya, dia selalu punya seribu cara untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Kevin mengangguk. “Iya, kamu tahu Zara di mana?”
“Belum berangkat. Kamu udah jadian sama Zara?” tanya Tisa menyelidik.
“Kenapa?”
“Nggak apa, sih. Hati-hati aja kalau kamu jadi bahan pelampiasannya Zara,” celetuk Tisa bermaksud jahat dan berusaha menghancurkan hubungan keduanya.
“Maksud kamu apa bilang kayak gitu?” Kevin tak tahu arah pembicaraan Tisa yang menurutnya nyeleneh.
“Kamu nggak paham maksudku?”
Kevin menggeleng.
“Aku jelasin ya, aku tahu dari dulu Zara suka sama Ian, dan sayangnya Ian memilih aku, tapi udah putus. Kemungkinan besar Zara sakit hati, dan melampiaskan sakit hatinya sama kamu, terus dia mau jadian sama kamu. Kasihan, ya!” Tisa tertawa sambil menepuk bahu Kevin. Ucapan Tisa barusan membuat Kevin sedikit emosi. Sebenarnya Kevin juga sudah tahu kalau Zara memang suka dengan Ian yang dimaksud Tisa, tetapi Kevin mencoba tak memedulikan perkataan Tisa. Dia paham tipe perempuan apa Tisa ini, perempuan yang mudah mengobral cinta pada laki-laki. Benar saja, belum lama putus dengan Ian, dia sudah berpacaran dengan Egi, Kevin tahu karena Egi adalah teman satu kelasnya.
“Udah ngomongnya? Aku nggak peduli! Aku yakin Zara bisa nerima aku suatu saat nanti!” ucap Kevin dengan rasa percaya diri. Apapun akan dilakukannya demi mendapatkan cinta Zara.
“Terserah, jangan terlalu percaya diri, nanti kecewa.” Tisa mengibaskan tangan dihadapan muka Kevin. Enggan menanggapi, Kevin memilih pergi meninggalkan Tisa dengan perkataannya yang julid.

Bình Luận Sách (27)

  • avatar
    FitriFitri

    bagus si ceritany

    22/01

      0
  • avatar
    SariNila

    good

    05/12

      0
  • avatar
    Pingwin

    the best story highly recommended

    12/07/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất