logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Ibuku Mencintai Calon Suamiku

Ibuku Mencintai Calon Suamiku

Indira Aziz


Chương 1 Test Pack Di Kamar Mama

Part. 1
Pagi ini tidak seperti biasanya, suasana rumah nampak sepi sekali. Dimana mama? Tumben sekali mama tidak ada di rumah pagi-pagi begini.
Aku berjalan menyusuri ruangan demi ruangan. Tetap saja, mama tidak aku temui.
Aku mencoba mengetuk pintu kamar mama, namun tidak juga ada jawaban.
Klek! Pintu kamar mama tidak terkunci. Aku melongok di antara celah pintu yang terbuka, apa mungkin mama masih tidur? Tidak, mama pasti sudah bangun sejak subuh seperti biasanya. Kemana mama? Aku perhatikan keadaan kamar mama yang tampak masih berantakan. Bantal, guling dan selimut masih berserakan di atas tempat tidur. Aku pun melangkah masuk ke dalam kamar mama. Sebaiknya aku membantu membereskan kamar mama ini. Mama terlalu sibuk mengurusku dan rumah ini, sampai-sampai kamar pribadinya pun tak sempat beliau bereskan.
Di tengah kesibukanku membereskan kamar mama, aku melihat sesuatu yang aneh tergeletak di atas meja rias mama. Aku penasaran benda apa itu. Aku meraihnya dan betapa terkejutnya aku melihat benda pipih itu. Kenapa benda yang tidak seharusnya ada di kamar mama ini bisa berada disini? Apa mungkin benda ini milik mama? Tapi .... Sebaiknya aku menanyakannya langsung kepada mama setelah mama pulang nanti.
🥀🥀🥀🥀🥀
"Ma? Mama hamil?" tanyaku tanpa ba-bi-bu kepada mama ketika aku melihatnya baru masuk ke dalam rumah. Sepertinya mama baru saja pulang dari pasar untuk berbelanja kebutuhan kami. Mama bergeming sambil terus berlalu tanpa menjawab pertanyaan ku. Aku berjalan mengikuti mama.
"Ma?" ujar ku sekali lagi sambil terus berjalan dibelakangnya. Hingga akhirnya kami sampai di dapur rumah kami. Tapi mama tetap membisu.
Wajah mama terlihat panik, namun mama berusaha menyembunyikannya di balik senyumannya. Segera di taruhnya sekeranjang belanjaannya di atas meja dapur.
"Kamu ngomong apa sih, Rani," jawab mama kemudian tanpa berani melihat ke arahku.
"Ini apa, Ma?" tanyaku lagi sembari menyodorkan sebuah benda pipih panjang tepat di hadapannya.
Mata mama membulat melihat benda yang ku sodorkan itu. Gegas mama mengambil benda itu dari tanganku.
"Kamu dapat darimana test pack ini, Rani?" tanya mama dengan suara lirih.
"Dari kamar Mama," jawabku singkat.
"Lancang kamu, Rani! Berani banget kamu masuk-masuk kamar Mama!" bentak mama padaku sambil terus berusaha untuk menghindari ku.
"Test pack itu punya siapa, Ma? Punya Mama atau bukan? Kalau bukan, kenapa ada di kamar Mama?" cecar ku kepada mama tanpa ampun.
"Mama kemarin sakit perut, Rani. Mama takut kenapa-kenapa, jadi Mama sengaja beli test pack ini," jawab mama mencoba memberi alasan.
"Tapi, Ma, apa hubungannya sakit perut dengan test pack? Lagipula, kenapa garis merah di benda itu ada dua? Itu artinya mama positif hamil 'kan? Rani memang belum pernah hamil, Ma. Tapi Rani pernah pelajari itu di sekolah, Mama jangan bohong sama Rani, Ma!" pekikku pada mama.
Wajah mama berubah merah padam. Detik kemudian mata mama lekat memandang ke arahku. Membuat nyaliku sedikit menciut. Aku tahu mama sedang marah padaku.
"Berhenti mau tahu urusan Mama!" bentak mama padaku. Tidak pernah mama berbicara sekeras itu padaku.
Mamapun bergegas menuju ke kamarnya.
Brakkk!
Terdengar mama membanting pintu kamarnya. Semua tingkah mama itu semakin membuatku penasaran. Ada apa sebenarnya dengan mama?
"Mama, Rani belum selesai bicara sama Mama!" pekik ku sekali lagi. Namun mama tidak menjawab perkataan ku. Suasana rumah ini tiba-tiba menjadi sunyi senyap.
Kenapa mama langsung naik darah begitu aku bertanya masalah test pack yang aku temukan di kamarnya? Sebenarnya test pack itu milik siapa? Apa mungkin milik mama? Tapi, mama hamil dengan siapa? Sedangkan mama dan papa sudah sejak lama bercerai.
Beribu pertanyaan masih berkecamuk dalam benakku. Aku masih penasaran dengan siapa mama hamil. Karena selama ini aku tidak pernah melihat mama dekat dengan seorang pria.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tapi mama masih mengurung diri di dalam kamarnya. Aku merasa tidak enak hati pada mama. Aku jadi khawatir pada keadaan mama.
Perlahan aku mengetuk pintu kamar mama. Tidak ada jawaban sama sekali. Tidak mungkin mama tidur jam segini.
"Ma, Rani minta maaf, Ma. Mama jangan marah sama Rani dong," pintaku pada mama.
Tidak ada jawaban apapun dari mama. Aku terus mengetuk pintu kamar mama sambil membujuk mama dengan sabar. Mamaku ini, meskipun usianya sudah kepala empat, tapi kalau merajuk bisa tahan dua puluh empat jam. Aku harus ekstra sabar merayu mama untuk mau memaafkan ku.
"Ma, Mama nggak laper? Rani laper nih, Ma." Aku merengek pada mama yang masih bergeming tanpa suara.
"Assalamualaikum, Rani?"
Tiba-tiba suara berat seseorang mengejutkan aku. Suara yang tidak asing di telingaku.
"Mas Adam?" tanyaku ketika melihat sosok tinggi atletis itu sudah berdiri tepat di hadapanku.
Mas Adam adalah calon suamiku, tumben sekali jam segini dia ke rumahku. Bukannya dia harusnya ada di kantor?
"Aku panggilin kamu dari tadi tapi nggak ada jawaban, makanya aku langsung masuk aja," jawab Mas Adam.
"Ma-Maaf, Mas. Daritadi aku sibuk merayu Mama yang lagi merajuk."
"Merajuk? Merajuk kenapa?" tanya mas Adam.
Aku tidak segera menjawab pertanyaan dari Mas Adam itu. Tidak mungkin aku jujur padanya bahwa mama merajuk karena aku menemukan ada test pack positif di kamarnya. Bisa curiga Mas Adam kalau sampai tahu mama hamil tanpa suami.
"Adam ... Kamu sudah datang? Kamu bawa 'kan pesanannya Mama?" tiba-tiba mama keluar dari kamarnya begitu mendengar suara Mas Adam.
Mama memang paling dekat dengan Mas Adam. Walaupun Mas Adam masih berstatus calon menantu, tapi mama sudah menganggap Mas Adam itu seperti anak mama sendiri.
"Ini, Ma," jawab Mas Adam sambil menyodorkan sesuatu yang di bungkus plastik hitam. Aku tidak bisa menebak isi dalam bungkusan itu. Karena mama langsung membawanya ke dalam kamar. Mama sepertinya masih marah padaku. Mama tidak melihat ke arahku sama sekali.
"Mama minta di bawakan apa sih, Mas?" bisikku pada Mas Adam ketika mama sudah masuk kembali ke dalam kamar.
"Mama minta di bawain rujak, tapi maunya isinya cuma mangga muda aja. Tadi mama chat Mas di whatsapp. Makanya Mas usahakan nyari pesanan mama."
Degh!
Aku terperanjat mendengar jawaban Mas Adam itu. Mama pesan rujak mangga muda? Bukannya mama paling tidak bisa makan yang masam-masam?
"Mas nggak ngantor?" tanyaku kemudian.
"Ini tadi lagi ada meeting, Ran. Tapi begitu mama chat Mas tadi, Mas langsung tunda rapatnya. Kasihan mama, mama bilang mulutnya pahit pengen makan yang asem-asem."
Mas Adam bela-belain menunda rapatnya di kantor hanya demi membelikan rujak mangga muda untuk mama? Apakah sedekat itu antara mama dan Mas Adam? Kenapa tidak pakai jasa ojek online? Kenapa harus Mas Adam yang mengantar pesanan mama?
Aku memandang lekat kedua mata Mas Adam. Kenapa aku mulai curiga kepada calon suamiku ini?
Tidak, tidak mungkin mama selingkuh dengan calon menantunya sendiri. Aku tidak boleh su'udzon pada mama dan calon suamiku ini.
Batinku bergejolak, mencoba menepis pertanyaan demi pertanyaan konyol ku tadi.
Aku sangat mengenal siapa Mas Adam. Dua tahun berpacaran dengannya bukanlah waktu yang singkat untuk mengetahui sifat Mas Adam. Mas Adam adalah laki-laki yang sangat menghormati sosok ibu. Terlebih mama yang adalah calon mertuanya.
"Mas pamit ya, Ran. Mas mau lanjut meeting dan makan siang bareng kolega Mas di kantor. Semoga mama cepat sembuh." Mas Adam pun berpamitan kemudian dia mengusap rambutku dengan pelan.
"Terima kasih ya, Mas?" ujarku sambil memberikan senyum termanis untuk calon suamiku itu.
Setelah mengantar Mas Adam sampai pintu depan, aku pun kembali ke dalam dengan perasaan yang masih gundah.
Hatiku tidak bisa tenang sebelum aku tahu jawaban yang sebenarnya. Siapa laki-laki itu yang sudah menanam benih di rahim mama? Aku harus mencari tahu kebenarannya ....

Bình Luận Sách (77)

  • avatar
    verlanicacecillia

    bagus

    20d

      0
  • avatar
    DamayantiIra

    bgs bgt ceritany jngn lupa kelanjutan ny sampai tamat

    30/05

      1
  • avatar
    AndiniDira

    bagus banget kak,sukses truss💪

    05/05

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất