logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Kebohongan

"Kania ...."
"Mas Ilham ...."
Keduanya saling terpaku dan lirih memanggil nama masing-masing.
Jantung Kania terasa berhenti seketika melihat Mas Ilham ada di sana, tangannya hampir melemas dan kue yang ia pegang hampir terjatuh beruntung ia segera tersadar, dengan langkah gontai ia maju.
"Maaf mengganggu acaranya, ini kue pesanan mama. Permisi."
Kania dengan segera pergi dari hadapan mereka, terdengar Ilham memanggil namanya tapi tak ia gubris. Ilham pun hendak mengejarnya.
"Biarkan saja dulu," ucap mama menarim tangan Ilham.
"Iya ham, dia sedang syok. Nanti kalau sudah tenang baru samperin. Paling dia pulang," ujar Mba Santi.
Ilham mengepalkan tangannya, emosi yang sudah ia tahan akhirnya meledak. Pukulan di meja membuat semua mata terbelalak bahkan bukan hanya keluarganya melainkan para pengunjung lainnya.
"Kalian memang keterlaluan, bisa-bisa bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Argh ...."
Ilham memukul kembali meja dan berlalu dari hadapan mereka. Kali ini ia tak menggubris panggilan mamanya.
Sementara itu di dalam taksi online, Kania menikmati sendiri lukanya, ia merasa menjadi manusia paling bodoh yang dengan mudah percaya begitu saja, kepolosannya membuat Kania dipermalukan seperti tadi.
Wajah Ilham yang hadir di tengah-tengah mereka membuat Kania semakin teriris, lelaki yang sangat mencintainya itu ternyata telah mendua. Oh tidak, tetiba Kania mengingat angka di kue anniv itu.
"Lima tahun? Artinya aku adalah istri kedua?"
Batinnya bertanya hal yang membuat pikirannya semakin runyam, ponsel Kania sejak tadi berdering ada nama "My Sweety" memanggil artinya itu Ilham yang terus menghubunginya tapi tak diangkat oleh Kania.
Dadanya masih terasa sesak melihat pemandangan tadi. Kania tak menyangka mama mertua dan iparnya tega melakukan hal ini. Mereka memang seakan sengaja meminta Kania mengantarkan kue agar Kania tahu semuanya.
***
Kania menyusuri setiap ruang yang ada di rumahnya, bayangan kebahagian dengan Ilham yang terukir di rumah ini. Rumah yang memang sudah dipersiapkan oleh Ilham sebelum mereka menikah.
Episod kehidupan di masa lampau tiba-tiba menari indah di pelupuk matanya, Kania dan Ilham bertemu di kampus, mereka sama-sama kuliah di tempat yang sama hanya berbeda jurusan. Ilham mengambil program studi arsitek, sedangkan Kania program studi tata boga. Ilham adalah kakak tingkat yang berhasil membuat hati Kania berbunga-bunga dan deg deg an hingga akhirnya mereka dekat dan menikah setelah lima tahun berpacaran.
Ilham sosok yang sangat lembut, penyayang dan romantis, rasanya Kania adalah perempuan beruntung memiliki Ilham, hubungan mereka pun senantiasa tenang tanpa hambatan, karena Ilham yang selalu bersikap dewasa mampu membuat Kania nyaman, tenang dan bermanja. Bahkan ketika di kampus mereka dijuluki "Best Couple" karena prestasi yang mereka ukir di tengah hubungan asmara.
Pernikahan mereka pun berjalan dengan baik, tak ada yang berubah dari Ilham. Kania masih merasakan Ilham yang dulu, maka tak ada sedikit pun rasa curiga pada suaminya itu hingga bayangan peristiwa malam ini membuat hatinya sakit.
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Kania di depan photo pernikahannya dengan Ilham.
Ilham masuk perlahan, ia melihat Kania mengusap matanya dan tak lama berlalu dari hadapannya.
Sepanjang malam tak ada yang berbicara diantara keduanya, hingga pagi menjelang suasana meja makan pun masih terasa dingin. Kania dan Ilham duduk berhadapan, Kania selalu mencoba untuk tak melihat Ilham meski hatinya sudah sangat rindu untuk menatap wajah tampan itu, sementara Ilham sejak tadi menatap wajah istrinya itu.
Ilham menyeruput kopi yang ada di hadapannya lalu menyemburkannya hingga membuat Kania terkejut.
"Apaan sih?" tanya Kania.
"Ini kopi pahit banget sayang, kamu kasih gula gak sih?" tanya Ilham dengan wajah serius.
"Itu kan kamu yang bikin, bukan aku."
"Oh, iya ya. Kamu pagi ini gak bikinin aku kopi dan gak siapkan sarapan, aku lupa," ledek Ilham.
Kania hanya mendelik lalu membuang pandangannya lagi.
"Ya kalau kamu gak senyum semuanya kerasa pahit yank," rayu Ilham.
"Hem ... Aku perempuan ke berapa yang kamu rayu kayak gitu? Terus kamu nikahi dan bohongi? Jangan-jangan masih ada istri setelah aku?"
Kania mengeluarkan semua rasa yang menghimpit dadanya sejak malam. Ilham menghela nafas, ia paham Kania pasti sangat marah dengan apa yang dilihatnya semalam.
"Sayang, apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu kira. Aku baru tiba dan baru akan mengabarkanmu tentang pertemuanku dengan...."
"Dengan istri pertamamu, iya?"
"Mas, tolong berhenti berbohong. Bilang padaku semuanya, aku ini istri ke berapa mas? Bilang."
Antara tangis dan dada yang sesak, Kania berteriak, bibirnya bergetar, sesekali Kania mengusap wajahnya yang sudah dipenuhi tetesan air mata.
"Kamu istri aku satu-satunya, yang pertama dan terakhir. Gak ada perempuan lain, kamu harus percaya itu."
Ilham tetap mempertahankan dirinya agar tak terlalu emosi, ia berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang. Mendengar ucapan Kania, bukan merasa terharu yang ada Kania langsung menunjukan tampang tak percaya dan terasa jijik mendengarnya.
"Lalu perempuan itu? Mas, aku ini gak bodoh, aku tahu mas. Mama kamu memesan kue itu, dia bilang untuk menantunya perayaan pernikahan ke lima, sejak awal aku sudah tak enak hati sampai aku mendengar percakapan mama dan kedua kakak perempuanmu di toko ketika aku pulang belanja, aku dengar semuanya mereka bilang sudah saatnya aku tahu. Apa yang harus aku ketahui mas? Apa?" teriak Kania.
Ilham berdiri, ia hendak menghampiri Kania mendekatinya untuk memberikannya pelukan tapi Kania menolak dan menjauhi Ilham.
"Aku tak sudi dipeluk oleh lelaki pembohong seperti kamu," ucap Kania menjauhi Ilham.
Ilham menarik nafas panjang dan mengeluarkannya, ia usap wajahnya, memahami kondisi hati Kania yang sudah hancur karena apa yang ia lihat dan dengar.
"Sayang, tarik nafas lalu buang perlahan, tenang. Kita bicarakan baik-baik, aku akan menceritakan semuanya. Aku mohon kamu tenang dulu," pinta Ilham menggerakan kedua tangannya ke bawah di dekat dada.
"Tenang, perempuan mana yang bisa tenang mas melihat dengan kepala mata sendiri suami yang ia percayai hadir bersama keluarganya dengan seorang perempuan dalam acara perayaan pernikahan, sementara istrinya mengantar kue perayaan itu. Sepertinya mama kamu memang sengaja mau mempermalukan aku, kamu sama saja dengan lelaki lain mas. Aku kecewa sama kamu," ujar Kania menunjuk Ilham dan berlalu begitu saja dari hadapan Ilham.
"Kania ... Tunggu, dengarkan penjelasan aku dulu, semua tidak seperti yang kamu kira."
Ilham berteriak namun Kania terus melenggang pergi meninggalkannya, sejenak Kania berhenti lalu berbalik pada Ilham, melihat hal itu Ilham tersenyum.
"Simpan semua alasanmu mas, aku sendiri yang akan mencari tahu hal itu," teriak Kania.
Ilham terdiam mendengar ucapan Kania.
---
Kira-kira apa yang akan dilakukan Kania ya?

Bình Luận Sách (232)

  • avatar
    FAHIMRIFA

    bagus,sepertinya kisahnya menyedihkan.baru sedikit membacanya,tapi...sudah sedih duluan.

    15h

      0
  • avatar
    ANCAH JELAJAHANCAH JELAJAH

    ini sangat seruh

    5d

      0
  • avatar
    SianturiSondang

    seruuuuuuuuuuu.....

    14d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất