logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 4 Saling Menolong

Om, Nikah Yuk? 4
Saling Menolong
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Sebuah candaan ternyata juga bisa mengena di hati. Candaan yang tidak tahu batas bisa menyisakan luka atau sakit hati. Namun, ajakan Rere bukanlah suatu candaan, melainkan keseriusan.
Ajakan Rere tidak pernah mendapat balasan sampai detik ini. Awan Biru mungkin menganggap cara bercandanya tidak lucu sama sekali. Bahkan terkesan tidak masuk akal untuk gadis seusianya. Rere tidak pernah tahu bahwa kemungkinan harga diri Awan Biru saat ini tengah menurun dan terluka.
Awan Biru yang diam tanpa kata membuat Rere gelisah sepanjang hari. Perasaan takut merayap masuk ke dalam relung hatinya. Ia hanya ingin menyampaikan apa yang ada di pikirannya. Itu saja. Bukankah menyatakan perasaan bukan sebuah kejahatan? Tapi kenapa rasanya seperti sedang mendapat hukuman.
Rere merebahkan tubuhnya secara berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk melupakan rasa gelisahnya. Mulai dari kamar lalu ke ruang tamu dan kembali lagi ke kamar. Akan tetapi, tetap saja akun Awan Biru tidak mau pergi dari pikirannya. Rere akhirnya menyerah dengan menenggelamkan kepalanya dalam selimut.
Sang ibu mulai jenuh melihat anaknya hanya rebahan dan bermain ponsel hampir setiap hari. Apalagi akhir-akhir ini sikapnya semakin menjadi aneh. Belum lagi saat melihat Rere mondar-mandir seperti setrikaan.
Hal itu menambah kepala sang ibu semakin pusing. Mungkin sebaiknya Rere dijodohkan dengan seseorang agar bisa sedikit dewasa. Siapa tahu ada anak temannya yang mau menikah dengan gadis seperti anaknya.
"Rere ... sini sebentar, Sayang."
Suara Ibu terdengar memanggil dari ruang tamu. Suara wanita itu selalu tidak pernah berubah. Lembut dan tidak pernah memaksa.
Rere yang sedang asyik melihat status-status lucu dan konyol terpaksa menghampiri sang ibu. Rere melihat ada sesuatu yang aneh dengan wajah wanita yang telah melahirkannya. Senyumnya seperti akan ada pertanda buruk. Ia menebak sebentar lagi mungkin ada ucapan yang membuatnya pingsan lalu terluka.
Rere berjalan ke ruang tamu dengan malas. Hatinya masih ingin rebahan di kamar. Ia sedang menunggu pesan balasan yang dikirim sejak semalam untuk Awan Biru. Rere masih berharap akan ada kesempatan. Karena dalam hidup harapan itu tidak boleh padam apalagi mati.
"Ada apa, Bu?" tanya Rere setelah mendaratkan tubuhnya di sofa berwarna merah marun. Rere seakan menjadi terdakwa berhadapan dengan sang ibu. Tingkah lakunya selama selesai sekolah pasti membuatnya kecewa. Namun, bagaimana lagi ... mau cari kerja pun susah. Bukankah lebih baik menikah dengan pria yang mapan dan dewasa yang mencintai dirinya tentunya.
"Daripada kamu di rumah nggak ada kerjaan, gimana kalau kamu kenalan sama anaknya temen Ibu? Siapa tahu cocok. Ibu ingin kamu bisa jadi bertanggung jawab dalam hidup," ucap Ibu tanpa rasa bersalah.
"Maksud Ibu aku dijodohin gitu? Nggak mau lah, Bu. Kayak zaman dulu aja. Untuk jadi dewasa tidak harus menikah, kan? Banyak caranya, Bu!" jawab Rere tegas menolak tawaran sang ibu.
Matanya sesekali melirik ponsel, berharap ada satu pesan masuk darinya untuk memberinya senjata. Ya, senjata untuk menolak permintaan Ibu yang bertentangan dengan nurani.
Sang ibu menatap Rere dengan pikiran yang macam-macam. Kenapa wajahnya begitu kesal hanya karena rencana perkenalan dengan anak temannya. Jangan-jangan ....
"Emang kamu udah punya pacar? Kok, Ibu nggak pernah liat?" tanya Ibu lagi. Ia akan memilih satu kemungkinan, jika dia menolak berarti bisa dipastikan sudah punya target untuk menjadi calon suaminya.
Rere kebingunan mendapat pertanyaan yang belum ada jawabannya. Usahanya mendekati Om Awan masih tidak jelas tujuannya.
"E--mm ... ya, pokoknya aku nggak mau dijodohin. Titik!" tegas Rere.
Rere bangkit dan beranjak kembali ke kamarnya. Ia tidak peduli lagi bagaimana wajah sang ibu. Dadanya bergejolak menahan rasa kesal dengan penawaran sang ibu. Bisa-bisanya membuat keputusan sepihak.
Masa zaman udah modern begini masih seperti zaman dulu. Cukuplah Siti Nurbaya saja, Rere jangan!
Sang ibu menatap kepergian Rere dengan penuh tanya. Ia berpikir dengan menikah bisa membuat Rere menjadi pribadi yang dewasa dan punya kegiatan bermanfaat. Tidak seperti yang dilihat selama beberapa bulan kemarin.
Namun, harapannya tidak akan terkabul melihat penolakan dari anaknya. Sikapnya juga mungkin bersalah karena menjodohkan tanpa pemberitahuan. Namun, di sisi lain ia ingin melihat anak gadisnya bisa berubah jika memiliki pasangan. Bisa lebih menghargai waktu tanpa melakukan hal-hal yang tidak berguna.
**
Perjodohan yang ditawarkan sang ibu ternyata memberi beban mental tersendiri. Hati Rere semakin dilanda kebimbangan dan kerisauan. Ia harus segera mencari cara agar bisa lolos dari rencana perjodohan. Bahkan kalau perlu ia akan memohon pada akun Awan Biru untuk menyelamatkannya dari penjara perjodohan.
Rere mencoba membuka aplikasi biru di ponselnya. Ia masih berharap ada keajaiban untuknya. Kotak messenger di pojok kanan tak pernah lepas dari pandangan. Rere ingin menyulap ada angka satu berwarna merah di atasnya. Namun, sayangnya masih sama, tak ada satu pesan pun yang masuk di mesenger.
Rere memilih melihat berbagai macam status di beranda aplikasi biru. Rere tiba-tiba kepikiran ingin meminta bantuan pada akun Awan Biru. Tidak mengapa kalau ajakannya menikah ditolak, yang penting nasibnya bisa diselamatkan. Melambaikan tangan bukan berarti menyerah. Ia akan kembali berjuang setelah rencana perjodohan ini dibatalkan oleh sang ibu.
Siapa tahu dia bisa membantu, iya ngggak?
Rere kembali membuka messenger secepat kilat. Ada rasa bahagia melihat warna hijau pada akun Awan Biru. Ia segera menulis pesan sebagai isyarat meminta pertolongan.
Rega Violet
[Om ...?]
Awan Biru
[Hmmm ....]
Senyum Rere merekah begitu saja mendapat respon darinya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bernegosiasi sampai mendapatkan keputusan.
Rega Violet
[Bantuin dong? Jadi pacar aku. Kalau nggakk, nasibku jadi kaya Siti Nurbaya.]
Rere tidak lupa menyelipkan emoji menangis berderet di akhir pesan. Ia berharap hatinya mengiba lantas terkesan dan kemudian bisa mantenan.
Hia, ada yang ngarep!
Awan Biru
[Berani bayar berapa kamu?]
Mata Rere melebar ketika membaca pesan balasan yang terkirim secepat kilat.
"Idih! Matre juga nih orang," ucap Rere kesal. Namun, hatinya menekan semua amarah agar bisa mengurangi jumlah bayaran yang ia minta. Bahkan kalau perlu bisa diganti dengan cara lain.
Rega Violet
[Kalau duit jelas gak punya. Tapi aku mau ngelakuin apa aja buat Om.]
Pria itu ternyata otaknya tidak mau merugi, sama kaya dirinya. Ia juga tidak mau merugi, siapa tahu setelah misi selesai, Om Awan akan tertarik padanya. Ia akan berusaha mengeluarkan semua jurus andalannya, apalagi kalau bukan merayu. Semenit berlalu pesan balasan kembali menghiasi layar ponsel.
Awan Biru
[Ya sudah. Sebagai gantinya, kamu temenin aku dateng ke nikahan mantan. Gimana? Deal?]
Rega Violet
[Oke. Deal!]
Awan Biru
[Besok sore aku jemput. Alamat rumahmu mana?]
Rega Violet
[Jalan Dorowati nomer dua puluh lima.]
Pesan berhenti begitu saja. Rere berguling-guling di kasur hingga membuat sprei berantakan. Ia ingin berteriak untuk menyampaikan rasa bahagianya tapi malu sama usia. Ternyata Awan Biru tidak sejahat yang ia pikirkan. Dia masih memiliki hati nurani karena memberi tawaran lain untuk membayar kesepakatan.
"Makasih, Om. Kau memang penyelamatku, dan aku pasti akan menjadi penyelamatmu," teriak Rere pelan sambil melompat-lompat cantik di atas kasur.
Rere merebahkan tubuhnya di tempat tidur setelah puas melompat. Senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya sampai malam menjemputnya ke alam mimpi.
**
Waktu yang ditunggu akhirnya datang. Hari ini adalah hari di mana Rere akan memperkenalkan pacarnya pada sang ibu. Begitu juga dengan Rere. Ia akan berperan sebagai calon istri di hadapan mantannya Awan Biru. Bukankah kesepakatan yang saling menguntungkan?
Rere menatap cermin beberapa kali. Baju kebaya modern khas anak muda yang dipadukan dengan rok berbahan kain batik melekat pas di tubuh rampingnya. Penampilan Rere menjadi terkesan lebih dewasa dari sikapnya.
Polesan bedak dan lipstik yang terlihat natural menambah keanggunan seorang Rega Saputri. Siapa saja yang melihat bisa dipastikan akan jatuh hati padanya.
Sang ibu juga merasa takjub melihat penampilan anaknya yang berbeda dari biasanya. Mungkin jika menikah nanti, Rere akan secantik sekarang. Sebelumnya, Rere sudah memberitahu pada ibunya akan kedatangan tamu istimewa.
"Kamu cantik sekali, Sayang. Nunggunya di depan aja yuk?" ajak sang ibu. Senyumnya terlihat sendu. Mungkin karena terlalu bahagia bisa melihat Rere punya pasangan.
Mereka yang baru saja duduk santai di ruang tamu tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu. Sang ibu terpaksa bangkit dan berdiri menuju pintu lalu membukanya.
Sang ibu berpikir keras melihat pria yang sangat tampan sedang berdiri di depannya. Wajahnya terkesan lebih dewasa dari anaknya. Akan tetapi, rupanya yang menawan membuat pria itu terlihat tidak terlalu tua. Rere seolah tersihir melihat sosok pria yang kini berhadapan dengan sang ibu. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang bersih, ditambah gaya pakaiannya membuat satu perpaduan sempurna atas nama lelaki.
"Ehm. Maaf, apa benar ini rumah Rega Violet?" tanya pria itu dengan sopan. Penampilannya terlihat muda meskipun usianya lebih tua dari Rere.
Sang ibu menatap Rere. Ia baru tahu kalau nama anaknya berubah menjadi Rega Violet. Apa mungkin pria ini pacarnya?
Rere bergegas menghampiri sang ibu yang masih berdiri bersama Om Awan. Ia dengan bangga menyebut namanya sendiri.
"Iya betul. Aku Rega Violet. Tepatnya Rega Saputri," jawab Rere spontan dengan mengangkat satu tangan.
Pria itu menatap Rere sekilas, lalu berganti menatap wanita yang kemungkinan adalah ibunya. Pria itu kemudian memperkenalkan dirinya dan memberitahu maksud kedatangannya yang begitu mendadak.
"Maaf, Tante. Perkenalkan nama saya Gunawan Wijaya. Saya ke sini mau menjemput Rega untuk menemani undangan nikahan teman," katanya dengan percaya diri tapi sopan. Ibu pun mengiakan dan berpesan agar berhati-hati di jalan.
"Hati-hati aja di jalan. Tolong jagain Rere, ya? Kalau nakal jewer aja kupingnya," jawab sang ibu yang mengundang tawa sang pria.
"Iya, Tante. Nanti saya jagain. Kalau begitu, kami berangkat dulu." Om Awan menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai ganti jabat tangan. Ibunya Rega pun melakukan hal yang sama ditambah senyuman.
Setelah berpamitan mereka berdiri mematung saling memandang satu sama lain. Om Awan menatap Rere dengan seksama. Ia tidak menyangka kalau sosok Rega ternyata lumayan cantik meski kelakuannya di media sosial sedikit nyentrik. Sorot cahaya dari lampu penerang jalan semakin menambah kecantikan gadis di depannya.
Rere merasa senang mendapat tatapan seperti itu. Matanya seakan mengirim sinyal untuk kelanjutan hubungan mereka.
"Om Awan, kok, liatnya begitu ya ... apa aku secantik bidadari, sampai membuatnya terpesona? " batin Rere.
Senyumnya diam-diam merekah kala pria di hadapannya masih saja menatapnya. Rere merasakan apa itu jatuh hati pada pandangan pertama. Rasanya sungguh mendebarkan dada.
"Om ...."
Rere memanggil.
"Hmm ...."
Satu deheman saja sudah membuat hati Rere jungkir balik. Bagaimana kalau menjawab 'ya' tentang ajakannya menikah. Pasti auto melorot hati dan jantungnya.
"Om, kan, udah liat aku. Apa masih menganggap aku bocil?" tanya Rere sembari menatap lekat mata sang pria. Kali ini wajahnya terlihat serius. Ia tidak ingin sedang bermain dengan ucapannya. Rere sadar, kalau Om Awan bukanlah lego yang bisa dipermainkan.
Pria itu pura-pura menatap Rere dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tubuhnya memang dewasa tapi sikapnya yang masih bocil.
"Nggak juga sih. Emang kenapa?"
"Kalau gitu ... nikah yuk?"
Om Awan terdiam mendengar ajakan nikah yang kedua kali. Namun, matanya menatap mata gadis yang mengajak menikah tanpa beban, tajam. Senyumnya pun tertarik membuat lesung pipi, manis.
Rere bahkan sampai melayang ke awan melihat senyum itu.
Mungkinkah pertanda ...?
-------***--------
Bersambung

Bình Luận Sách (153)

  • avatar
    Rabiatul Adawiah

    Karya yg bagus. Success buat penulisnya 🌹🌹🌹❤️❤️❤️

    21/05/2022

      0
  • avatar
    Sukini Yg Indah

    200

    15/07

      0
  • avatar
    mustikaDD syifa

    bikin pengen baca terus✌

    29/05

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất