logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Apa??? Kamu menjadi relawan???

Setelah hampir setahun terpuruk, setahun berikutnya ia tebus dengan langsung membuat film, bukan hanya satu, tapi tiga.
Tiga film yang semuanya adalah box office, ditonton oleh lebih dari 40 juta penonton di seluruh dunia. Evan juga bahkan mengadaptasi skenario filmnya menjadi sebuah novel.
Seperti filmnya, novelnya juga laris manis di pasaran. Terpajang di rak paling atas hampir semua Toko buku, karena masuk dalam kategori Best seller.
Dan seolah belum merasa cukup, ia juga menjadi Produser sekaligus pencipta lagu untuk Band adiknya. Album perdana mereka meledak di pasaran, dan mendapatkan platinum dalam penjualannya.
Hanya dalam jangka waktu setahun lebih, Evan mampu membuat dunia yang dulunya memalingkan muka kepadanya, kembali menatapnya dengan penuh kekaguman.
Sekarang, siapa yang tidak kenal Evander Arashi? Man of The year versi New york Times dan AMC Networks yaitu dua surat kabar yang menempati peringkat teratas di Amerika.
***
“So, mau lunch di mana, kita?“ Evan bertanya kepada adiknya setelah mereka berada dalam mobil dan meluncur di jalanan mulus kota New York.
“Ada deh, Aa duduk saja yang manis.“ Ken menjawab sambil nyengir, lalu mengarahkan mobilnya ke arah Time Warner Center.
“Kamu bermaksud untuk mengajakku lunch, di Masa ? Evan kembali bertanya, karena Ken mengarahkan mobilnya ke arah sana. Masa adalah Sebuah restoran Jepang yang di desain Elegan, terletak di 4th floor Time Warner Center, Tepatnya di 10 Columbus Circle, Manhattan, NYC. Hanya ada dua puluh enam kursi di Restoran itu, makanya pengunjung tidak akan dilayani tanpa reservasi terlebih dahulu. Semua pengunjung akan menghabiskan sekitar tiga jam untuk merasakan pengalaman menyantap Omakase yang tak tertandingi, dan tentu saja harga yang dipasang sebanding dengan kepuasan yang didapat. Pengunjung harus membayar sekitar 500 US Dollar/pax untuk bisa makan disitu.
Nama “Masa” sendiri diambil dari nama Chefnya yang asli orang Jepang yaitu: Masa Takayama. Restoran ini adalah salah salah satu dari restoran termahal di dunia, dan menempati peringkat teratas sebagai restoran termahal di New York.
“Hellooo! Jangan berlagak seperti orang yang belum pernah makan di situ deh! Mana bisa kita makan di Masa tanpa reservasi, Aa?
“Sayang banget, padahal aku ingin sekali menikmati Omakase mereka.’ Yang Evan maksudkan adalah Suguhan yang terus menerus mengalir, dimana pengunjung memberikan kebebasan kepada Chefnya untuk berkreasi meramu bahan-bahan yang tersedia, sehingga menciptakan kejutan rasa yang berbeda-beda disetiap menu yang dihidangkan. Untuk jumlah menunya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing restoran, dan tidak semua restoran sushi menyediakan hidangan Omakase ini, hanya restoran sushi terbaik yang sanggup.
”Kalau begitu, kenapa kita menuju ke arah sana?“ Evan bertanya lagi karena jelas terlihat Ken mengarahkan mobilnya menuju ke arah Masa.
“Ada sebuah restoran kecil di dekat markasku, yang masakannya lumayan enak menurutku, wanna try, Aa?“
Yang Evan tahu jika Ken menyebut markas, itu berarti adalah apartemennya yang telah dia ubah menjadi sebuah studio musik. Ken menyebutnya markas, karena ia dan teman-temannya lebih sering menghabiskan waktu mereka di situ, dibanding rumah mereka.
“Memangnya, ada restoran di dekat markasmu? Seingatku, di sekitar situ hanya ada kafe kecil, yang kebanyakan pengunjungnya adalah anak remaja. Kamu tidak bermaksud mengajakku makan di kafe itu, kan? Daripada makan di situ, lebih baik aku pulang dan memesan Pizza.”
Evan berkata sengit, ia memang paling anti makan di tempat yang banyak anak remajanya. Karena ada beberapa kali kejadian ia dikerumuni para fans sampai ada yang secara tidak sengaja, saking gembiranya, mereka menjambak rambut Evan. Fans remaja fanatik yang terlalu tergila-gila sama karya- karyanya, atau mungkin juga wajahnya.
“Di dekat markasku yang itu memang tidak ada. Yang aku maksud adalah markasku yang sekarang, tempat aku menjadi relawan. Lokasinya di dekat Columbus juga, makanya kita menuju ke arah sana. Asal Aa tahu, sebulan terakhir ini, aku menyempatkan diri mengajar anak-anak jalanan, dan beberapa tunawisma untuk bermain gitar dan juga drum. Aku bahkan menyanyi dan menari bersama mereka diakhir pertemuan. Selama ini, aku berpikir bahwa uang dapat membeli segalanya Aa, namun kini aku sadar bahwa ternyata tidak semua hal dapat dibeli dengan uang.” Ken menjelaskan kepada Evan dengan mata yang berbinar-binar, tanda ia amat senang dengan apa yang ia lakukan.
Evan memandang adiknya dengan tatapan ragu, antara percaya dan tidak percaya.
“Kamu menjadi relawan? Dan apa katamu tadi, kamu juga mengajar? “Evan bertanya, dan terdengar jelas bahwa ada nada merendahkan dalam suaranya.
Evan tahu dan dia sadar, bahkan semua orang pun mengakui bahwa adiknya memang vokalis berbakat, dengan suara merdu yang mampu melelehkan hati banyak orang.
Tidak hanya piawai dalam hal bernyanyi, bisa dibilang adiknya juga seorang musician terbaik di negara ini, untuk ukuran anak muda seusianya- diluar musik klasik tentunya.
Soal prestasi, tidak perlu ditanyakan lagi! Tak terhitung berapa banyak penghargaan yang sudah adiknya raih sejak dia kecil. Meskipun Band mereka adalah Band pendatang baru di blantika musik, All for One yang personilnya berjumlah 5 orang, yaitu: Ken (Vokalist & Guitarist), Dave (Bassist), Nick (Drummer), Adam (Keyboardist), dan John (Accoustic) amat sangat digilai oleh seluruh kalangan, khususnya remaja se-antero negeri Paman Sam ini.
Lagu-lagu mereka yang bernada ceria dengan lirik yang gampang diingat, serta skill bermusik dan tampang para personilnya yang di atas rata-rata, merupakan modal hebat untuk merebut hati para penggemar mereka, yang bahkan tersebar sampai ke benua Eropa dan Asia.
Adiknya cerdas dan menyerap semua ilmu tentang musik seperti spons, ia belajar dengan sangat cepat. Ken bahkan sudah bisa memainkan alat musik, saat usianya belum menginjak enam tahun. Tidak ada yang mengajarinya, ia belajar secara otodidak. Nanti setelah ia berusia sepuluh tahun, barulah Mami memasukkannya ke sekolah vokal dan musik, untuk lebih mengasah bakatnya.
Darah seni memang mengalir dalam diri mereka berdua. Kakek mereka dari pihak Papi adalah Musisi dan Sastrawan terkenal di seantero Jepang. Tanyalah orang-orang tua di Jepang, siapa yang tidak mengenal, Minami Arashi ?
Kakek mereka dari pihak Mami juga adalah Musisi legendaris Indonesia. Abimanyu Tedjakusumo, coba sebutkan namanya di depan generasi tahun 70-an dan 80-an di Indonesia, tidak ada yang tidak mengenal Sang legenda musik tanah air ini.
Sedangkan Papi mereka, Yusaki Arashi, adalah seorang yang amat sangat dikenal dalam dunia musik klasik. Satu-satunya pianis berdarah Asia yang dijuluki “Si tangan malaikat“. Yusaki dijuluki seperti itu, karena sekali ia menekan tuts piano, maka sesaat penonton akan merasa mereka seperti berada di surga, saking damainya musik yang dimainkannya. Yusaki juga merupakan satu diantara lima Maestro dunia, yang sekali menggelar konser, tiketnya langsung sold jauh-jauh hari sebelum konsernya diadakan.
Jadi jika berbicara soal bakat, Evan dan Ken mewarisinya secara alami, di bidangnya masing-masing.

Bình Luận Sách (3)

  • avatar
    DeeZidane

    apa ini

    08/06/2022

      0
  • avatar
    HaeraniIntan

    Hai saya memenangkan uang Rp 800

    21/02/2022

      0
  • avatar
    Keyzzamalik

    bagus

    21/02/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất