logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 2

"Mas, pulang jam berapa?" tanya Bella dengan suara lembutnya. Sore itu ia sangat menantikan kehadiran suaminya pulang.
"Nggak tahu nih, kayanya masih lama. Kamu sabar ya. Mas pasti pulang kok!" suara itu seperti terdengar terpaksa oleh Bella.
Wanita dengan rambut panjang sedada itu berwajah masam. Ia kesal mendengar jawaban dari suaminya itu.
"Memangnya ada kerjaan apa lagi sih, Mas. Sudah sore begini masa belum kelar," kata Bella dengan menggerutu.
"Aku tungguin habis maghrib ya. Kamu udah harus pulang. Aku kangen, Mas. Hehehe . . . " ucap Bella dengan tersenyum sendiri.
Ya jujur saja Bella memang ingin sekali memeluk suaminya.
Bayangan tentang betapa cantiknya Arum muncul. Bella berfikir kalau ia tidak boleh membiarkan Mas Bara di miliki oleh orang lain. Hanya dia seorang yang selamanya memiliki Mas Bara.
"Hem . . . iya, Aku usahain ya!" seru Bara dengan malas. Ia menutup panggilan dari sang istri dengan cepat.
"Loh kok, dimatiin sih! padahal aku mau bilang i love you," gerutu Bella dengan menubrukkan diri ke kasur.
"Apa aku coba telfon lagi ya?" tanya Bella sendiri.
Ia pun segera menelpon kembali sang suami.
"Hallo, Mas aku mau bilang sesuatu," kata Bella dengan cepat. Ia takut mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Dasar perempuan memang labil.
"Iya, ada apa lagi Bella?" tanya Bara dengan wajah kesal di seberang sana.
"I love you, Mas," kalimat itu terdengar lirih namun di iringi dengan perasaan penuh kasih.
"Iya, I love you too Bella. Udah dulu ya. Mas lagi kerja nih," terdengar singkat namun Bella merasa sudah lega sekarang.
"Oke. Assalamualaikum."
"Walikumsalam."
Bella menghembuskan nafasnya dengan pelan. Perasaannya kini mulai tenang. Kalimat sederhana yang di ucapkan oleh mereka berdua memang biasa. Namun itu membuat perubahan yang lebih indah dari biasanya.
***
"Mbak, bangun Mbak," telapak tangan Mirna menggoyang goyangkan lengan wanita berwajah putih itu dengan pelan.
Bella langsung membuka matanya dengan perasaan kaget. Pemandangan jendela dengan tirai putih bercahaya orange.
"Mbak Bella, udah mau maghrib Mbak bangun," ucap Mirna sang asisten rumah tangga tanpa lelah.
Bella akhirnya duduk dengan pelan. Ia melihat jam dinding kotak yang menempel di tembok.
pukul setengah enam sore. Mulut Bella beristighfar karena ketiduran sampai hampir malam seperti ini.
"Kenapa kamu baru bangunin aku, Mir?"
"Ya Allah, Mbak Bella udah Mirna bangunin beberapa kali dari jam empat. Tapi nggak bangun- bangun," jawab Mirna dengan bibir mengerucut.
"Mas Bara udah pulang, Mir?" tanya Bella sambil mengucek matanya.
"Belum, Mbak. Mungkin habis maghrib sudah sampai sini," kata Mirna dengan asal.
Setelahnya Bella mandi air hangat dan bersiap untuk sholat maghrib. Seusai sholat ia berdoa dengan sangat khusyuk.
"Ya Allah yang maha penyayang. Sembuhkanlah luka hatiku, agar aku sanggup membalas sakit hati dengan senyuman. Ya Allah jujur saja aku benar benar merasa sakit sekali saat melihat Mas Bara dan wanita itu di mobil sedang berciuman. Semoga apa yang aku lihat bukanlah perselingkuhan suamiku. Semoga apa yang di jelaskan oleh suamiku itu benar. Kalau dia tidak benar benar melakukan adegan itu. Ya Allah kuatkanlah hambamyambamu yang lemah ini. Ampunilah dosaku ya Allah. Jika karena dosaku engkau mengujiku seperti ini. Tolong ampunilah dosaku Ya Allah. Amin ya rabbal alamin," kedua telapak tangan Bella mengusap wajah dengan hangat.
Kini perasaannya begitu lega karena semua yang ada di dalam hatinya kini sudah tercurahkan kepada sang Maha segalanya.
Pukul sebelas malam tiba. Mata Bella mulai terasa mengantuk. Berulang kali ia menguap dan berkedip kedip terus. Berusaha untuk terus membuka matanya lebar lebar.
"Ya Allah! Mas Bara lagi dimana sih? kenapa dia jam segini belum pulang juga?" tanya Bella dengan sendirinya. Ia kini berdiri sambil mengintip keluar dengan membuka sedikit gorden abu abu.
Terlihat suasana malam sepi sekali. seperti hatinya yang sunyi. Perasaan gundah mulai muncul saat menengok ternyata jam menunjukkan pukul dua belas malam. Bella menghembuskan nafas dengan geram.
"Astaghfirullah hal adzim!" ucap Bella dengan duduk bersender kembali sambil mengelus dadanya.
"Mas, mas kamu kenapa hapenya mati? kamu dimana, mas? Ya Allah ya rabbi . . . "
Seketika Bella kaget saat suara petir menyambar.
"Subhanallah!" ucap Bella dengan memegang dadanya.
Suara petir itu benar benar menakutkan namun lebih menakutkan kalau suaminya sampai berani berselingkuh.
"Ya Allah jangan hujan dulu ya, aku mohon. Soalnya Mas Bara belum pulang," ucap Bella dengan wajah khawatir.
Ia kembali melihat layar ponsel dan melihat nama kontak suaminya. Segera saja ia menelfon. Namun tak ada jawaban sama sekali.
Kini Bella mendengar suara mobil. Ia segera membuka gerbang yang tidak terlalu besar milik rumahnya itu.
Mobil masuk ke dalam parkiran rumah yang terlihat pas sekali untuk ukuran mobil.
Kini pria dengan kemeja putih dan jaket hitam itu keluar dari mobil. Wajah oval itu terlihat kelelahan. Matanya bahkan tidak melihat wajah sang istri yang ada di depannya. Kakinya berjalan begitu saja memasuki rumah.
"Ya Allah! Mas, kenapa baru pulang?"
"Aku capek Bella. Lebih baik kamu buatkan aku susu putih hangat," kata laki laki yang kini membuka jaketnya dan meletakkannya di kasur.
"Capek? aku juga capek, Mas. Aku nungguin kamu sampai ngantuk banget kaya gini. Aku bela-belain nungguin kamu sampai malem banget kaya gini. kenapa sih kamu nggak jawab telfon aku? udah gitu telfonnya mati lagi. kamu seharusnya ngabarin aku dong mas! Aku ini istri kamu, mas!" kekesalan Bella meluap di depan wajah suaminya.
"Suami baru pulang malah di omelin kaya gini! aku tuh kerja banting tulang sampai malem kaya gini tuh! buat kamu Bella!" seru sang suami sambil membuka kemeja putihnya. Lalu ia bergegas menganti baju dengan kaos dalem putih. Lalu duduk di kasur dengan wajah masih kesal.
Bella mengambil jaket dan kemeja serta tas suaminya. Ia menaruh barang barang itu pada tempatnya.
Setelahnya ia duduk di samping suaminya.
"Mas! kamu tahu nggak sih kalau ada hadist yang menjelaskan kalau sunahnya itu menyegerakan pulang ke keluarganya, setelah menunaikan tugas hendaknya jangan menunda-nunda dengan melakukan hal yang bukan menjadi tugas atau tujuan safar," kata Bella dengan tegas.
Sang suami melirik masa bodo.
"Kamu pasti habis kerja, terus main sama teman kamu ya, Mas? ngopi ngopi nggak jelas atau main futsal atau jangan jangan kamu sama arum," mata Bella mengintimidasi.
"Bella stop," kini mata teduh itu berubah ganas menatap wajah Bella dengan penuh amarah.
"Kamu jangan sembarangan nuduh Bella. Otak kamu itu nggak pernah berpikir positif sama aku. Kamu juga nggak usah ngomongin tentang Arum. Dia cuma teman aku Bella!"
"Ya sudah," seru Bella dengan suara keras.
"Sekarang kamu jelasin sama aku kenapa kamu bisa pulang malem banget kaya gini ha?" suara itu terdengar tinggi sekali hingga menggelegar ke seluruh ruangan membuat asisten rumah tangga mereka. Mirna, membuka matanya dengan pelan. Mirna kaget sekali mendengar sang majikan bertengkar.

Bình Luận Sách (113)

  • avatar
    AstutiRini

    wow🤯

    21/08

      0
  • avatar
    OktrilaMeny

    saya suka ceritanyaa bagus bangett saya kasih 1000/10

    12/08

      0
  • avatar
    PutriIka

    ʙɢᴜs ᴄᴇʀɪᴛᴀɴʏᴀ

    23/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất