logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 7 Castle Prisoners

Part 7 Castle Prisoners
Louisa menelan ludahnya. Dia berjalan bersama Raulo yang sudah tua dengan sangat pelan. Pria paruh baya itu mengantar Louisa ke ruangan khusus. Sepanjang perjalanan mata wanita itu melirik ke sana dan kemari. Dia benar-benar masuk ke dalam kastil kuno yang menyeramkan. Tidak ada penerangan selain dari obor yang dibawa Raulo.
"Wah! Kenapa di sini sangat seram." Louisa menyentuh lehernya yang kaku.
"Kalau sudah terbiasa kau pasti berani." Raulo tersenyum pada Louisa.
"Aku heran kenapa kau tidak menangis dan berteriak seperti gadis-gadis yang sebelumnya." Kaki Louisa terpaku. Dia menatap Raulo serius.
"Apa maksudmu gadis-gadis sebelumnya?" Louisa melotot pada Raulo.
"Ada seratus orang wanita di kastil ini. Mereka dikurung di ruangan bawah tanah," terang Raulo.
"Apa sekarang kau juga ikut-ikutan menakuti aku?" Raulo menggelengkan kepalanya.
"Jadi ada seratus wanita di kastil ini? Lalu aku yang ke berapa yang ada di sini?" tanya Louisa.
"Ada seratus wanita yang hidup dan yang mati juga banyak." Louisa menelan ludahnya.
"Ya Tuhan!" kaki Louisa bergetar sekarang.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Dominic di sini?" Udara dingin semakin menyelimuti tubuh Louisa dan Raulo.
"Aku hanya bertugas sebagai penjaga kastil. Aku tidak tahu apa yang Dominic lakukan di sini. Itu terserah padanya, karena kastil ini milik mendiang leluhurnya yang diwariskan turun-temurun." Raulo mencoba menjelaskan posisinya pada Louisa.
"Lalu apa yang akan aku lakukan di sini?" Louisa menengadahkan kepalanya dan melihat langit-langit kastil.
Seketika itu matanya melebar. Ia menelan ludahnya sendiri. Kakinya gemetaran. Louisa tidak bisa percaya matanya melihat sesuatu yang benar-benar keji ada di langit-langit kastil. Kepala-kepala membusuk yang digantung itu membuat Louisa ingin pingsan rasanya.
"Raulo ini apa!" Louisa terduduk di lantai kastil.
"Itu adalah kepala-kepala dari orang yang bermusuhan dengan para leluhur. Tenang saja. Kepala-kepala itu diawetkan dan tidak akan berbau busuk." Tidak busuk tapi Louisa ingin muntah rasanya.
"Ayo berdiri Louisa. Kau harus segera bergabung dengan wanita-wanita yang lain." Louisa tidak punya tenaga untuk berjalan rasanya. Dia tidak tahu bagaimana masa depannya jika dia terperangkap di kastil kuno ini. Wanita itu merasa kepalanya juga akan digantung kalau Dominic tahu dirinya membantu Jason untuk merampok uangnya. Ini membuat Louisa ingin bunuh diri saja daripada dibunuh Dominic.
"Raulo, aku tidak ingin mati di sini. Aku ingin keluar dari sini." Louisa menggelengkan kepalanya.
"Semua wanita yang ada di sini juga ingin lariakan tetapi berakhir dengan siksaan atau kematian yang pahit." Raulo tersenyum pada Louisa.
"Tidak bisakah aku menghiburku? Kau menakuti aku terus!" Louisa menarik rambutnya.
"Tidak ada jalan keluar selain meruntuhkan kastil ini. Aku tidak ingin kau terlalu berharap." Napas Louisa tersengal.
"Baiklah, aku akan keluar dari sini dengan caraku sendiri," ucap Louisa mencoba berpikir positif kalau dia bisa melarikan diri suatu saat.
Louisa dan Raulo mulai masuk ke ruangan bawah tanah banyak anak tangga yang harus dilalui oleh mereka dan itu membuat kaki Louisa pegal. Saat mereka sampai di depan gerbang besar terbuat dari kayu itu. Raulo membuka pintunya. Mata Louisa bertemu dengan seratus wanita yang ada di ruang bawah tanah. Mereka semua menatap ke arah Louisa dan Raulo. Wanita-wanita itu sedang makan bersama. Louisa mengamati dari seratus wanita itu mereka berkisar usia enam belas tahun hingga tiga puluh tahun. Louisa tersenyum dan itu membuat para wanita itu bingung.
"Raulo, siapa dia?" tanya seorang wanita berambut pirang.
"Dia Louisa. Dia akan bergabung dengan Kalian." Raulo mempersilakan Louisa untuk masuk.
Dengan kaku Louisa masuk dan mencoba tersenyum dengan semua wanita yang ada di sana. Raulo langsung menutup pintunya saat Louisa sudah masuk. Suara kencang pintu yang ditutup Raulo membuat Louisa terkejut.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Bagaimana bisa kau ada di sini?"
"Siapa yang membawamu ke sini?"
Louisa langsung dihantam berbagai pertanyaan oleh wanita-wanita yang ada di ruang bawah tanah. Dia hanya bisa tersenyum dan menyakinkan para wanita itu dengan senyumannya.
"Aku baik-baik saja." Louisa merangkul wanita yang ada di sampingnya.
"Sudah berapa lama kau ada di sini?" tanya Louisa.
"Aku sudah sepuluh tahun di sini. Sejak umurku lima belas tahun," jawab Wanita itu.
"Persilahkan dia duduk dulu," pinta salah satu wanita yang lain. Louisa dipersilakan duduk. Sekarang dia ada di tengah-tengah para wanita itu.
"Hmmm," gumam Louisa.
"Bagaimana kalian semua bisa ditahan di sini?" tanya Louisa takut-takut.
"Aku melihat seorang pria yang sedang membunuh."
"Aku melihat seorang pria merampok uang."
"Aku adalah wartawan yang mencoba mengekspos keluarga Dominic Theodorettiakan tetapi aku berakhir di sini."
Louisa menelan ludahnya. Dominic benar-benar mengurung dirinya dan mustahil untuk bertemu dengan keluarganya lagi. Jadi inilah maksud perkataan Dominic. Pria itu tidak pernah main-main dengan perkataannya.
"Kalian ditahan di sini dengan kasus yang sama, yaitu mengetahui apa yang dilakukan Dominic." Louisa menyimpulkan pokok masalahnya.
"Iya, dan hanya dirimu yang dibawa kemari dengan senyuman bukanya malah menangis kau malah tersenyum." Louisa tersenyum konyol. Dia sama sekali tidak sedih tetapi lebih tepatnya takut.
"Aku tidak tahu harus bagaimana, tetapi aku juga melihat Dominic membunuh orang dan berakhirlah aku di sini, bersama kalian," terang Louisa. Para wanita itu hanya bisa menghela napasnya.
"Kalian ada seratus orang tapi kenapa tidak bisa lari dari kastil ini dan melaporkan pada polisi?" Louisa mencoba menggali informasi lebih dalam.
"Kami memang seratus orang, tapi peluru dari dua puluh orang pria itu bisa menembus tubuh kami dengan cepat," ujar wanita yang ada di depan Louisa.
"Sudah banyak yang mencoba kabur tapi tetap saja, itu hanya hal yang sia-sia." Louisa menggigit ibu jarinya.
"Kalau begitu kita butuh rencana untuk kabur dari sini," bisik Louisa.
"Rencana melarikan diri?" tanya wanita yang ada di samping Louisa.
"Ya! Beautiful ESCAPE," tutur Louisa.
"Karena kita wanita dan rencana kita adalah melarikan diri. Jadi, kita akan membuat rencana Beautiful ESCAPE," jelas Louisa.
"Kau sangat berani sekali, apa kau juga berasal dari kalangan orang semacam Dominic?" tanya salah satu wanita yang ada di paling belakang.
"Tidak, hanya saja. Aku memang pemberani. Aku ini tidak suka ditindas begitu saja." Louisa berusaha menjelaskan.
"Tapi melarikan diri itu sia-sia, dan aku tidak ingin mati. Setidaknya aku bisa hidup sampai aku tua di sini daripada aku melarikan diri dan berakhir mati." Louisa mengusap wajahnya.
"Kita diskusikan itu besok lagi teman-teman. Sekarang saatnya tidur, kalau tidak penyihir gila itu akan datang." Para wanita langsung pergi ke ranjang mereka masing-masing. Hanya louisa yang kebingungan.
"Tidak ada ranjang untukmu anak baru, tidurlah di sofa," terang seorang wanita berambut pirang. Dia berwajah sangat tidak bersahabat.
"Bagaimana bisa kalian makan dan tidur dalam satu ruangan." Louisa menggelengkan kepalanya dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Perabotan milik kastil dan rumah biasa benar-benar berbeda. Sofa yang Louisa tiduri sangatlah empuk dan lebar. Sudah cukup untuk memberikannya kenyamanan.

Bình Luận Sách (13)

  • avatar
    17Beladed

    bisa iya

    2d

      0
  • avatar
    AyudiaBaihaqi

    kakak..lanjutannya mana

    14/06/2022

      0
  • avatar
    Ranii

    ditungguin udh brp bulan kok g lnjut² si thorr lnjutt dong smpe end ceritanya bgusss bngtttt🥰

    03/06/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất