logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

6. Afternoon Confuse

Keesokannya, Adin kuliah seperti biasa. Hanya tugas, pelajaran, yang hubungannya dengan Dita. Karena sekarang mereka sudah jarang membicarkan hal-hal yang pribadi. Sebenarnya dari dulu juga sudah jarang. Tapi, setelah masalah Dita tentang Yudi kemarin membuat mereka menjadi canggung untuk saling curhat. Namun, masalah tersebut kemarin tidak membuat persahabatan mereka renggang. Cuma saja, sekarang mereka tidak pernah membicarakan tentang Yudi lagi atau siapa pun yang ada sangkut pautnya sama cowo. Adin mulai sadar bahwa kebiasaan menconteknya menjadi bad habbit yang bisa menjelma seperti benalu. Sedikit-sedikit sekarang ia mulai minta penjelasan sama Dita. Jadi tidak asal nyontek seperti dulu.
Jam berganti jam, hari berganti hari, minggu berganti minggu. Sebenarnya Adin belum tahu persis kabar Dita dengan Yudi. Hanya saja yang dilihatnya Dita lebih dekat dengan Gilang. Seperti melihat mereka berjalan menuruni tangga bersama saat pulang kuliah. Atau melihat mereka makan di kantin bareng. Jika sudah seperti ini, Adin pasti lebih memilih menghindar daripada harus mengganggu Dita. Walaupun, gara-gara Gilang Adin harus kehilangan teman makan siangnya, tapi ngga apa-apa lah demi Dita.
***
“Din, Mama nanti siang mau ke Jogja dulu, ya? Tadi Bulik Diah telepon, nenek sakit katanya” Mama memberitahu pagi itu.
“Iya, sama siapa, Ma? Sama Papa?” jawab Adin yang mulutnya penuh tersumpal roti.
“Nggak, paling sama Joko”
“Sama Mang Joko? Kok nggak sama Papa, Ma?” tanya Adin pura-pura tidak tahu tentang keretakan hubungan mamah dan papahnya. Padahal ia tahu Mamanya memang selalu berpergian dengan supir pribadinya itu.
“Papa katanya ada kerjaan ke Kalimantan tiga hari, Jadi kamu selama tiga hari ini di rumah sama Bi Ami saja. Hati-hati, jangan kebanyakan pulang malem gitu, ah! Nggak baik anak perempuan keluyuran malem-malem." Nasihat Mama menghujani Adin pagi itu. Membuat sarapannya super kenyang karena seolah mendapat porsi double. Roti dua lapis + susu ditambah kuliah subuhnya Mama.
“Mama berapa hari ke Jogjanya?”
“Belum tahu, mungkin seminggu. Ya sampai nenek membaik saja”
“Memang sakit apa sih Mah?”
“Katanya badanya panas, selalu mengigau sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur”
Adin menyudahi obrolan itu dengan meninggalkan Mama untuk kuliah. Hari ini adalah hari terakhir UTS. Satu mata kuliah Statistika Bisnis, jam 07.50 mulainya. Jam segitu cukup pagi bagi Adin. Tapi, UTS atau tidak sebenarnya sama saja baginya. Tidak ada kata belajar. Tinggal nyontek Dita, pikirnya. Hanya sekian persen pelajaran yang diberikan Dita yang berpengaruh di UTS itu.
Jam sepuluh kurang sepuluh menit para mahasiswa mengumpulkan kertas folio hasil UTS masing-masing. Tidak ada yang spesial. Adin hanya dapat menjawab empat dari lima soal. Alasanya, dia telat dapat kertas jawaban dari Dita untuk nomor terakhir. Tapi tidak apa-apa, paling dia mendapat nilai C saja sudah cukup untuk semester ini. Adin mengakui kebodohanya.
Setelah keluar kelas, Adin merasa perutnya mengeluh untuk diberi makan. Tapi, ketika melihat ke arah Dita, ternyata Gilang sudah menngunggunya di depan kelas. Niat Adin urung. Akhirnya Adin memutuskan untuk makan sendiri di luar kampus. Adin makan di restoran tidak jauh dari Kampus.
Selesai makan, jam tangan Adin menunjukan pukul 11.55. Jam duabelas kurang lima. Adin memutar pikiran, mau kemana dia setelah ini. Handphone di keluarkan dari saku jeansnya. Menekan panah bawah, lalu huruf L, kemudian ia menemukan nama Lingga. Entahlah, sepertinya hari ini perasaannya sedikit malas. Sepi, mungkin karena Mamanya pergi dan dia sangat malas di rumah apalagi harus berdua dengan Papanya.Untung Papa lagi keluar kota pikirnya. Tapi Adin belum menyadarinya. Hampir saja Adin memencet tombol panggil di handphonenya. Menelpon Lingga. Tapi, kemudian ibu jarinya kembali memencet tombol kembali. Dengan segera langsung terlihat wallpaper berwujud fotonya yang sedang berpose di atas kap mesin mobilnya. Adin terlihat manis namun misterius. Kakinya berselonjor panjang menimpa logo mobil kesayangannya.
Tapi kenapa harus Lingga. Adin pun tidak tahu alasanya. Beberapa saat dia teringat Oky. Cowok yang tidak kalah carenya dibanding Lingga. Karena Oky sebetulnya lebih banyak membantu. Seperti mengantarkan tugas atau hanya memberi tahu link yang tepat untuk mencontek tugas pada Adin. Adin memainkan kembali handphonenya. Sekarang memencet panah bawah dan huruf O. Dengan sekejap muncul nama Oky. Lalu seakan tanpa sadar terdengar nada sambung. Tuuut… tuuuut…
“Hallo, Adin?”
“Hallo, Ky. Lagi ngapain?” Adin sontak gugup.
“Gue, lagi di rumah aja. Kenapa Din?” Oky berusaha tetap menjaga nada bicaranya padahal hatinya sudah meloncat kegirangan.
“Lo nggak UTS?” Ain bertanya ngga penting.
“Hari ini jadwal UTS gue jam tiga. Kenapa? Lo dimana sekarang?”
“Nggak, gue lagi makan di deket kampus” Adin mulai kehabisan kata-kata dan bingung kenapa dia harus menelepon Oky.
“Sendirian? apa sama Dita?”
“Sendiri, Dita lagi asik tuh sama temen lo!”
“Oh, si Gilang! Emang tuh! Lo ngga sirik apa? Eh Din, gue ke tempat lo ya, sekarang? Abis situ terserah lo mau kemana deh, gimana? Sambil gue nunggu UTS?”
“Mmmh, nggak deh! Makasih. Lo kan mau UTS ko malah maen sih!”
“Nggak apa-apa lagi, gue udah belajar kok semalem. Lagian emang enak jalan sendirian?”
“Nggak apa-apa ko. Gue juga mau balik sekarang. Ya udah deh Ky! Gue balik dulu ya. Bye…”
“Klik!” Adin tidak sempat mendengar kata berpisah dari Oky karena ia terlalu buru-buru menutup telepon.
Adin linglung, kenapa Oky yang harus diteleponnya. Apa ada perasaan di hatinya terhadap Oky. Laki-laki berdada bidang dan berambut cenderung cepak itu membuat Adin menghabiskan beberapa ribu pulsanya. Padahal ibunya saja tidak pernah ia telepon. Kecuali hanya untuk memberitahu bahwa ia akan menginap dikosan Dita.
Di rumah, Oky tidak dapat menahan kebahagiaan. Adin, yang selama ini selalu dingin padanya. Adin yang Oky sayangi menyimpan nomor handphonenya. Masalah nada omongan Adin yang tetap dingin, dipikirnya hanya karena Adin gugup. Oky punya peluang besar sekarang.
Adin memanggil pelayan untuk menagih bill. Setelah membayar, ia pun pergi.
Masuk ke dalam mobil dan langsung melesatkan mobil ke arah pulang. “Pulang jam dua belas, sampe rumah jam satu, mau ngapain?” Pikirnya. Entah kenapa juga Adin bisa merasa ngantuk sekali kali ini, badanya terasa lemas. Sampai di rumah. Adin langsung menjatuhkan badanya ke spring bed berukuran besar itu. Tak lama kemudian ia pun sudah terlelap.
***

Bình Luận Sách (59)

  • avatar
    A******a@gmail.com

    BAPERRREEUUUU AAAAA BAGUS POKOKNYA LAGI NUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA

    09/03/2022

      5
  • avatar
    Yunita Maria

    goddd

    06/11/2022

      0
  • avatar
    Chaw Pqt

    nice

    23/06/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất