logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

4. Hey, Cantik!

Senin pagi tiba. Adin sampai di kampus. Turun dari mobil, naik ke lantai dua gedung kuliahnya. Lift yang masih berada di lantai empat memaksanya untuk menaiki anak tangga untuk dapat mecapai kelas lebih cepat. Dia telat. Oleh karena itu tidak ada waktu untuk menunggu lift mendarat di lantai satu.
Langkahnya yang cenderung berlari membuatnya tidak sempat melihat sekeliling.
“Hey, Din. Telat, ya?” terdengar suara seorang laki-laki di samping kanan telinganya.
“Eh, Gilang. Iya, nih! Lo juga telat?” tanya Adin.
“Eits, sorry ya, engga dong! Gue masih sih dua jam lagi ada kelasnya”
“Oh…ya udah, gue duluan ya!” ucap Adin yang semakin mempercepat langkahnya.
“Eh iya Lang, lo dapet salam dari Dita…” ucap Adin sambil melebarkan senyumnya dan menaikan satu alisnya. Telihat muka Adin berharap jawaban Gilang yang berarti.
“Ye…! sempet lo ya, udah telat juga! Lo juga dapet salam dari Oky. Dia nyariin lo lagi waktu malem minggu kemaren”
“Pasti deh, Oky lagi! So care banget sih! Nyokap gue aja nggak nyariin gue!”
“Wah! Nggak tau tuh! He… he… Oh iya, salam balik buat sohib lo itu. Bilang, kalau dia buka kaca matanya, pasti lebih manis deh…”
Adin berlalu dengan senyum puas. Lepas dari jijik atau tidaknya mendengar kata-kata Gilang tadi, tapi setidaknya pagi ini dia bisa membawa kabar bahagia untuk Dita.
Seselesainya mata kuliah, seluruh mahasiswa keluar dari kelasnya, seperti hari pertama para pegawai mengambil gaji, selalu buru-buru. Padahal mereka sendiri belum tetu tahu ingin kemana setelah menuruni tangga dan sampai di parkiran. Lalu, Adin pun bercerita tentang salam balik dari Gilang pada Dita pagi tadi. Hari itu cukup membahagiakan buat Dita. Adin merasa berharga untuk Dita, karena hal seperti itu jarang ia dapatkan dalam kehidupan. Jarang ia merasa berharga untuk orang lain, apalagi dirinya sendiri.
Banyak pria yang hadir dalam kehidupan Adin. Karena pribadi Adin yang beda membuat Adin bagai mawar yang dihinggapi banyak kumbang. Sama halnya seperti Rocky Sunaryo, atau biasa dipanggil Oky. Seperti cowok lainnya, bukan seseorang yang penting dalam hidup Adin. Oky satu kelas dengan Gilang. Sebenarnya perasaannya tidak jauh beda dengan perasaan Lingga pada Adin. Tapi sikap Adin yang selalu dingin padanya, belum cukup membuat Oky gentar.
Keduanya seakan sedang bersaing untuk mendapatkan Adin tanpa saling kenal satu sama lain. Tapi jangan salah, Oky juga salah satu bintang kampus. Kalau Gilang dipuja karena ketampanannya, sedangkan Oky, karena uangnya. Imej tajir plus label “begaul” tak kasat mata di dadanya setiap kali dia berjalan, membuatnya berpikiran semua cewek akan takhluk padanya, termasuk Adin.

Lalu, siang itu, di hari yang panas banget di Jakarta, terdengar irama progresif dari handphone Adin.
From : Lingga
Received : 13.01
"Din, pulang kuliah jam brp? Temenin gue cari onderdil, yuk!"
To : Lingga
Sent : 13.05
"Gue udah pulang sekarang. Oke. Ketemuan dmn?"
From : Lingga
Recieved : 13.07
"Sekarang gue otw ke kampus lo. Tungguin di parkiran depan gedung jurusan, 15 menit lagi gue sampe! C U.."
Tidak jarang Lingga dan Adin berkirim pesan. Mereka berdua serasi. Yes, sebagai teman. Adin merasa cocok dengan Lingga sebagai teman. Tidak peduli pandangan Lingga terhadapnya. Lingga adalah laki-laki yang simple, gentle. Sangat tipikal Adin.
Adin dan Lingga bertemu, sedangkan Dita langsung pulang ke kostan. Mungkin Dita ingin meneruskan khayalannya tentang Gilang.
Lalu Adin pindah mobil Lingga. Mobil Adin diparkir di kampus. Mereka bergerak ke arah Senen. Salah satu plaza di kawasan itu menjadi tujuan. Plaza yang menjual spare part mobil di lantai atasnya.
Sampai di sana, mereka langsung menuju barang yang di cari. Setelah itu makan, lalu kembali ke kampus Adin. Cukup singkat, namun tidak kalah mengasikan. Sepanjang perjalanan pergi dan pulang mereka saling bercerita. Dari mulai masalah keluarga Adin yang baru saja terjadi minggu pagi itu sampai teman-teman Lingga yang tidak kalah bemasalahnya. Adin memang lebih banyak bicara. Lingga lebih sering diam, mendengarkan dan sedikit-sedikit memberi masukan. Hanya seperti itulah yang mereka lakukan jika sedang hang out bareng.
Kali itu mungkin bukan yang pertama untuk mereka. Namun, sayangnya mereka hanya bisa jalan untuk keperluan-keperluan seperti itu, terutama urusan mobil, bukan untuk urusan spesial seperti yang Lingga harapkan. Karena Adin selalu terbuka untuk hal apa saja tapi sangat verboden untuk urursan cinta.
Lingga terus sabar, ia yakin saat spesial itu pasti akan tiba. Perasaanya tulus kepada Adin sedari pertama kali mereka berkenalan di arena balap. Eye catching, kata pertama yang teringat oleh Lingga saat pertama kali mereka bertemu. Lalu setelah mereka mengobrol dan semakin mengenal Adin, Lingga makin jatuh hati.
Rasa penasaran di awal berubah perlahan menjadi rasa simpatik dan protektif natural yang muncul dari hasrat kelaki-lakian normalnya. Adin cantik apa adanya. dengan baju longgar dan rambut pendek saja sudah bisa memukai banyak mata pria. Apalagi ditambah, belum satu nama pun yang Lingga tau pernah menyentuh hatinya. Sebagai sesama anak tunggal, Lingga serasa bisa mengerti rasa kesepian Adin.
***

Bình Luận Sách (59)

  • avatar
    A******a@gmail.com

    BAPERRREEUUUU AAAAA BAGUS POKOKNYA LAGI NUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA

    09/03/2022

      5
  • avatar
    Yunita Maria

    goddd

    06/11/2022

      0
  • avatar
    Chaw Pqt

    nice

    23/06/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất