logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Ini Permintaan

Entah bagaimana Lina bisa dekat dengan Arlan? Pertanyaan yang membuat Nico tidak habis pikir. Semudah itukah cowok berkacamata membuat Lina tersenyum? Sementara dirinya tidak bisa melakukan itu. Pagi yang muram baginya saat ia melihat Lina dan Arlan jalan beriringan menuju kelas.
Kegaduhan yang ia buat kemarin membuatnya didiami cewek pujaannya. Dari bel masuk habis istirahat hingga bel pulang, Lina terus bergeming. Ia yang masih kesal memilih untuk tidak mengusik Lina. Bisa-bisa keduanya meledak hebat.
Setelah perasaan Nico sudah lebih baik, ia siap lagi untuk gencar mengusik cewek yang ia ikuti dari belakang. Di koridor yang ramai, beberapa penggemar memandang Nico kagum, tetapi pemilik tubuh itu berjalan tidak peduli dengan sekitar. Langkahnya cepat dan jauh, seakan sedang mengejar ketertinggalan.
Mata tajam bak elang ingin menerkam mangsa. Nico berada tepat di belakang Lina dan Arlan. Ia siap mencabik-cabik kedua orang di depannya, tetapi yang ia lakukan hanya membelah tengah deretan dua orang itu. “Misi, gue mau lewat!”

Bahagia. Senang. Begitulah yang dirinya rasakan ketika ia melihat Lina mengernyitkan dahi karena kesal, itulah yang diinginkannya. Ia berharap Lina bisa memandangnya, meski cara yang ia lakukan berbeda 180 derajat dari kelembutan.
Nico lebih dulu masuk ke kelas, menempati tempat duduknya. Ia keluarkan satu buku pelajaran, lantas tersenyum ketika melihat Lina dan Arlan masuk ke kelas. Setelah mereka berdua duduk, Nico lekas menengok ke belakang. “Lo sibuk, gak?” tanyanya dengan tenang. Sepertinya ia lupa kemarin sudah membuat keributan.
“Ada apa? Gue, sih, sudah santai,” jawab Arlan sambil menaruh tas ke meja.
“Gue mau minta lo, ajarin tugas, yang belum gue kerjain.” Nico menaruh buku paket dan buku tugas.
“Bukannya elo....” Arlan menggantungkan kalimatnya. Ia berpikir sejenak, ada yang tidak beres dengan sikap Nico. Juara satu meminta bantuan kepada juara tiga? Setelah menangkap maksud cowok di depannya itu, ia setuju untuk membantu. “Mana yang belum lo kerjain? Sini, gue lihat dulu.”
Nico tidak ragu untuk menunjukkan apa yang diperlukan. “Belum gue, kerjain semua.” Bisa saja dirinya menyelesaikan sekarang juga. Namun, bukan itu yang ia inginkan. Jauh jauh jauh. Nico ingin menjauhkan Arlan dari Lina. Cerdas, kan?
Ketika memasuki jam istirahat siang, Arlan mengajak Lina berdiskusi. Namun, belum sempat cewek itu menyetujui, Nico melingkarkan tangan ke bahu Arlan. Ia mengajak cowok berkacamata itu ke kantin. “Lo pasti laper, kan? Ayo ke kantin bareng. Gue yang traktir.”
“Gak perlu, Nic. Gue bisa beli sendiri, kok. Gak enak juga kalau gue harus ditraktir sama lo.” Arlan coba menghindar. Rencana Nico sudah ditebaknya. Apalagi kalau bukan coba menjauhinya dari Lina?
“Gak usah, gak enak. Ini mau gue, lo harus ikut. Ayo!” Nico menarik paksa hingga membawa Arlan keluar kelas.
Di belakang mereka, Raymond masih di kelas. Ia mengajak Bella beserta Lina untuk ikut ke kantin. Tak lama berselang, mereka sudah bersama Nico dan Arlan, tiba di tempat para murid menyantap makan siang.
Mereka menempati satu meja, meski Raymond bersusah payah dulu untuk mengusir beberapa murid. Arlan duduk di antara Raymond dan Nico, sementara Bella dan Lina duduk menghadap mereka.
“Ada acara apa nih, Nic? Raymond bilang, lo mau traktir kita? Gue dipaksa Raymond buat dateng ke sini,” ucap Bella.
“Gak ada acara, apa-apa. Gue lagi seneng.” Nico merangkul Arlan, tetapi matanya tertuju pada Lina yang sedang memandangi Bella. “Karena udah pada di sini. Gue mau, minta Arlan, yang pesenin makanan. Pesan lima, ya, Lan.” Tangan Nico yang masih dibahu Arlan itu menepuk-nepuk pelan.
Arlan menjadi tegang, sementara Lina mengernyit. “Kok Arlan yang pesen? Kan bisa panggil Bang Bejo.” Lina pun bersuara. Bang Bejo merupakan pelayan di kantin, tugasnya menerina dan mengantar pesanan.
“Ini permintaan, gue langsung. Lo gak masalah, kan, Lan?” Tanpa siapa pun sadari, Nico meremas pelan pundak Arlan.
Mengetahui maksud dari tindakan Nico, Arlan tidak ingin melawan. Reputasi sebagai cowok lembut dan baik bisa pudar di mata Lina. “Gak masalah. Biar gue aja yang pesenin, gak apa-apa.” Arlan pun berdiri, melompati kursi, lalu meninggalkan empat badan yang masih betah duduk.
Selepas Arlan berlalu, cuma Nico yang setia memandang Lina, padahal cewek itu sibuk mengobrol dengan Bella. Seakan keberadaannya tidak terlalu penting. Ia pun seperti tidak peduli dan asyik dengan dunianya sendiri.
Lamunan Nico harus berakhir ketika Arlan datang membawa nampan yang berisi tiga mangkuk bakso. Perlahan Arlan menaruh mangkuk satu per satu ke meja. Selanjutnya, ia pergi dan kembali membawa dua mangkuk. Dua benda itu, ia berikan ke depan Lina dan Bella. Setelah mengembalikan nampan, ia bergabung lagi di antara Raymond dan Nico.
Kelima murid itu mulai menyendok kuah yang memerah, tetapi ada satu yang enggan untuk menyeruputnya. Nico memandang mangkuk di depan mata dengan gelisah.
“Lo gak makan, Nic?” tanya Bella ketika melihat Nico tidak menyentuh isi dari mangkuk.
“Kalian makan, duluan aja. Jangan lupa, abisin,” jawab Nico.
“Kan lo yang traktir, masa gak ikutan makan? Apa mau lo disuapin Lina?” canda Bella membuat keempat orang di sekitarnya itu tercengang.
“Bella, apaan sih, lo.” Lina cemberut.
“Kalo dia mau, ya gue sih, mau aja,” jawab Nico santai.
Bella dan Raymond terkekeh. Arlan terdiam, sedikit kesal. Lina masih cemberut. Nico tersenyum puas.
“Nic, Lina tuh seneng sama cowok yang doyan pedes. Dia doyan pedes, sama kayak gue juga. Lo doyan pedes juga, kan?” Bella menyeruput kuah begitu nikmat.
Nico menjadi tegang, senyumnya sedikit kaku. Ia melihat isi mangkuk dengan gelisah. Namun, ketika dirinya melihat Lina, ada sedikit keberanian. Ia pun mengangguk.
“Lo habisin tu bakso, sebelum gak enak. Eh, tapi mending lo makan, sambil liatin Lina deh, biar tambah sedep gitu,” cerocos Bella.
“Bener tuh, Nic,” tambah Raymond. “Bisa lo coba.”
“Bella!” Lina memanas.
Setuju dengan saran Bella, Nico mulai menyantap bakso yang sudah berwarna agak merah sambal itu sambil melihat Lina. Rasa gelisah mulai berkurang, tetapi ia tetap merasakan sensasi pedas menyerang lidah. Kuah sambal yang masuk serasa membakar, hingga terasa mendidih di perut.
“Lo kenapa, Nic?” tanya Lina saat tidak sengaja memperhatikan raut wajah cowok di depannya sudah memerah.
“Gak apa-apa.” Sebisa mungkin Nico tetap mengembangkan senyum.
“Ayo abisin, Nic. Kita udah mau selesai, nih. Punya lo masih banyak gitu. Gak apa-apa, kita tungguin. Ya, kan, Lin?” Bella jadi tukang menggoda Lina.
Lina memelototi Bella.
Selama Nico masih makan, Raymond memesan minum hingga pesanan itu datang tidak lama kemudian. Nico buru-buru mengambil segelas es teh manis, lalu menyeruputnya. Sementara yang lain minum dengan perlahan.
Setelah selesai menghabiskan menu santap siangnya, Nico bergegas ke gerobak bakso untuk membayar pesanan sesuai janjinya. Tak lama, ia kembali dan mengajak Lina, Bella, Raymond, dan Arlan untuk beranjak ke kelas. Di perjalanan, ia merasa perutnya mendidih serta melilit. Tangannya refleks meremas perut.
Arlan yang berjalan di samping Nico langsung menyadari ketidaknyamanan cowok itu. “Lo kenapa, Nic?”
“Perut gue sakit,” jawab Nico dengan suara agak serak. “Gue mau ke toilet.” Dengan gerakan cepat, ia berbalik dan menuju toilet.
“Nico kenapa?” tanya Bella heran.
“Perutnya sakit, mau ke toilet katanya,” jawab Arlan.
Mendengar jawaban Arlan, Raymond berpikir sejenak. “Gawat! Maagnya kambuh! Pasti pagi tadi belum makan, terus barusan makan pedas. Sial!” Ia pun buru-buru berbalik menuju toilet.
Karena ucapan Raymond, Lina serta Arlan dan Bella segera menyusul. Sesampainya di depan kamar mandi, mereka mendengar suara cowok muntah-muntah.
“Nic, gimana keadaan lo?” teriak Raymond.
Tidak ada jawaban, keheningan itu membuat Lina dan Bella saling pandang, cemas. Arlan juga ikut cemas karena ia merupakan oknum yang memberi sambal ke setiap mangkuk. Setelah menunggu, mereka mendengar suara keran mati, lalu pintu terbuka. Nico muncul dari balik pintu dengan wajah pucat. Raymond segera memapah cowok yang mulai terhuyung itu.

Bình Luận Sách (260)

  • avatar
    nadyapAllysa

    keren

    02/01

      0
  • avatar
    JunaediAjun

    sangat bagus

    01/01

      0
  • avatar
    Sarmila

    bagus

    23/12

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất