logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Playboy Kepentok Cinta ~ Story of Beno

Playboy Kepentok Cinta ~ Story of Beno

Bunyen Heha


Chương 1 Galau tanpa kabar dari Yuna

Berkali-kali Beno mengecek ponsel. Sudah dua jam dia meninggalkan pesan, tapi Yuna belum juga membalas pesannya. Sebenarnya ke mana, sih, dia? Apa keadaan rumahnya benar-benar genting sampai balas pesan saja dia tak sempat? Tanya Beno dalam hati. Yuna bahkan mematikan ponselnya, sesuatu yang jarang ia lakukan sebelumnya.
“Elo kenapa, sih, Ben? Kusut amat mukanya?” tanya Raden.
“Iya, nih, udah mah, jarang ngumpul. Eh, sekalinya ngumpul kerjaan lo ngecek hp melulu,” sahut Nunu. Beno memasukkan ponsel ke dalam saku celana.
Mereka benar, sudah lama Beno tidak bergabung dengan mereka. Setelah berpacaran dengan Yuna, menurutnya lebih enak berduaan dengan pacar dari pada nongkrong bersama teman. Yuna tidak pernah melarang, hanya saja dirinya sudah terlalu bucin pada gadis manis itu, inginnya menempel saja.
“Yuna belum balik dari Cirebon?” tanya Andre. Beno menggeleng, tangannya mengambil satu kaleng bir zero.
“Tumben, biasanya nolak kalau ada Yuna,” ledek Nunu saat dia melihat Beno mengambil kaleng bir.
“Mumpung dia kagak ada, Nu,” jawab Beno selesai menenggak minuman non alkohol itu.
“Lagak lo kayak yang seneng Yuna nggak ada! Padahal dari tadi gue perhatiin elo galau melulu sambil mandengin hp,” cibir Nunu. Beno berdecak.
Di antara ketiga temannya, Nunu memang yang paling nyinyir. Semua tingkah laku Beno selalu dia komentari, tetapi tak pernah ditanggapi oleh lelaki berambut gondrong itu. Nunu masih menyimpan kesal karena gagal mendapatkan Yuna.
Sorry, Nu, gue jauh lebih unggul dari pada elo! Ledek Beno tanpa menyuarakannya di depan Nunu.
“Emang Yuna kapan balik?” tanya Andre.
“Katanya, sih, selesai tujuh harian tantenya, hari kamis,” jawab Beno.
“Oh, bentar lagi, dong. Kalem, we ... nu penting Yuna balik, jatah maneh teu ilang,” sahut Raden pakai bahasa Sunda.
“Jatah naon? Gue kagak ngapain-ngapain dia. Gue beneran serius sama dia. Udah gue lamar juga dia kemarin,” ucap Beno penuh percaya diri.
“Hah? Serius?” tanya ketiga sahabatnya bersamaan. Beno mengangguk pasti.
“Terus, kenapa elo nggak ke Cirebon? Ikut ngelayat, kek,” ujar Andre.
“Justru itu, gue baru ngelamar ke Yuna doang. Gue belum dateng ke orangtuanya.” Beno mengambil sebungkus kacang kulit.
“Payoyeh,” ledek Nunu.
“Yuna belom berani cerita ke orangtuanya kalau kita pacaran. Katanya dia belum dapet ijin buat pacaran,” jelas Beno.
“Wah, jangan-jangan Yuna udah dijodohin sama ortunya!” celetuk Raden. Sontak Beno menghentikan kunyahan.
Andre memukul paha Raden.
“Jangan ngomong yang aneh-aneh! Keluarga Yuna emang agak kolot, bukan berarti Yuna udah dijodohin!” sembur Andre.
Otak Beno langsung memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Dia merasa ada yang berbeda dari sikap Yuna. Ada yang belum Yuna ceritakan padanya.
“Jangan dipikirin omongan Raden, Ben.” Andre menepuk bahu Beno. Lelaki yang berkemeja flanel itu hanya tersenyum tipis, berharap apa yang diucapkan Raden itu tidak menjadi kenyataan.
“Tapi gue salut sama elo, Ben. Setelah pacaran sama Yuna, elo berubah banget. Beda banget,” celetuk Nunu. Tumben sekali Nunu memuji Beno.
“Iya, udah bukan Bendot yang dulu. Yang suka celup sana-sini,” sahut Raden. Beno terkekeh. Sial! umpatnya dalam hati. Raden malah membahas masa lalunya yang kelam dan ingin dia kubur dalam-dalam.
“Yuna punya pelet apa ya, bikin Bendot sampe teryuna-yuna, hahahaha ....” Nunu tertawa sambil menepuk pahanya.
“Bukan pelet, tapi emang guenya yang cinta mati sama dia. Yuna itu nggak sama ama cewek-cewek yang biasa gue pacarin. Gue serius sama dia, gue udah ngerencanain masa depan gue sama dia.” Mata Beno menerawang, membayangkan masa depannya bersama Yuna. Yuna menjadi istrinya, menyambutnya setiap pulang kerja, lalu dia mencium kening Yuna. Beno tersenyum sendiri.
Beno sudah tak bisa menahan keinginannya menikahi Yuna. Bukan karena nafsu, karena dia sudah kenyang mencoba segala macam jenis perempuan, sudah tidak ada rasa penasaran lagi.
Beno benar-benar tulus dan cinta mati pada Yuna. Entah kenapa, dari pertama kali bertemu, gadis manis itu seperti menyihir Beno dengan senyumannya.
Yuna bukan gadis tercantik atau terseksi yang Beno kenal, tetapi dia satu-satunya gadis yang tidak terpesona pada ketampanannya.
Rika dan Ulfa, sahabat Yuna, mereka sempat hilang konsentrasi saat pertama kali melihat senyum Beno. Dengan tinggi badan lebih dari180 centimeter, kulit terang bersih, hidung mancung, tentu saja membuat banyak perempuan tertarik padanya. Ditambah dengan rambut gondrongnya, kesan badboy terpancar kuat, yang makin membuat banyak perempuan tergila-gila, kecuali Yuna. Yuna sama sekali tak pernah memandang Beno seperti gadis lainnya, yang memandang penuh puja. Dia menganggap Beno sama seperti teman lelaki pada umumnya. Ini yang membuat Beno penasaran.
Ditambah lagi, Yuna itu smart girl, IPK-nya nyaris sempurna. Dia gadis baik-baik, ramah, dan lembut, makin membuat Beno terpesona.
Meski dia kalah populer dengan kedua sahabatnya, bukan berarti Beno gampang mendekatinya. Beno melakukan pendekatan hampir tiga tahun. Tiga tahun, Men!
Segala modus Beno lakukan untuk mendekati Yuna. Salah satunya, dia modus menjadi abang jadi-jadian untuk Yuna. Melarang semua teman lelaki mendekati pujaan hatinya itu. Dengan alasan, Yuna itu adiknya, tidak boleh ada seorang pun sembarang mendekati dia. Semua harus ijin pada Beno. Padahal itu hanya triknya menjauhkan para kumbang mendekati bunga kesayangannya.
“Bendot! Hoi, ngalamun jorok ieu mah, pasti!” seru Raden, dia ngelempar Beno dengan botol kosong.
“Apaan, sih!” sewot Beno, melotot ke arah Raden yang cengengesan tanpa merasa bersalah.
“Itu, Andre udah ngomong panjang lebar, maneh malah ngelamun,” sahut Nunu.
“Apaan, Dre? Sorry, gue tiba-tiba keingetan Yuna,” ucap Beno sedikit merasa tak enak hati.
“Iya, gue bilang, elo beruntung ngedapetin Yuna. Kita bertiga nggak nyangka kalau Yuna tahu tingkah laku elo di masa lalu. Gue pikir, dia nerima elo karena nggak tahu sama kelakuan bejat elo.” Andre bicara seolah Beno itu sangat kotor sampai tak pantas buat untuk mendapatkan Yuna.
Sialan! Lagi-lagi Beno memaki di dalam hatinya. Sayangnya, apa yang dikatakan Andre itu memang benar. Ibarat kata, Beno sama Yuna itu seperti hidup di dua alam yang berbeda. Yuna itu polos dan lugu, sedangkan Beno ... ya seperti itu, terlalu gelap untuk diceritakan.
“Gue masih inget Yuna ngomong gini.” Raden merubah posisi duduknya menjadi tegak, lalu berdeham. “Gue mau kasih Beno kesempatan buat berubah. Bukan buat gue, tapi buat dirinya sendiri. Gue bukan Tuhan atau Dewa yang bisa ngerubah dia. Gue cuma kasih dia kesempatan. Karena menurut gue, nggak ada orang yang jahat. Yang ada adalah orang yang tidak diberi kesempatan buat memperbaiki dirinya,” ucap Raden panjang, yang diakhiri dengan senyum mengikuti ciri khas Yuna.
“Bangke! Elo mirip banget ngikutin gaya ngomongnya Yuna!” Nunu terbahak sambil bertepuk tangan. Andre tertawa sambil geleng-geleng kepala.
“Yuna ngomong gitu?” tanya Beno sedikit tak percaya.
“Yoi! Bikin gue iri!” sahut Nunu. Andre mengangguk.
“Makanya gue pesen sama elo, Ben. Jaga baik-baik cewek sebaik Yuna. Sekalinya lepas, bakalan susah elo dapetin lagi,” ucap Andre. Beno mengangguk setuju.
“Begonya gue, pas modusin dia, gue malah jujur nyeritain apa yang biasa gue lakuin sama pacar-pacar gue dulu. Dia sempet ngejauh, takut gue apa-apain.” Beno menarik napas panjang, “untungnya gue berhasil yakinin dia kalau gue nggak akan ngerusak dia.”
“Itu status elo sama dia udah pacaran atau masih jadi adek kakak palsu?” tanya Raden. Andre terkekeh mendengar istilah yang disebut Raden.
“Masih jadi adek kakak palsu. Yuna sempet jauhin gue,” jawab Beno.
“Tapi herannya pas ditembak, dia malah nggak nolak, ya?” sahut Andre.
“Karena setelah gue putus sama Mia, gue pedekate beneran sama dia. Nggak pake modus adek kakak lagi. Mungkin dari cara gue nge-treat, dia bisa bedain antara jadi adek sama jadi pacar.” Mereka bertiga mengangguk setuju.
“Ya ... elo emang beruntung. Jaga Yuna, jangan sampai lepas!” Sekali lagi Andre menepuk bahu Beno.
Yeah, Beno bertekad tidak akan melepas Yuna. Sekali lagi dia mengecek ponsel. Ck! Nihil! Masih belum ada balasan dari Yuna.
Kamu ke mana, sih, Sayang? tanya Beno dalam hatinya.
$$$$$
18 Januari 2022

Bình Luận Sách (95)

  • avatar
    PratamaRio

    bagus

    5d

      0
  • avatar
    Raditia Azwan

    Karena seru

    10d

      0
  • avatar
    AAp

    ok qlala

    12d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất