logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Episode 8

Setelah selesai Shalat subuh, Jihan bergegas turun ke bawah untuk membersihkan ruang tamu yang sangat berantakan itu. Botol-botol minuman keras tergeletak begitu saja di atas meja, bahkan isinya ada yang tertumpah dan mengeluarkan aroma khas alkohol. Begitu juga kulit kacang dan bungkus camilan yang berserakan ke mana-mana, bahkan abu dan puntung rokok juga tersebar dimana-mana.
Dengan cekatan dan teliti, Jihan memungut semua sampah dan membuangnya, menyapu dan mengepel lantai hingga bau alkohol itu tak tercium lagi oleh Indera penciuman. Setelah acara bersih-bersihnya selesai, Jihan pun beralih ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Masih seperti sebelumnya, Jihan berharap kali ini suaminya itu mau memakan masakannya.
Dan lagi, Jihan membuatkan nasi goreng spesial. Dia pernah mendengar dari Anita, jika Ammar menyukai nasi goreng, makanya dia selalu membuatnya untuk sang suami.
Tarraaaa! Nasi goreng spesial dengan telur ceplok siap dan sudah terhidang di atas meja. Jihan tersenyum membayangkan jika Ammar memakannya.
Hari mulai terang, mentari sudah semakin meninggi. Jihan memutuskan kembali ke kamarnya, dia merasa kegerahan sehabis membereskan ruang tamu dan memasak sarapan.
Jihan melangkah dengan tergesa-gesa, dia bergegas masuk ke kamar mandi. Dia berharap bisa menemani sang suami sarapan pagi ini.
Dua puluh menit kemudian, Jihan yang sudah selesai mandi, melangkah turun, senyum langsung menghiasi wajahnya saat melihat Ammar sudah berada di ruang makan dan sedang menyantap sarapan yang dia buat dengan lahap.
“Nasi gorengnya enak, enggak?” Tanya Miranda yang datang dari dapur sambil membawa segelas air putih untuk Ammar.
Jihan tercengang melihat kehadiran Miranda. Dia sungguh tak tahu kapan wanita itu datang?
“Hemm. Enak banget, Mir. Kamu pintar masaknya.” Jawab Ammar girang.
Senyum di bibir Jihan mendadak sirna. Lagi-lagi hatinya seperti dihantam batu besar, sakit tapi tak berdarah. Bagaimana bisa dengan tidak tahu malunya Miranda mengaku jika dia yang memasak nasi goreng itu?
Jihan ingin sekali mengatakan kepada Ammar, jika dia lah yang membuat nasi goreng itu. Tapi lidahnya keluh saat menyadari selama ini Ammar tak mau makan masakannya, dan mungkin saat dia mengatakan yang sebenarnya, Ammar akan berhenti makan. Dia tak ingin melihat wajah bahagia Ammar itu berubah tak bersahabat lagi.
“Makanlah, Mas. Melihatmu menyantapnya dengan senang hati saja sudah cukup membuatku bahagia tanpa kamu perlu tahu itu masakan siapa.” Batin Jihan dengan mata berkaca-kaca.
Dengan berat hati, Jihan pun melanjutkan langkahnya menuju meja makan. Walau sejujurnya dia tak berselera lagi untuk makan, tapi setidaknya dia bisa memandangi wajah sang suami yang sedang menyantap nasi goreng buatannya dengan suka cita dan menemaninya sarapan.
“Eh, mau ngapain?” Sergah Miranda saat melihat Jihan mendekati meja makan. Dia sedikit takut kalau-kalau Jihan akan mengatakan yang sebenarnya ke Ammar.
“Mau sarapan.” Jawab Jihan singkat.
“Kau enggak tahu malu banget, sih? Tempatmu itu di dapur, bukan di sini.” Sungut Miranda angkuh. Setidaknya inilah cara yang dia tahu untuk memprovokasi Ammar agar mengusir istrinya itu.
“Sudahlah, Mir. Biarkan saja dia makan di sini. Agar dia tahu lezatnya nasi goreng buatan kamu ini. Jadi dia bisa sadar, kalau dia itu enggak ada apa-apanya dibandingkan dengan kamu.” Sela Ammar yang masih mengunyah makanan di mulutnya. Dan ucapan Ammar itu seperti pukulan telak untuk Jihan.
“Enggak usah! Aku ke dapur saja.” Jihan berubah pikiran dan bergegas pergi meninggalkan kedua insan itu sebelum air mata yang dia tahan jatuh.
Ternyata menyakitkan mendengar suami sendiri memuji-muji wanita lain di hadapan kita.
Di dapur, Jihan langsung menumpahkan kesedihannya, menangis tertahan karena takut ada yang mendengar isaknya.
“Seharusnya aku bahagia karena kau menyukai masakanku, Mas. Tapi ternyata tidak, saat kamu menganggap itu masakan wanita lain dan kamu memujinya di hadapanku. Rasanya sakit banget.”Ucap Jihan pelan.
Sejujurnya ini benar-benar berat baginya, tapi demi pesan Umi dan Ridho Allah, dia harus kuat. Bertahan di dalam prahara rumah tangga yang memilukan dan menyesakkan ini, berharap semesta berpihak kepadanya sehingga sang suami mau menerima dirinya.
Mungkin untuk sebagian orang, Jihan terlalu naif dan bahkan bodoh. Bertahan di sisi suami yang zalim dan tak menghargainya sama sekali. Tapi bagi Jihan sendiri, ini adalah cara Allah memuliakannya.
Sewaktu kecil, Jihan pernah mendengar kisah Siti Asiyah si istri Firaun dari sang Ummi. Asiyah tetap menjadi wanita serta istri yang Sholeha meski memiliki suami kafir dan zalim. Maka dari itu Allah menjanjikan Surga baginya.
“Dan jika seorang istri bersabar menghadapi keburukan akhlak suaminya, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala seperti yang diberikan kepada Asiyah istri Firaun. Hadis Riwayat Muslim.”
Itulah sepenggal kalimat yang pernah dia dengar dulu dari sang Ummi.
Jihan berharap Allah senantiasa memberikannya ketabahan agar bisa tetap menjadi wanita Sholeha dan istri yang baik, meskipun sang suami memperlakukannya dengan buruk. Karena Jihan yakin Allah tahu yang terbaik untuknya dan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuannya. Insya Allah dia tabah dan ikhlas menjalani semua ini.
“Ya, Allah. Aku mohon kuatkan aku! Limpahkan hidayah untuk suamiku dan sadarkan dia dari semua keburukan ini.”Tutur Jihan disela-sela Isak tangisnya.
☘️☘️☘️

Bình Luận Sách (228)

  • avatar
    afrinaqaireen

    sangat best dan sngat berpuas hati best sangat Nanti ada episode lain saya Nak baca lagi

    3d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    padam muka Ammar

    20d

      0
  • avatar
    Iksanfauzi

    keren

    18/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất