logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3

"Gue pikir, gue udah bisa lupain lo." Kiana bergumam melihat keluar jendela, hujan tiba-tiba saja mengguyur kota. "Tapi kata quote, kenangan itu seperti hujan, jika ia datang, maka gak ada yang bisa menghentikan."
"Emang."
Kiana tersentak dan menoleh ke samping, Revan tersenyum miring. "Lama gak ketemu, Kiana. Gue pikir kita gak bakal bisa ketemu lagi."
Kiana bergeming, tidak tahu harus menjawab apa. Aromanya masih sama, suasananya masih sama. Apa perasaannya juga masih sama?
Revan menyengir sambil mengangkat kantung plastik bening berisi roti dan air mineral. "Makan dulu, lo pasti laper."
Kiana tidak menolak, tapi kali ini sedikit canggung. "Eum, makasih."
"Gimana sekolah lo di sana?" tanya Revan kemudian, "Orangtua lo masih sibuk?"
"Ya, gitu, deh." Kiana menjawab seadanya. "Selama pindah, gue baik-baik aja."
Revan menghela napas lega. "Syukur, deh. Lo tau gak pas lo bilang lo mau pergi dan gak sekolah lagi besok-besoknya, gue kalang kabut cari info tentang lo. Akhirnya gue tau dari tetangga lo kalau lo pindah gara-gara urusan pekerjaan orangtua. Gue nyesel banget."
"Bohong banget." cetus Kiana, ia mendengus. "Gak keliatan nyeselnya."
"Serius, kalo sekarang, sih, udah gak keliatan. 'Kan rindunya udah terobati." Revan nyengir.
"Pala lo terobati."
Mata Revan menyipit, menatap Kiana intens dan tanpa sadar semakin mendekatkan kepalanya.
Kiana mau tak mau yang sebenarnya mau, menoyor kepala Revan agar menjauh. "Ngapain lo?"
"Sekarang lo jadi cerewet, ya?" Revan memicingkan mata, senyum jahil tersungging di bibirnya.
Kiana diam sebentar dan mengulum bibir. "Kalau gak suka ...." Suaranya lirih. "Pe-pergi aja."
Revan diam sebentar sebelum akhirnya merangkul bahu Kiana. "Kalau gue pergi, nanti gue rindu lagi. Eh, enggak, deh, kali ini lo yang bakal rindu."
"Najis," Kiana menepis tangan Revan, rasanya tak nyaman berbicara dengan Revan dengan cowok itu mengamatinya, seolah sedang berusaha membaca isi hatinya. "Lo ... masih sama aja kayak dulu."
Revan malah tertawa.
Tawanya masih sama, menghangatkan Kiana yang kesepian. Detak jantungnya masih sama. Tapi untuk kali ini ...,
Kiana tidak boleh berharap.
Revan memandang keluar jendela. Lo gak tau aja, Ki, pikirnya. Banyak hal yang berubah. Tapi ada satu hal yang gak akan pernah berubah, setiap ada apapun--
"Minggir lo."
Revan menoleh karena suara itu. Arkan sudah berdiri di sampingnya dengan wajah malas yang khas.
Revan berdiri. "Eh, ada Arkan. Sori-sori." Ia mempersilahkan Arkan untuk duduk di tempatnya.
Arkan duduk dan menelungkupkan wajah di atas meja, tidak mengatakan apapun.
Baru saja Revan ingin bicara lagi, kali ini ada seorang gadis yang memanggilnya.
"Revan, kita dipanggil wali kelas." ucap Chelsie--ketua kelas 11 IPA 9 yang suoer perfect.
Revan menoleh, dalam sekejap melupakan Kiana seraya menghampiri Chelsie. "Oke, oh, iya, tugas fisika lo ada yang gak ngerti lagi, gak? Kalau enggak, gue bisa jelasin lagi."
Chelsie tersenyum di sampingnya, tangannya memeluk sebuah buku dengan erat. "Yang sekarang, sih, enggak. Makasih, ya."
Mereka berjalan pergi. Bahkan saat bayangannya sudah hilang di balik pintu, Kiana masih terus menatap ke arah yang sama. Nyatanya, Revan memang baik pada semua orang.
Kiana menatap roti dan air mineral yang diberikan cowok itu dengan tidak berminat. Harusnya ia tidak berharap menjadi orang spesial.
"Makan,"
"Hah?"
Arkan menatapnya datar. "Makan kalau lo gak mau pusing di pelajaran fisika."
"Gue pikir lo gak bakal ingetin gue karena itu terlalu ... ribet?" Kiana tersenyum, kemudian mengambil roti itu kembali dan memakannya.
"Lo gak ngerti, ya?" Arkan tersenyum kecil seraya bersandar ke kursi. Matanya menatap papan tulis lurus, tangannya disilangkan di depan dada. "Kalau gue ngomong gitu, berarti gue mau memutuskan obrolan."
Kiana mengangguk-angguk mengiyakan saja. "Oh, iya, di sekolah ini ada ruang musik, gak?"
Alis Arkan terangkat mendengar pertanyaannya. "Ada, tempat ekskul musik. Ruangan paling ujung di koridor kiri laChelssatu gedung utama, mau gue anter?"
SMA Generasi Bangsa terdiri dari 4 Gedung. Saat memasuki gerbang, kalian akan langsung melihat gedung berlantai dua panjang yang kokoh. Di depannya adalah lapangan parkir. Itu adalah gedung utama, biasanya hanya ada ruang guru dan kepala sekolah, ruang kesenian, perpustakaan, lab kimia dan ruang berkumpul untuk ekstrakurikuler.
Kalian bisa langsung masuk ke lobi dan keluar lagi melalui pintu di sisi lain. Keluar dari lobi gedung utama, kalian akan langsung memasuki lapangan olahraga yang besar. Di pinggirnya ada gazebo tempat menonton anak-anak yang bermain futsal ataupun basket. Lapangan berumput yang rapi itu juga dipakai untuk upacara bendera. Berada di tengah-tengah empat gedung sekolah. Yaitu gedung utama, gedung jurusan IPA di kanan, gedung jurusan IPS di kiri dan gedung jurusan Bahasa di seberang gedung utama.
Kantin ada di samping sekolah, kalian bisa ke kantin melalui gedung utama, berbelok ke koridor yang langsung menuju kantin.
"Gak usah." Kiana berdiri dan membawa botol minumannya pergi keluar kelas.
Senyum Arkan mengembang kecil. "Wah, wah, kayaknya bakal ada yang menarik.
[.]
Kiana berdiri di depan ruangan berisi alat musik seadanya. Hanya ada drum box, gitar, keyboard dan gitar bass. Ruangan itu pun tampak polos, bercat putih dengan gorden hijau zambrud. Ruangannya juga berdebu. Syal hijau tergantung horizontal di dinding bertuliskan 'Papan Tulis'.
Ruangan itu tidak terlalu besar, terdapat papan tulis hijau di dinding. Dan beberapa kursi serta meja yang sedikit berantakan di sudut ruangan.
Ruangan yang sangat membosankan.
Kiana menghela napas, menarik salah satu kursi dan mengambil gitar. Ia duduk menghadap papan tulis dan mulai memetik gitar sambil bernyanyi.
🎶Oooh ... oh, oh, oh~
Oooh ... oh,oh~
Kizutsuku kamo shirenai nara.
傷付くかもしれないなら
(Jika nantinya hanya akan terluka)
Kimazuku naccau kurai nara.
きまずくなっかうくらいなら
(Jika nantinya menjadi tak menyenangkan)
Aaah, koi nante mou shinai ho ga ii no kana.
ああ、恋なんてもうしないほうがいいのかな
(Ah, bukankah lebih baik jika tidak jatuh cinta lagi?)
Yasashiku shite kureru dareka to.
優しくしてくれる誰かと
(Daripada tak sengaja menjalin hubungan)
Tekitou ni tsukiau kurai nara.
てきとうにsつきあうくらいなら
(Hanya karena ia bersikap baik kepadaku)
Aaah, isso koto hitori de ita hou ga ii no.
ああ、いっそこと一人でいたほうがいいの
(Ah, bukankah lebih baik jika aku sendirian saja?)
Hazukashikute me wo sorasu to ka.
恥ずかしくて目をそらすとか
(Begitu memalukan hingga mengalihkan pandangan)
Kichou shite umaku hanasenai nante.
記帳してうまく話せないなんて
(Begitu gugup hingga membuatku sulit berbicara )
Arienai oto nanda shi.
ありえない大人んだし
(Orang dewasa tak mungkin melakukan itu)
Kakoyoku ikitai noni.
過去よく行きたいのに
(Padahal aku hanya berusaha bersikap tenang)
Cause baby you're my number, number, number one.
And you're the only, only , only one.
Uh sono egao sumi subete ka.
うう、その笑顔住み全てか
(Uh, senyummu, matamu, semuanya)
Dokidoki saseru.
どきどきさせる
(Membuatku berdebar debar)
Suaranya memenuhi seluruh ruangan. Kehadiran Arkan di luar pun tak disadarinya. Arkan tersenyum kecil, memilih melenggang pergi dan membiarkan melodi musik serta suara itu mengalun.

Bình Luận Sách (206)

  • avatar
    UmayahSiti

    bagus

    25d

      0
  • avatar
    NovitasariChelsie

    bagus

    22/08

      0
  • avatar
    BarEraa

    bagus sekali cerita ini

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất