logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Melindungi Mia

Raka terus mengawasi Mia dan Fani. Kedua gadis itu sedang berkumpul bersama teman mereka, di salah satu area tempat duduk yang berdekatan dengan lantai dansa. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Ada banyak pengunjung yang mendatangi kelab malam yang berlokasi di Gatot Subroto tersebut.
Raka sendiri baru beberapa kali mendatangi kelab malam ini, salah satunya menghadiri undangan pesta ulang tahun temannya. Jujur saja, Raka membenci tempat semacam ini karena suasananya yang ramai. Jika bukan karena sedang mengawal Mia, Raka lebih memilih menghabiskan waktunya untuk tidur dengan tenang daripada berada di tempat yang penuh kebisingan.
Raka mengalihkan perhatiannya sejenak dari Mia. Ekspresinya berubah malas setelah menemukan keberadaan Arvin yang dikelilingi beberapa wanita. Sebenarnya yang menarik perhatian Raka adalah beberapa piring makanan yang sudah memenuhi meja di depan Arvin. Seperti biasa, Arvin tidak mau melepaskan kesempatan untuk dapat menikmati makanan gratis dari para wanita yang jatuh dalam pesonanya.
“Halo tampan! Kamu sendirian aja?”
Dahi Raka mengerut tajam bersamaan suara wanita yang secara mengejutkan sudah duduk di sampingnya. Dia tampak jijik melihat tangan wanita itu dengan santai bergelayut manja di bahunya.
“Singkirin tanganmu!”
Wanita itu mengerucutkan bibirnya sok imut, lantas dengan sengaja menyilangkan kaki. Bawahan dress yang begitu pendek membuat bagian dalamnya nyaris terlihat. Sayangnya, Raka tidak tertarik. Dia memilih mengabaikan dan memanggil bartender untuk membawakannya minuman.
Kesal karena diabaikan, wanita itu akhirnya pergi meninggalkan Raka.
“Silakan.”
“Lho? Raka?”
Belum sempat Raka meneguk minumannya, suara lain kembali terdengar dari belakang. Raka menoleh. Dia menatap datar pada sosok pria yang tidak lain adalah sahabatnya, Bayu.
Bayu sedang merangkul seorang wanita dan tersenyum lebar pada Raka.
“Aku nggak tahu kalau kamu datang ke sini.” Sesaat ekspresi Bayu tampak kaget. Dia gagal menahan tawanya. “Kamu datang sama siapa?”
Bayu mengedarkan pandangan ke sekeliling sampai menemukan Arvin yang sudah menatap ke arahnya. Mereka saling melambaikan tangan sebelum Bayu kembali fokus pada Raka.
“Oh, kamu ke sini sama Arvin. Tumben banget. Bukannya kamu paling benci sama tempat kayak gini?” Bayu merendahkan posisinya saat teman kencannya menanyakan sosok Raka. Begitu mendengar siapa Raka, mata wanita itu berbinar terang.
“Jangan dekati dia atau kamu sendiri bakal mati kebosanan ngadepin kepribadiannya yang kayak es,” kata Bayu disertai gelak tawa.
Raka memutar bola matanya malas. Dia memilih fokus menikmat minumannya. Dari balik kaca gelas minuman, dia menangkap aktivitas yang sedang dilakukan Mia. Seketika sorot matanya berubah horor.
“Sial!”
Tanpa membuang waktu, Raka bergegas pergi meninggalkan meja bar dan berlari menghampiri Mia.
“Raka, kamu mau ke mana?” panggil Bayu penasaran. Sayang, Raka tidak merespon dan mengabaikan panggilannya. Bayu mendengus kesal dan menoleh sebentar pada wanita di sampingnya.
“Cantik, kencan kita sampai di sini dulu, ya. Aku ada urusan penting,” ujar Bayu dengan gaya khas seorang cassanova. Mengabaikan omelan teman kencannya, Bayu pun bergegas menyusul Raka.
***
Mia menatap ragu gelas di depannya. Meski sudah beberapa kali datang ke tempat ini bersama Fani, Mia belum pernah mencoba minuman beralkohol. Selain karena dia tidak mengenal jenis minuman itu, dia selalu dibiasakan orang tuanya untuk meminum aneka jus ketika sedang berada di luar rumah. Lihat saja jus stroberi yang sudah dia habuskan beberapa menit lalu.
“Ayo, Mia! Kamu tadi ‘kan milihnya dare. Tantangannya ngabisin tiga gelas minuman ini,” tutur salah satu teman kampusnya yang bernama Sally.
Mia menggigit bibir bawahnya. Dia melirik Fani yang sudah mabuk. Sahabatnya itu sudah terkapar di atas sofa setelah menghabiskan tiga gelas vodka sesuai permainan mereka.
“Bentar, aku mau nanya dulu. Sally, ini minuman apa?” tanya Mia bingung. Dia sedikit mengendus aroma dari gelas tersebut. “Kayak air putih tapi aromanya aneh. Nanti kalau perutku sakit atau keracunan gimana? Aku nggak mau kayak Fani ....”
Gelak tawa terdengar di sekeliling Mia. Dia menautkan kedua alisnya heran mendapati teman-temannya tertawa sambil memegangi perut.
“Ya ampun, Mia. Kamu polos banget sih.” Sally mengambil satu gelas dan menyodorkannya pada Mia. “Rasanya enak kok. Aku jamin kamu pasti bakal ketagihan.”
“Masa?"
Semua orang mengangguk. Mia tidak sadar di balik senyuman itu tersimpan seringaian kecil.
Mia memandangi gelas di tangannya lagi. Dia bersiap meminum, sebelum seseorang dengan cepat merebut gelas itu dari tangannya.
“Mas Raka!” Mia memekik kaget saat mendapati wajah menakutkan Raka. Dengan sekali teguk, pria itu menghabiskan vodka yang seharusnya Mia minum.
“Mas Raka itu punyaku! Kok malah diminum sih?!” protes Mia dengan bibir mengerucut imut.
Kontras dengan wajah cemberut Mia, teman-temannya justru memandangi Raka dengan tatapan memuja. Kendati hanya mengenakan kaos warna abu-abu dibalut jaket kulit dan bawahan celana jins, pria itu tetap menguarkan pesona ketampanan yang luar biasa.
“Kamu mau bernasib kayak temenmu itu?” Raka menunjuk Fani. Dia berhasil mencuri dengar pembicaraan antara Mia dan teman-temannya. Fani saja sampai terkapar tak berdaya, apalagi Mia. Bisa-bisa dirinya mendapat hukuman berat dari Haris karena membiarkan putri kesayangannya mabuk berat.
Mia menggeleng lemah. “Tapi, aku harus nerima tantangan dari mereka, Mas,” ucapnya lirih.
Raka menatap tajam pada keempat gadis yang langsung bergidik ngeri. “Keberatan kalau aku gantiin Mia minum?”
Dengan kompak mereka menggelengkan kepala. Tanpa membuang waktu lagi, Raka langsung menghabiskan dua gelas yang tersisa hanya dalam hitungan detik.
“Wah, Mas Raka kereeen!” teriak Mia sambil bertepuk tangan heboh. Fani saja membutuhkan waktu lama untuk menghabiskannya. Dia tidak mengira Raka bisa menyelesaikan tantangan itu dalam waktu singkat.
“Mia, dia siapa?” tanya Sally penasaran diiringi anggukan teman-teman lainnya yang ingin tahu sosok Raka.
“Oh, dia pengawalku.” Mia tersenyum bangga. “Mas Raka selalu ikut ke manapun aku pergi.”
“Pengawal?” Sally mengamati Raka dengan kedua alis tertaut. “Nggak mungkin. Dia lebih cocok jadi pacar daripada pengawal, Mia.”
Wajah Mia seketika merona. Namun, perhatiannya langsung teralih karena Raka duduk di sampingnya. Dia mengerjapkan matanya bingung melihat pria itu berulang kali mengurut hidung.
“Mas Raka, kenapa?”
“Diem! Kepalaku pusing!” gerutu Raka.
Jujur saja, Raka bukan peminum yang handal. Jika menghadiri pesta yang menyuguhkan minuman beralkohol, Raka cukup meminum satu gelas saja, tidak lebih.
Akan tetapi, melihat Mia dikerjai oleh teman-temannya, dia tidak bisa tinggal diam. Bukan karena harus menjalankan tugasnya sebagai pengawal Mia. Raka justru merasa khawatir membayangkan Mia mengalami kemalangan.
Aneh.
Raka tidak tahu kenapa muncul dorongan yang lebih besar dalam dirinya untuk melindungi Mia.
TO BE CONTINUED

Bình Luận Sách (506)

  • avatar
    Fani Rifa

    susah ditebak alur ceritanya jd menarik

    3d

      0
  • avatar
    1Dika

    asu

    16d

      0
  • avatar
    HsheuuwHgwkwgie

    Mak jek balam 39

    21d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất