logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

DI LABRAK ISTRI PERTAMA

Pagi buta, seperti biasa Aku telah berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. Disaat semua orang masih terlelap dalam mimpi.
Semua telah selesai saat kudengar sayup-sayup adzan subuh berkumandang memecah keheningan pagi yang masih gelap. Sinar matahari masih malu-malu untuk menampakkan cahayanya.
"Sudah solat Fit?" tanya Mas Fitra sedikit mangegetkanku.
"Belum Mas." Jawabku singkat sambil tersenyum manis ke arahnya.
"Jam berapa bangun? masih subuh rumah sudah rapi dan sarapan sudah tersedia. Rajin banget adikku ini." Sanjung Mas Fitra membuatku tersipu malu. Terbersit rasa bangga atas pujian saudara kembarku ini.
"Aku sudah terbiasa Mas, Aku berangkat kerja jam lima jadi sebelum nya Aku harus sudah menyelesaikan tanggung jawab ku." Ucapku sambil menata piring dan gelas di meja makan.
"Ya sudah, tinggalkan dulu itu, Kita solat berjamaah." Ajakknya yang kemudian ku tanggapi dengan anggukan kepala.
Kami solat berjamaah berdua saja di ruang keluarga, karena memang tak ada ruang khusus untuk Kami solat di rumah ini. Mas Herman tak pernah melakukan kewajibannya pada Allah. Jika ku ingatkan sudah pasti pukulan dan tendangan akan bersarang di tubuhku.
"Siang nanti Aku sudah harus ke kota Fit, banyak pekerjaan yang tak bisa ku tinggalkan lama-lama. Aku sedang penunggu temanku yang akan memasang kamera cctv mini di beberapa sudut ruangan ini. Juga salah satu orang kepercayaan ku yang akan tinggal sementara di sini untuk mengajari mu banyak hal." Jelas Mas Fitra dengan raut wajah serius.
"Apa tak merepotkan Mas Fitra, sampai harus menyuruh orang kepercayaan untuk membantu ku di sini?" tanyaku ragu.
"Akan kulakukan yang terbaik untukmu Fit, percaya padaku!" ujar Mas Fitra dengan penuh keyakinan.
"Aku ikut saja apapun perintah Mas Fitra, Aku yakin yang Mas Lakukan pasti untuk kebaikan ku. Terima kasih ya Mas." Ucapku dengan senyum penuh rasa syukur. Sedangkan Mas Fitra hanya mengangguk dan kembali memainkan ponselnya.
Pagi sekali orang suruhan Mas Fitra datang untuk memasang kamera mini di rumahku, sedangkan Mas Herman masih bergelut dengan selimut. Setelah cctv terpasang merekapun pamit, dan tak berapa lama datanglah seorang wanita cantik bernama Sherly, dia orang kepercayaan Mas Fitra.
"Kamu sudah paham apa tugasmu?" tanya Mas Fitra pada Sherly.
"Sudah Pak!" jawabnya singkat.
"Lakukan yang terbaik untuk Adikku. Kita akan tetap terhubung melalui ponsel untuk melihat perkembangan selanjutnya. Aku pamit pulang sekarang ya Fit, ada meeting mendadak sore ini, salam untuk Herman. Tak usah di bangunkan, laki-laki bermental kerbau. Siang begini belum bangun, dasar pemalas!" cercanya seraya pamit padaku setelah di kira semua urusannya selesai untuk hari ini.
"Bu Sherly silahkan beristirahat dulu, pasti capai sudah perjalanan jauh." Ucapku ramah. Setelah mengantar kepergian Mas Fitra ke kota.
"Panggil Saya, Mbak saja ya Mbak Fit, kita sepantaran. Saya duduk di sini dulu, silahkan Mbak melanjutkan aktivitas, ada yang akan Saya kerjakan terlebih dahulu." Ucapnya dengan senyum ramah kemudian duduk di kursi ruang tamu. Kutinggalkan Dia untuk melanjutkan membersihkan pekarangan belakang.
Tak lama terdengar jerit kesakitan Mas Herman dari depan.
"Augh augh, lepaskan Aku br**gs*k!" jerit Mas Herman kesakitan saat kulihat tangannya dipelintir kebelakang oleh Mbak Sherly.
"A-ada apa Mbak?" tanyaku gugup sambil mendekati Mbak Sherly yang kemudian melepaskan cengkraman tangannya sambil mendorong Mas Herman hingga jatuh membentur dinding.

Kembali Mas Herman menjerit menahan rasa sakit.
"Jangan bantu Dia Mbak Fit!" cegah Mbak Sherly saat Aku akan mendekati Mas Herman.
"Itu hukuman untuk lelaki mata keranjang, yang berani melecehkan Saya!" Ucap Mbak Sherly dengan angkuhnya. Yang di tanggapi Mas Herman dengan ringisan kesakitan, kemudian berlalu menuju dapur.
Sedangkan Aku masih terpana dengan apa yang baru saja kulihat.
Dari cerita Sherly, baru kutahu kesuksesan Mas Fitra, Dia pemilik salah satu perusahaan ternama di kota, dengan beberapa cabang perusahan. Sherly adalah salah satu bodyguard nya. Pantas dengan berani memelintir tangan bahkan mendorong Mas Herman hingga membentur dinding.
Sejak saat itu Mas Herman tak lagi berani mendekati Sherly. Akhirnya dengan permintaannya ku Panggih namanya saja tanpa embel-embel apapun, agar lebih akrab katanya.
Hari pertama Sherly di sini membuatku tercengang dengan kecerdasaannya untuk mengecoh Mas Herman, yang tentu saja tak bisa ku lakukan karena Aku sangat mencintai Mas Herman. Sherly mengajakku ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang berada di lingkungan kantor kecamatan untuk mendaftar kejar paket B dan di lanjut kejar paket C. Sedangkan Aku sendiri tak pernah tahu kalau ada kegiatan belajar untuk penyetaraan tingkat sekolah.
Kami ke kantor kecamatan dengan menggunakan motor keluaran terbaru yang di belikan oleh Mas Fitra untukku. Tentu saja membuat Mas Herman iri melihatnya, bahkan dia memaksaku untuk bertukar dengan motornya. Dan lagi Sherly menjadi tameng untukku dari siksaan Mas Herman yang membuatnya tak berkutik.
Satu Minggu berlalu, Sherly masih mendampingiku selama proses pembelajaran untuk mendapatkan ijazah setara Sekolah Menengah Pertama. Kulihat Mas Herman dan Ibu, hanya bisa menahan amarah saat melihat Sherly mengajariku mengendarai sepeda motor. Tidak hanya itu saja, untuk kebutuhan sehari-hari pun uangnya di kelola oleh Sherly, Aku tak di perkenankan membawa uang sepeserpun, tapi Sherly mencukupi semua kebutuhan ku dan rumah ini.
BRAK BRAK BRAK.
Suara gedoran pintu terdengar keras dan kasar mengagetkanku yang sedang makan siang bersama Sherly.
"Siapa itu Sher?" tanyaku dengan sedikit ketakutan.
"Biar Aku yang buka Fit!" ujarnya seraya bangkit dari duduknya.
"Fitri! Buka pintunya cepat!" teriaknya keras hingga Ibu dan Mas Herman yang berada di kebun belakang terlihat menyusul ke depan.
"Ada perlu apa? Anda Siapa?" tanya Sherly setelah membuka pintu. Sesosok wanita seksi berdiri di ambang pintu dengan muka memerah karena menahan amarah.
"Heh Fitri! Bilang pada kakakmu untuk kembali mentransfer uang bulanan pada Mas Herman agar bisa menafkahi ku dan anaknya!" cercanya dengan suara keras yang membuatku sontak terkejut mendengar ucapannya.
"Maksud Mbak apa? Mbak ini Siapa?" tanyaku kebingungan.
"Aku Istri Mas Herman!"
"APA?!!!" Seruku kaget serempak dengan Sherly.
"Untuk apa datang kemari Sis?" tanya Mas Herman seraya menghampiri kami.
"Untuk apa, katamu Mas? Berikan nafkah untuk Aku dan kedua anakmu yang kelaparan di rumah! Seminggu ini Kamu sama sekali tak memberikan jatah untukku!" ungkapnya dengan ketus masih terlihat amarah di wajah cantiknya.
Sherly menopang tubuhku yang hampir limbung, sama sekali tak menyangka Mas Herman tega mengkhianati ku.
"Aku mengijinkan mu menikahi perawan tua ini, agar mendapat uang bulanan seperti yang Kamu janjikan Mas! Aku tak mau miskin lagi seperti dulu!" jeritnya sambil memukuli dada Mas Herman.
"Sabar dulu Sis, jangan seperti ini. Ayo bicara di rumah Ibu saja!" ajak Ibu sambil berusaha menarik tubuh Siska, yang ternyata Istri pertama Mas Herman. Dan Aku di nikahi hanya sebagai penghasil uang saja. Kembali buliran bening meluncur membasahi pipiku.
"Tidak Bu! Aku akan buat perhitungan dulu dengan Fitri! Beraninya dia membuat Aku dan Anakku kelaparan!" jeritnya sambil merangsek maju untuk menjambak rambutku, tapi Sherly dengan sigap menangkap tangan Siska dan memukulnya dengan keras.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿


Bình Luận Sách (170)

  • avatar
    SatriaAnak agung

    bagi sekali

    2d

      0
  • avatar
    Zeson

    AAAA ENDINGNYA MEMBUAT KU KELEPEK-KLEPEK😞😞😞👌👌👌

    20d

      0
  • avatar
    AinulSiti

    good

    16/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất