Tổng quan
|Mục lục
- (các) Thẻ:
- Tidak setia
- Pernikahan yang diatur
- Bigami
- Keluarga
- Pornografi
- Religi
Jazirah berubah, lupa dan meninggalkan istri serta kedua putranya yang masih kecil-kecil. Mampukah sang istri dan kedua putranya bertahan tanpa sosok Jazirah?
Bản cập nhật mới nhất
Lựa chọn của biên tập viên
Đề xuất cho bạn
Bình Luận Sách (95)
- Tổng cộng: 113
Bab 1 | Kemana Mas Jazirah
Aku masih merenung, bingung hendak memasak apa hari ini untuk kedua anak-anakku. Dua pekan sudah masBab 2 | Pekerjaan Baru
Tidak terasa semua kerjaan sudah selesai, aku terkaget ketika jam sudah menunjukan hampir pukul duaBab 3 | Ada Apa dengan Langit
Segera aku keluarkan isi makanan dari dalam kresek putih, yang tadi diberikan bu Rosmalia kepadaku.Bab 4 | Anak Miskin
Langit tidak menjawab, hanya menggelang dan melenggang masuk ke dalam kamar. Ada apa sebenarnya dengBab 5 | Cap Keluarga Miskin
Ya Allah, bagaimana bisa anak sekecil Anom sudah berlaku jahat seperti itu? Apa pakde Timbul dan istBab 6 | Terkenang Masa Lalu
Aku dan anak-anak segera masuk ke dalam rumah, canggung karena bingung apa yang harus kulakukan, kemBab 7 | Awal Mula Mas Jazirah Berubah
Kami sampai ke rumah dan mas Jazi langsung dipersilahkan masuk untuk menemui bapak mertua, sedangkanBab 8 | Bu Rosmalia Kenapa
Aku menata semua masakan yang telah matang di atas meja makan, tidak lupa aku menata piring dan gelaBab 9 | Kedatangan Mas Jazirah
Mas Riza langsung berlari menuju mobilnya, tidak lama ia kembali dengan kota perkakas, dibukannya koBab 10 | Foto Siapa Ini
“Justru itu, aku ke sini mau bilang, jika aku tengah mengurus proses perceraian kita, kamu tunggu saBab 11 | Ternyata Tiara Seorang Piatu
Saat hendak memasukan kabel posel milik Mas Riza, lagi lagi mataku menangkap hal tak terduga, sebuaBab 12 | Bertemu Ayah
Ucapannya membuat aku tersentak. Jadi Tiara tidak memiliki ibu? Pantas anak ini terlihat kurang teraBab 13 | Kenyataan Pahit
“Bumi kok menangis, Nak? Ada apa? Langit, adek Bumi kenapa, Sayang?” tanyaku lagi.
“Tadi saat kita lBab 14 | Allah Maafkan Pendosa yang Bertaubat
“Bu, jadi benar ayah bukan ayah kita lagi?” lirih Langitku.
Tidak ada jawaban yang keluar, hanya adaBab 15 | Lagi - Lagi Ditolong Ustadz Faiz
Aku mencoba memahami ucapan ustadnya anak-anakku, benar juga yang beliau katakana, walaupun terasa tBab 16 | Suara Gaduh
Aku yang panik lantas berteriak, berusaha menghentikan mas Jazirah dari memukuli ustad Faiz. Pak manBab 17 | Awan Riza Mahendra
Namun Tiara menolak, dia meminta ijin untuk bisa tidur bersama dengan ku dan anak-anak di kamar tamuBab 18 | Operasi Bu Rosmalia
Setelah memberikan sedikit instruksi kepada Gianira, akhirnya Riza menjalankan roda empatnya menujuBab 19 | Pertanyaan Bu Rosmalia
Kondisi kesehatan Bu Rosmalia berangsur-angsur membaik, tepat empat ari setelah operasi pemasangan rBab 20 | Tawaran Bantuan
Kamar selanjutnya yang aku tuju adalah kamar milik bu Rosmalia, ku ketuk pintunya dan dibukakan olehBab 21 | Belum Terdaftar
“Tapi sampai saat inipun saya tidak tau apa mas Jazira sudah mengurus perceraian kami atau belum, kaBab 22 | Kejutan Untuk Jazirah
“Buku nikah kami dibawa mas Jazirah, Mas, malam itu saat dia menjatuhkan talaknya, dia meminta bukuBab 23 | Jazirah
Dia benar-benar berubah, bukan lagi seperti suami yang ku kenal baik dan lembut itu, Jazirah yang kiBab 24 | Ustadz Faiz Melamar
Sejujurnya aku masih mencintai Gianira, dia wanita terbaik yang ku temui, tidak pernah menuntut, selBab 25 | Rasa yang Tersimpan
Aku melihat Langit dan Bumi keluar dari pintu jamaah laki-laki dengan ustad Faiz bersama mereka, panBab 26 | Keputusan Abah
Usai kepergian Gianira bersama anak-anaknya, Faiz tersungkur di tanah, beristighfar berkali-kali, diBab 27 | Tamu di Pagi Buta
Faiz bersujud, memohon ampun dan kasih sayang pemilik cinta, berharap inginnya dikabulkan untuk bersBab 28 | Gara - Gara Kopi
Setelah semua pembicaraan selesai, kedua orangtua ustad Faiz akhirnya ijin pamit untuk pulang ke rumBab 29 | Ada Keributan Apa
“Eciiieee … Kompak bener ini jawabnya, ehem ehem,” Mbak Rima masih saja meledek, membuat anak-anak iBab 30 | Salah Paham Membuat Celaka
Saat baru saja keluar dari desa, tiba-tiba mobil yang dikendarai Mas Riza berhenti mendadak, membuatBab 31 | Visum dan Pelaporan
“Kata dokter kondisi ustad Faiz cukup serius, menurut diagnosa dokter, pemukulan yang dialami ustadBab 32 | Mempermalukan Jazirah
“Gi, nanti di rumah tidak usah cerita kalau bapaknya Faiz mukul kamu ke ibu, ya! Khawatir nanti ibuBab 33 | Penangkapan
“Tapi, Kyai, ada berita buruk yang harus saya sampaikan ….” Ucap Maidani ragu-ragu.
“Apa itu, Dan?”
“TBab 34 | Permintaan Maaf
“Saudara Jazirah, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan putri kandung saya, Nur Jamilah binti SBab 35 | Sesudah Kesulitan ada Kemudahan
“Saya akan memikirkannya dahulu, Pak, maaf saya permisi, sudah kesiangan, belum bikin sarapan untukBab 36 | Keputusan Terbaik
Suasana terasa sangat hangat, penuh kebahagiaan, aku melihat senyum-senyum mengembang di wajah semuaBab 37 | Pengganti yang Lebih Baik
Aku membalas pelukan Umi Aisyah, turut larut dalam haru akan kebahagiaannya mendapat kabar jika sangBab 38 | Sedekah
Sungguh aku sangat bersyukur atas segala nikmat dan rezeki yang Allah berikan padaku secara bertubi-Bab 39 | Bertemu (mantan) Mertua
“Oh begitu ya, Bu, wah asik yah, walaupun enggak pakai uang, kita tetap bisa bersedekah,” ungkap LanBab 40 | POV Riza
Adzan dzuhur berkumandang tepat saat kami menyelesaikan makan siang, segera mereka bewudhu secara beBab 41 | Usaha Rima
“Pokoknya nanti pas mbak Gia sudah resmi bercerai, Rima mau ajak dia ke salon untuk merawat dirinya,Bab 42 | Hilang Fokus
Setelah dirasa pembicaraan selesai, Gianira memutuskan untuk undur diri dari kami, membuat hatiku seBab 43 | Si Mulut Pedas
Hingga tiba-tiba ada getaran yang kurasakan bersumber dari kantong celanaku, rupanya ponselku berderBab 44 | Salah Tingkah
Aku pamit untuk makan di halaman belakang kepada Bu Rosmalia, yang kemudian ternyata Tiara juga ingiBab 45 | Tidur Bareng
“Gi, minumnya mana?” ucap Riza lagi, membuat lagi-lagi Gianira menghentikan langkahnya.
Sambil menariBab 46 | Tidur di Mana Semalam?
Ya Robb, berikan kesehatan kepada bu Rosmalia beserta keluarganya, jauhkan mereka dari marabahaya, lBab 47 | Perubahan Mas Riza
“Bener, Bro, masa gue salah. Eh buy the way, lu semalam tidur di mana? Kok pas gue kebangun lu enggaBab 48 | Gagalnya Rencana Rima
“Kamu lupa sudah nampar saya?”
“Gimana?”
“Kan kamu kemarin siang nampar saya pakai lidah,” ucapnya denBab 49 | Perdebatan
“Ta-tapi, ke-kenapa?” ucapnya lirih saat sudah bisa menguasai rasa terkejutnya.
“Seperti yang kamu biBab 50 | Masak Bersama
Dadanya berdegup dengan kencang, nafasnyapun memburu cepat, saat melihat Gianira dan sahabatnya berBab 51 | Tawaran
“Nanti sore bikinin saya kopi susu, ya! Saya mau minum kopi susu sambil nikmatin ombak,”
“Kok kopi suBab 52 | Truth or Dare
“Berarti kalau proses cerainya sudah selesai mau dong suka-sukaan? Maunya sama mas Dhanis apa mas RiBab 53 | Truth or Dare 2
Air mata berlinang keluar dari wajah sendu milik Gianira, tidak menyangka jika putra sulungnya akanBab 54 | Strategi Kotor
“So, jadi pilih apa, Bro?”
”Truth,” sahut Riza pelan.
“Riza, jawab pertanyaan ibu, kemarin malam jadiBab 55 | Kenyataan
“So, jadi pilih apa, Bro?”
Gianira membawa ibuku masuk ke kamar, saat aku ingin mengikutinya, lagi-lBab 56 | Kehadiran Jazirah
Saat itu aku memang hanya tinggal berdua dengan kakek, karena nenekku sudah lebih dahulu pergi menghBab 57 | Ancaman Jazirah
“Maaf pak hakim ketua, saya menolak saran mediasi yang ketua sampaikan, keputusan saya sudah bulat,Bab 58 | Teror Pertama
“Sudah bisa pulang berarti kita?”
“Sudah, yuk! Maaf ya, mas Dhanis nungguin lama,”
“Enggak apa-apa, yaBab 59 | Masih Berlanjut
Aku memeluk erat tubuh gempal wanita luar biasa di hadapanku ini, memberikannya kekuatan lewat peluBab 60 | Mengharap Pertolongan Allah
Kriingg . . .
Terdengar suara dering telpon rumah milik Bu Rosmalia, aku segera mengurai pelukanku daBab 61 | Jazirah Berulah Lagi
Saat tiba di sujud terakhirku, tidak lupa aku mengulang-ulang doa yang diucapkan Abu Mi’laq saat diBab 62 | Langit Diculik?
Langit dan ibu tersebut sudah tiba di depan mobil yang di dalamnya sudah ada Jazirah di belakang keBab 63 | Masuk Rumah Sakit
“Sudah saya bilang, jangan meninggalkan pagar tanpa penjagaan! Kamu bisa menelpon saya untuk bergantBab 64 | Penyesalan Seorang Ayah
“Ibu Langit pacaran ya sama om Riza?” pancing Jazirah untuk mengorek informasi.
“Pacaran?”
“Iya, pacarBab 65 | Penolakan
Berbeda dengan Mas Riza, Mas Dhanis justru menyetujui agar aku mengikuti permintaan mas Jazirah untBab 66 | Penyesalan Tiada Guna
"Kamu sudah dengar, kan? Sudah, kami harus pulang malam ini, karena besok pagi Gianira harus datangBab 67 | Resmi Bercerai
Manusia terbaik adalah dia yang selalu bersyukur, atas segala nikmat dan rejeki yang diberikan AllahBab 68 | Belum Selesai
“Saya sudah lama memaafkan kyai Rahmad, jauh sebelum kyai dan keluarga ke sini,” lanjutnya lagi, memBab 69 | Hidup Baru
Di sinilah aku sekarang, setelah satu tahun resmi bercerai dari mas Jazirah, aku masih konsisten denBab 70 | Keluarga Jazirah Berulah
Aku sangat menikmati di mana moment Mas Dhanis salah tingkah seperti ini, karena biasanya dia yangBab 71 | Menebar Fitnah
Sebelum ini, mereka juga sempat menaruh belatung ke dandang bubur jualanku, sehingga banyak pembeliBab 72 | Meminta Kesempatan
“Ini bude uangnya,” kataku seraya menyerahkan uang kertas berwarna merah satu lembar.”
“Eh, Gi, kataBab 73 | Diterima
“Kesempatan apa?”
“Kesempatan untuk mencoba membuka hati saya, untuk menerima mas Riza terlibat dalaBab 74 | Fikiran Riza
“Insya Allah saya menerima niat mas Riza untuk menjadi suami saya dan juga ayah sambung untuk LangitBab 75 | Mengaku-aku
“Enak apanya?”
Tiba-tiba Mas Riza mendekat kepadaku, menjulurkan kepalanya mendekati wajahku, aku sudBab 76 | Hitung-hitungan
"Yaudah, saya mau pergi lagi, nanti kalian tutup aja sesuai jam operasional kita, ya!” kataku lagi,Bab 77 | Pemotretan
“Apa syaratnya? Cepatlah!”
“Saya akan mengganti rugi semua uang yang kamu berikan selama pernikahan kBab 78 | CCTV
“E-eeh, Mas! Bukan begitu maksudnya, tapi . . .” ucapannya terjeda, sepertinya dia malu untuk mengakBab 79 | Membalas Rima
“Langit sama Bumi tetap mau kok punya ayah om Riza, selama ini om Riza baik terus sama kami berdua,Bab 80 | Tawaran Gila
“Baiklah, insya Allah nanti kami datang ke pernikahanmu dengan nak Riza, ya!” ucap Kyai Rahmad, merBab 81 | Menjemput Bidadari
"Kamu buka pesan wa aku sekarang!” perintahnya, seraya menutup panggilan.
Karena penasaran, aku segerBab 82 | Kebelet Kawin
“Ibuu!!” teriak Langit dan Bumi, berhambur turun dari gendonganku dan beralih memeluk tubuh rampingBab 83 | Ayah Tiga Anak
Jujur saja, aku begitu menyukai Mas Riza dengan mood yang sekarang, terlihat lebih hidup dan ringanBab 84 | Pernikahan Dhanis
“Tapi apa?”
“Tapi cintaaaaa banget!” ucapnya kalem, seraya tersenyum menghadap luasnya pantai yang geBab 85 | Hari yang Dinanti
Foto yang menampakan wajahku yang tengah tertawa lepas, dengan latar pantai santolo, aku tidak menyaBab 86 | Pernikahan
“Baru kali ini gue datang ke nikahan orang, yang anak – anaknya juga datang ke nikahan orang tuanya.Bab 87 | Keributan
Kudengar tawanya menguar begitu kencang, salah satu kebiasaan Dhanis, dirinya selalu saja menertawakBab 88 | Rapuh
Suasana semakin riuh, kulihat beberapa pegawai mencoba menenangkan pengunjung yang mulai grasak-grusBab 89 | Note
Aku senang, setidaknya Gianiraku sudah berhenti menangis dan mulai tersenyum. Kuhapus air matanya deBab 90 | Menikmati Malam
Kemudian Gianira membalasku hanya dengan sekali sentuhan, yang langsung membuat seluruh bulu roma kuBab 91 | Prank
“Lagi mikiran apa, Gi?” tangan kekar Mas Riza membelit perutku dari belakang, meletakan wajahnya padBab 92 | Cemburu
“Gila, lu. Mandi sana!!” teriak Mas Riza, melempar bantal sofa yang berada di dekatnya.
Aku hanya terBab 93 | Malu
“Beda, Bro, lu cemburu sama orang yang masih hidup. Gianira cemburu sama istri gue yang bahkan sudahBab 94 | Jazirah Menghilang
“Gi, tadi mandi besar, dong?” bisik Safeea di tengah-tengah obrolan kami. Aku yang saat ini sedang mBab 95 | Tawaran Riza
"Mana ponsel kamu, Mas? Aku mau pinjam untuk telpon anak-anak,” ucap Gianira seraya menyeruput tehnyBab 96 | Menjemput Anak-anak
“Ya, tentu. Tapi besok lusa. Jadi kita masih ada waktu tiga hari buat mesra-mesraan berdua,”
JanganBab 97 | Teledor
Kini, saat semuanya berubah, aku begitu bersyukur karena kedua putraku tidak pernah lagi merasakan kBab 98 | Rekaman CCTV
“Apa, lho Dhan, kamu datang-datang sudah membuat harapan palsu untuk anak-anak, kalau benar produksiBab 99 | Cemburu
Mendengar penjelasan Harsa rasanya sangat kecil kemungkinan Jazirah untuk dapat menerobos masuk ke dBab 100 | Nirmala
“Bagun, yuk! Sholat subuh dulu!” ucapku lagi masih mengusap-usap kepala mereka satu persatu.
“Ibu, taBab 101 | Niryala
“Permisi, ini Mas Riza, kan?” tawaku dan Rima terhenti saat seorang wanita datang menemui kami.
BagaBab 102 | Terluka
Yok yok yang emosi yok lanjutin emosinya.. Ini sudah mendekati akhir Yaa cinta-cintanya akuuu ✌️🤪
==Bab 103 | Kemarahan Ibu
Tahan emosii yaa...! Bulan puasa! 😆
======
“Gia baik-baik aja kok, Bu. Gia hanya butuh waktu untuk seBab 104 | Mulai Nyaman
Aku mengucap istighfar sebagai upaya untuk menetralkan isi kepalaku. Isi chat Niryala sungguh di luaBab 105 | Ancaman Dhanis
Hingga kami selesai makan siang mas Riza masih belum juga kembali. Ke mana sebenarnya dia pergi? TidBab 106 | Terbongkar
#Cerbung
Kami Bisa Tanpamu Mas
Bab 106| Terbongkar
Mataku membulat sempurna kala melihat pesan yang laBab 107 | Memilih Mundur
Bagaimana bisa aku memberikan ijin kepada suamiku yang baru menikahiku tiga pekan lalu untuk menduaBab 108 | Diamnya Gianira
Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Jadi benar yang ibu katakan kemarin saat memBab 109 | Hampa
Gianira hanya diam, tidak melakukan apapun. Tiba-tiba aku teringat perkataan bijak yang pernah kubacBab 110 | Dimaafkan?
Tapi hari ini, semua seakan berubah, seperti ada benteng tebal yang menghalangi hati dan tubuh kami.Bab 111 | Keputusan
“Gi, Sayang, mas minta maaf, Ya! kamu mau kan kasih kesempatan buat, Mas?” bisikku di sela-sela suarBab 112 | The End
Aku suka saat Mas Riza membelaku di hadapan wanita tersebut. Aku semakin mengeratkan pegangan tanganExtra Part
Gianira Azizah
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku bisa memiliki suami siaga yang begitu mencint
menarik
17d
0panjang
10/09
0bagus dalam cerita ini
19/08
0menyenangkan
05/08
0seruuuu
11/07
0yes
05/07
0seru banget
30/06
0si ikan gurame sangngat besar
20/06
0bagusss sekali cerutanta
25/05
0ceritanya bagus
25/05
0