(các) Thẻ:
• Detail
• Drama
• Heteroseksual

Kisah seorang istri yang ditalak oleh suaminya karena miskin. Suaminya menikah lagi dengan seorang wanita muda dan kaya raya di kota. Dan istrinya yang pertama diabaikan begitu saja setelah memberikan dua orang anak. Pamit dengan istri tercinta untuk merantau ke kota berharap nasib keluarganya akan berubah lebih baik dan memperbaiki ekonomi rumah tangganya. Namun, sayang setelah lima tahun pergi merantau tak pernah sekali pun pulang menjenguk keluarganya. Dan ketika kembali pulang ke kota kelahirannya hanya memberi talak dan pamit untuk selamanya. Derita sang istri yang ditinggal suaminya selama lima tahun merantau membuat hidupnya tergantung sebagai istri yang tak dirindukan. Dan sang suami harus meninggalkannya demi wanita lain serta kedua anaknya hanya karena harta.

Bản cập nhật mới nhất

Lựa chọn của biên tập viên

Mùa Xuân Nơi Trường An

Hoài Thư

Tịnh Đế Liên

Tiểu Lưu Tinh

Hoan Ca

Đậu Hủ Thúi 293

Kính

Ngữ Phong

YÊU HẬN: CÁCH THỨC YÊU EM

HOA TỔNG

Đến Lúc Buông Tay

babyboo

Đề xuất cho bạn

GiẢi Mã TRái Tim Anh.

Ú.mộc.

Ta Và Ngươi Cách Biệt Một Trời Sinh Tử 4

Thanh Uẩn Tương Ly

Mối tình đầu của tôi

Nhunn Nuri

Chỉ Vì Yêu .

Ú.mộc.

Xuyên 7 kiếp để được gặp em

JoA

Em là ánh dương đời anh

Ly An

Nửa Lời Đường Mật

Âu Vương Nghi

Nói Lời Yêu Anh

Ngốc Xít

Căn nhà số 99

Ân Tĩnh

Nợ người một tiếng yêu

silv

Bình Luận Sách (315)Để lại bình luận của bạn trên ứng dụng

• 
  Abdullahjuju

  Cerita yang menarik, apabila membaca, terasa diri ini dlm kisah cerita ini... 👍

  03/02/2022

    0
• 
  Erlina Diana

  ok 👍

  10d

    0
• 
  putriputri

  ditunggu cerita berikutnya

  31/07

    0
• 
  Rama Arka

  5.0

  01/07

    0
• 
  GzNickson

  okkk

  15/06

    0
• 
  SiapaGa tau

  bagus

  12/06

    0
• 
  NainggolanCristian

  Semangat trus berkarya nya kak walau aku ga baca full tapi seru

  09/06

    0
• 
  Firdaus laiaBaltasar

  ceritanya menarik untuk dibaca

  07/06

    0
• 
  Aarav Abian

  bagus juga

  27/05

    0
• 
  ilhamsyafik

  bagus

  18/05

    0

• Tổng cộng: 69

• Bab 1 Talak

  "Mas Anan," seruku.
  Saat wajah lelaki yang kurindukan selama lima tahun kini datang menemuiku tepat

• Bab 2 Gosip

  Kupeluk tubuh Habib yang kurus dengan erat sembari menangis. Belaian lembut mengusap rambutnya yang

• Bab 3 Menahan Lapar

  "Asalamualaikum," ucapku pada Bu Helmi.
  "Waalaikumsalam," jawab Bu Helmi dari dalam rumah.
  Aku berdir

• Bab 4 Disekor Dari Sekolah

  Mentari masih menunjukkan garis merah di ufuk timur. Ayam berkokok bersahutan menandakan fajar telah

• Bab 5 Pertemuan Yang Tak Disengaja

  Aku dan Habib berjalan beriringan menyusuri perkebenunan sawit pulang dari sekolah. Sementara Nara a

• Bab 6 Mendapat Bea Siswa

  Habib masih menangis sembari memegangi lututnya yang berdarah akibat terjatuh sewaktu mengejar ayahn

• Bab 7 Lulus Seleksi

  Mentari pagi masih terlihat malu-malu muncul di garis cakrawala. Udara yang terasa dingin menusuk k

• Bab 8 Berangkat Ke Jakarta

  Sebelum fajar terbit, mentari bergegas naik di atas ufuk timur. Aku sudah bersiap-siap untuk berangk

• Bab 9 Teganya Ayah

  Pesawat yang ditumpangi rombongan kami sedang landing. Setelah melakukan perjalanan selama dua jam,

• Bab 10 Kejahatan Paripurna

  "U- Ustaz," aku tertegun melihat lelaki berpakaian jubah panjang ke bawah dan memakai kopiah, kini b

• Bab 11 Tertawa Di Atas Derita

  Mobil yang di kemudikan Ustaz Rahman memasuki rumah sakit. Kami pun segera turun dan membawa Habib

• Bab 12 Meraih Kemenangan

  "Habib, Nak bangunlah!" aku menguncangkan tubuh Habib yang diam tak bergeming.
  Dokter yang sedari tad

• Bab 13 Perdebatan

  Bruk.
  Hampir saja Anan menabrak truk kalau saja dia tidak membanting setir. Alhasil mobilnya menabrak

• Bab 14 Tanpamu Aku Bisa Bahagia

  Dokter Raka masih mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Lima puluh menit kemudian mobil yang k

• Bab 15 Fitnah

  Rencananya Habib akan dibawa pulang setelah dokter Raka menyatakan sembuh. Kesehatan Habib kian memp

• Bab 16 Fitnah 2

  "Seret, Ustaz munafik ini. Kedoknya sebagai ustaz hanyalah topeng saja. Ustaz Rahman sudah berzi

• Bab 17 Kemenangan

  Sungguh ada hati yang terluka menyaksikan dua orang insan terikat dalam pernikahan. Sudut mata Anan

• Bab 18 Penyesalan Selalu Datang Terlambat

  "Habib...."
  Mata kami terpana melihat Anan berdiri di depan panggung. Wajah teduhnya mengguratkan ke

• Bab 19 Minder

  "Bunda...."
  Nara menangis sembari memanggil bundanya yang masih tak bergeming. Sebuah mobil dengan

• Bab 20 Penolakan Umi

  "Bunda," teriak Habib dan Nara serentak.
  Tubuhku jatuh ke lantai keramik berwarna putih. Aku lupa ka

• Bab 21 Mertua Yang Dingin

  Hening. Tak sepatah kata pun kalimat keluar dari bibir Mas Rahman.
  Seketika ia memelukku dari bela

• Bab 22 Gadis Pikihan

  "Asalamualaikum," ucap wanita itu begitu menginjakkan kaki di ruang keluarga.
  Senyuman indah terulas

• Bab 23 Janji Kepala Desa

  "Asalamualaikum," ucap Mas Rahman saat masuk ke dalam rumah.
  Aku langsung menyambutnya dengan mencium

• Bab 24 Status

  "Kau ....?!"
  "Aku datang untuk memberi ucapan selamat atas prestasi yang diraih Habib, Mbak," ucap Nu

• Bab 25 Kasih Sayang Seorang Ibu

  "Astagfirullah, Nara," teriakku histeris.
  Aku melihat Nara menangis menahan kesakitan karena kakinya

• Bab 26 Belajar Mengihklaskan

  "Uhug ... uhug ...." Mas Rahman seketika tersedak dan terbatuk-batuk mendengar ucapan Umi Fatimah.
  Bu

• Bab 27 Ijinkan Aku Pergi

  Kondisi rumah terlihat mulai didekorasi. Umi meminta para pekerja untuk menghias ruang tamu dan kama

• Bab 28 Hijrah

  Bus melaju dengan kecepatan sedang melakukan perjalanan dari Medan menuju ke Jakarta. Selama lima ha

• Bab 29 Demi Sesuap Nasi

  "Syawal, keluar kamu!"
  Suara teriakkan seorang laki-laki menghentikan aktivitasku yang ingin menunai

• Bab 30 Mencari Nafkah Halal

  Matahari semakin tinggi di atas awan. Sinarnya yang cerah membiaskan cahaya dipermukaan bumi. Siang

• Bab 31 Ikhlas Membantu

  "Hentikan, Baron!"
  Seorang pria tinggi tegap berkulit putih menangkis tangan Bang Baron yang siap mel

• Bab 32 Tawaran Rekaman

  "Tunggu!" sergah seorang pria tampan.
  Pemuda itu berdiri di bawah pohon palem di depan rumah gudang.
  K

• Bab 33 Penyesalan Rahman

  Pov Rahman
  "Ayi?!"
  Aku terkesiap ketika menyaksikan Ayi, membawakan lagu sholawat ya Asiqil Musthofa d

• Bab 34 Pertemuan Kembali

  Pesawat Garuda air sudah mendarat di bandara Suekarno-Hatta dengan selamat pukul sepuluh lewat lima

• Bab 35 Menolak Kembali

  Kehilangan seseorang yang di cintai itu sakit, tapi kehilangan seseorang yang di cintai karena kebod

• Bab 36 Hukuman Untuk Sang Pendosa

  "Kau?"
  Aku terkesiap saat menyaksikan siapa yang sedang dipukuli para warga.
  Tubuh kurus, pakaian com

• Bab 37 Demi Harta Rela masuk Bui

  "Ayah ...."
  Seorang anak kecil berlari mendekati Ustaz Adam, memeluk dengan erat. Usianya tak jauh d

• Bab 38 Akhir Sebuah Kisah

  Umi dan Nur berjalan dengan hati-hati menuju ke arah kami. Langkah mereka semakin dekat dan dekat.
  "

• Bab 39 Sesaknya Menahan Cemburu

  "Ay, ini buat kamu dan anak-anak," ucap umi menyerahkan sebuah bingkisan.
  "Apa ini, Umi?" tanyaku pe

• Bab 40 Masa Lalu Bukan Untuk Dikenang

  Hari sudah malam, pemandangan excotic di malam hari sungguh memanjakan mata. Kuteringat akan tatapan

• Bab 41 Kepribadian Ustaz Rahman

  "Hem ... Maaf, Ustaz," ucapku cepat.
  Aku segera menarik tanganku dari gelas yang tadi kami sentuh ber

• Bab 42 Wanita Kejam

  "Sarah," gumamku.
  Wanita bergaya elegan itu turun dari mobil dan menghampiriku.
  "Apa kabar, Ayi? Sena

• Bab 43 Hukuman

  Suasana begitu ramai di dalam rumah bersamsakit. Ustaz Rahman dan Ustaz Iman terlihat menunggu di

• Bab 44 Permohonan

  Waktu bergulir sangat cepat, di luar hari tampak sudah gelap. Ayi melirik jam yang melingkar di per

• Bab 45 Duka

  "Aku turut berduka cita, Abi," ucap Ayi.
  Abi masih berdiri di samping jasad umi dengan wajah yang se

• Bab 46 Tidak Rela

  Pov Faaiz
  Aku sangat marah pada Ustaz Rahman. Seorang ustaz pemuka agama telah mencampakkan istri yan

• Bab 47 Kesempatan Kedua

  Suasana pondok pesantren begitu ramai hari ini. Persiapan mengadakan lomba cerdas cermat akan diadak

• Bab 48 Gosip Di Tengah Kemenangan

  "Habib?"
  Mataku membulat sempurna mendengar pengumuman nama Habib disebut sebagai pemenang lomba.
  Bur

• Bab 49 Dendam Hati

  "Sarah?" ucap Ustaz Rahman ternganga.
  Lelaki itu terlihat syok saat melihat kedatangan Sarah. Wanita

• Bab 50 Menolak Lamaran

  "Faiz?!" seruku lirih.
  Aku ternganga melihat Faaiz menyodorkan sebuah cincin permata hijau dan seika

• Bab 51 Masa Lalu Penuh Derita

  "Mas Anan?"
  Mataku membulat sempurna melihat isi pesan whatsapp Mas Anan.
  Pesan itu berisi nada penek

• Bab 52 Surat Ustaz Rahman

  "Bunda, Habib pamit. Doakan semoga Habib berhasil dalam meraih cita-cita," ucap Habib berwajah sendu

• Bab 53 Dendam Anan

  "Wanita tidak tahu malu. Dasar pezina. Tega-teganya kau menghianatiku demi seorang laki-laki miskin

• Bab 54 Karma

  "Humairah ….!"
  Aku mencari gadis kecil seumuran Nara. Entah dimana ia bersembunyi hingga tidak keliha

• Bab 55 Dia Kembali

  Beberapa Tahun Kemudian
  "Bunda," seru Habib berlari memelukku. Hari ini Habib pulang ke Indonesia set

• Bab 56 Mantan Masa Lalu

  "Ustaz Rahman?!" Seruku terperanga. Sepuluh tahun tidak bersua baru kali ini kami dipertemukan kemba

• Bab 57 Selamat Ulang Tahun Ayi

  Tanganku gemetar ketika membuka isi pesan whatsapp dari Ustaz Rahman. Sejak pertemuan kami kemarin s

• Bab 58 Lamaran Kedua

  Bulan purnama penuh bersinar dengan indah di malam hari. Suara binatang malam menghiasi susana malam

• Bab 59 Wanita Kedua

  "Bunda, ada tamu yang datang mencari," ucap Nara menghampiriku.
  Seketika aktivitasku terhenti melant

• Bab 60 Pertemuan Dengan Anan

  Siang itu matahari begitu terik tepat di atas kepala. Ayi dan Nara memutuskan untuk berbelanja kebut

• Bab 61 Benci Ayah

  Anan masih menatap pandangan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Lelaki itu tampak canggung di hadapa

• Bab 62 Antara Aku, Kau Dan Dia

  Tidak mudah melepas kepergian orang yang kita cintai. Meskipun kepergian itu katanya hanya sementara

• Bab 63 Undangan

  Jika memang jodoh sejauh apa pun dia akan pergi, sekencang itu berlari atau pun mengelak pasti akan

• Bab 64 Penantian Berakhir Bahagia

  Siapa yang tahu jodoh kita dengan siapa? Hanya Allah pemilik semesta alam yang tahu rahasia kehidupa

• Bab 65 Pesan Nurul Ekstra Part

  Ponsel Mas Rahman bergetar, pertanda pesan masuk. Aku malas membukanya karena sedang menyusui Hafiz

• Bab 66 Pesan Nurul ekstra part

  "Nurul?" Ayi terkejut melihat siapa pengirim pesan dari ponsel suaminya.
  Tangannya gemetar memegang

• Bab 67 Dusta Ekstra Part

  "Mas Rahman!"
  Lelaki yang aku tunggu kedatangannya ada bersama seorang wanita. Dia sedang tertawa ba

• Bab 68 Nikah Siri Ekstra Part

  Pulang dari rumah sakit, Mas Rahman ingin berbicara empat mata denganku. Dia memintaku duduk, dan be

• Bab 69 Drama (Tamat)

  Pagi ini, aku melihat Nurul sedang menyiapkan sarapan. Dapur berantakan, piring kotor menumpuk di wa