Tổng quan
|Mục lục
- (các) Thẻ:
- Tidak setia
- Pernikahan yang diatur
- Perceraian
- Drama
- Keluarga
- Memutar
Laila dihadapkan pilihan oleh Ibu mertua dan sang suami antara memilih dicerai atau dipoligami. Pilihan itu terjadi sebab Laila selama lima tahun menikah dengan Haris tidak kunjung mendapat keturunan. Apakah yang Laila pilih?
Bản cập nhật mới nhất
Lựa chọn của biên tập viên
Đề xuất cho bạn
Bình Luận Sách (99)
- Tổng cộng: 103
Chương 1 Cerai atau diPoligami
“Kau pilih cerai atau ijinkan Haris menikah lagi?!” tanya Ibu mertua tiba-tiba. Jantungku seperti maChương 2 Sahabatku, Siska
Tiba di ruang meeting, semua mata menatapku. Mungkin merasa aneh, kenapa kali ini aku telat. BiasanyChương 3 Informasi Penting
Rasanya baru kali ini malas pulang rumah. Ibu pasti akan membahas hal yang sama. Apalagi tadi pagi aChương 4 Karyawan Baru
Tiba di ruang meeting, semua mata menatapku. Mungkin merasa aneh, kenapa kali ini aku telat. BiasanyChương 5 Pencuri di Kamarku
Aku menunggu Damar yang sedang serius di depan laptop selama lima belas menit.
Menghela napas, beranChương 6 Di Bawah Kasur
Ibu menatapku dengan bengis. Kedua matanya memerah, menahan amarah.
“Lepasin tangan, Ibu! Lepasin!”Chương 7 Perkenalan
POV Sarnih
Namaku Sarnih, berasal dari kampung pinggiran kota. Perkampungan kumuh tepatnya. Tapi ituChương 8 Benda Aneh
Benda apa itu? Kok seperti gulungan rambut? Kayaknya benar rambut. Kucoba menelisik benda persegi emChương 9 Keputusanku
“Jangan ngomong sembarangan, Laila!” Gertak Bang Haris. Ibu memegang lengan anaknya. Menenangkan. AkChương 10 Wanita Lain
“Ini kopinya,” Damar datang membawa kopi pesananku.
“Makasih,” jawabku singkat.
“Eh, ngapain dudukChương 11 Mengusir
“I-Ibu?” Terbata-bata Bang Haris memanggil Ibu.
“PULANG!!!” Teriak Ibu. Aku memijat pelipis. PikiranChương 12 Merasa Beruntung
POV Haris (1)
Aku adalah laki-laki yang amat sangat beruntung. Memiliki istri yang cantik, cerdas,Chương 13 Takut Miskin
PoV Haris
Aku tak menyangka si Meyla berani bicara seperti itu. Kenapa juga wanita ini bisa tau kalChương 14 Jatuh Harga Diri
Sayup adzan subuh terdengar. Aku menggeliat, menguap, menyibakkan selimut menuju kamar mandi.
DalamChương 15 Pergi
Haris membisu. Menatap sendu. Lalu ia merunduk. Pertanyaanku tak kunjung dijawabnya.
“Sudahlah, akuChương 16 Janda Gatel
PoV Ibu Sarnih
Rencana yang sudah aku susun bertahun-tahun berantakan. Rencana menjadi orang yang banChương 17 Mengeluh
POV Laila
Ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunan.
“Masuk!” ucapku setengah berteriak.
“TumbeChương 18 Blokir
“Laila ... kok ngomongnya gitu? Kamu pura-pura marah sama ibu?” tanya Ibu bersuara lembut.
“Pura-puChương 19 Siapa Salma?
Nomor Haris sudah aku blokir. Begitu pun nomor Ibunya. Setidaknya mulai saat ini bisa bernapas lega.Chương 20 Kejujuran Salma
“Tiga bulan lalu, saya kerja di perkebunan teh.” Salma mulai bercerita. Tatapannya menerawang.
“SayChương 21 Kegeeran
PoV Haris
Sebelumnya aku sangat bahagia, Laila menyuruhku datang ke rumahnya. Aku pikir ia membatalkaChương 22 Tentang Damar
PoV Laila
Aku bersyukur rapat kali ini berjalan dengan lancar walau mendadak. Dan yang membuatku lebiChương 23 Bertemu Meyla
Aku menyesap kopi tegukan terakhir. Kulirik Siska sibuk dengan ponselnya.
“Cie ... yang mau nikah, guChương 24 Rencana Meyla dan Siska
“Mey, Meyla! Gimana ceritanya lo kenal ama tuh orang?” Siska menggoyangkan bahu Meyla. Aku dan SiskaChương 25 Belangnya Haris
PoV Haris
Selesai mengantar Tante Susi belanja, aku langsung pulang. Aku masih tidak terima dia menyeChương 26 Lokasi Syuting
Sudah kuduga, Haris pasti tidak hadir di persidangan. Ia lebih memilih jalan bersama Meyla. Tapi tidChương 27 Haris dan Meyla
PoV Haris
“Mobil baru?” tanya Meyla menatapku dengan wajah berbinar.
“Iya. Bosen mobil yang kemarin,”Chương 28 Cerita Meyla
Akhirnya syuting iklan yang kami tangani sudah selesai. Kalau tadi tidak hujan, mungkin jam tujuh maChương 29 Pindah Ke Apartemen
PoV Haris
Lagi-lagi aku merasa dirugikan jalan bersama Meyla. Biasanya aku yang suka morotin uang waChương 30 Mengemis
Hampir satu jam Meyla bercerita tentang kebersamaanya dengan Haris. Aku, Siska, Bi Inah dan Mang KaChương 31 Villa
Aku bergegas masuk lift, meninggalkan Bu Sarnih yang masih berdiri. Raut wajahnya nampak kesal. BebeChương 32 Meyla dan Bu Sarnih
PoV Bu Sarnih
“Laila, SOMBONG!!! Aku udah ngerendahin diri masih saja sok kaya! Apa salahnya aku tinChương 33 Kejadian di Villa
Aku membelah kerumunan para karyawan. Ternyata Gita yang tadi berteriak. Gita mendekatiku, jarinya mChương 34 Keputusan Bu Sarnih
PoV Bu Sarnih
“Coba dicari lagi, Mey. Kali aja keselip dompetnya.” Aku berkata pada Meyla. MenyuruhnChương 35 Siapa Pelaku Terror?
Mendengar pertanyaan Damar, darahku mendidih. Amarah seketika membuncah. Didiamkan, dia malah melunjChương 36 Pertengkaran
PoV Haris
Ibu dan Tante Susi beradu pandang. Kedua mata mereka saling melotot. Masing-masing tangannChương 37 Mengecek CCTV
“Bu Laila, kuenya gak dicicipi? Tenang, Bu ... kue ini gak basi kok. Gak aku kasih racun juga. HehehChương 38 Di Rumah Meyla
PoV Bu Sarnih
Tak kusangka, anak yang sudah kubesarkan selama ini, berani melawan dan meninggalkankuChương 39 Mengungkap Pelaku Terror
Penjelasan Damar membuatku dan Siska tercengang. Kalau memang benar, saat itu Damar tertidur, pastiChương 40 Haris Kecewa
PoV Haris
Tiba di apartemen, Tante Susi langsung merebahkan tubuh moleknya di atas kasur ukuran kingChương 41 Introgasi
Kedua tangan Siska mengepal. Kemarahan terpancar dari kedua matanya yang memerah.
“Kita makan dulu yChương 42 Pertemuan Meyla dan Susi
PoV Bu Sarnih
Haris mematikan telepon sepihak. Dasar anak kurang ajar! Makin ke sini, sikapnya makinChương 43 Terungkap
Sepanjang jalan aku menangis. Pikiran buruk berkecamuk. Entah bagaimana nasibku jika Damar tidak datChương 44 Meninggalkan Haris
PoV Haris
“Kata Haris, kamu itu wanita kaya raya tapi mat-re!!! Suka morotin duit Haris dan Ibunya!!Chương 45 Berziarah
Hari ini, aku berencana ke kota Karawang untuk berziarah ke makam Ummi dan Abi. Hampir enam bulan tiChương 46 Mungkin Tidak Waras
PoV Haris
“Bu, itu bukan Meyla,” ucapku mengingatkan Ibu. Ibu masih saja menyilangkan tangannya ke pChương 47 Anak Angkat
Ternyata masakannya enak juga. Walaupun dengan menu sederhana. Apalagi goreng ikan Lelenya, gurih!
TChương 48 Panti Asuhan
PoV Haris
“Har, Haris!”
“Iya, Yang?” Tante Susi menepuk bahuku, embuyarkan lamunan. Aku masih tak peChương 49 Cerita Nafisa
Pagi harinya kulihat Nafisa sedang menikmati sarapan. Aku duduk di kursi yang bersebrangan dengannyaChương 50 Kabur
PoV Haris
Tak berapa lama, wanita renta dengan gamis hitam kerudung putih datang menghampiri. WanitChương 51 Pinggir Trotoar
PoV Laila
Perjalanan menuju kantor terjebak macet. Mungkin karena aku datang lebih siang dari biasanChương 52 Rumah Sakit Jiwa
l
“Lo yakin itu ibunya Haris?” Sepertinya Siska tidak percaya dengan ucapanku.
“Gue yakin. Tadi gue uChương 53 Diajak Nikah
PoV Haris
Malam ini, tante Susi tidur di apartemen menemaniku. Tumben sekali janda montok itu langsuChương 54 Cemburu
Sudah setengah jam kami berempat menunggu kepergian Haris dan pacarnya dari rumah sakit di dalam mobChương 55 Haris Bertemu Nafisa
PoV Haris
Laila menoleh, aku memamerkan senyum termanis. Senyuman yang dahulu selalu mampu meluluhkanChương 56 Titik Terang
“Itu kucing lewat,” jawab Siska diiringi kekehan. Sial! Aku dikerjain.
“Habisnya lo ngelamun mulu. JChương 57 Tes DNA
PoV Haris
“Sejak kapan tanda ini ada?” Tunjuk Nafisa pada tanda bulat berwarna coklat di telapak tanChương 58 Di Butik
POV Laila
“Kayaknya bukan Haris kamu. Masa sih Ummi Abi ngijinin kamu nikah sama laki-laki yang gakChương 59 Mantan Pacar
Plakk!!
Kutampar pipi Haris dengan keras. Kurang ajar! Beraninya dia bilang aku selingkuh. Laki-lakiChương 60 Licik
PoV Haris
Tak kusangka, Laila berani menamparku di depan Siska dan Susi. Bagaimana bisa, wanita yangChương 61 Kecelakaan
Langkah kaki kuayunkan menuju kantin Perusahaan. Di kantin, aku termangu. Mengingat kembali perjalanChương 62 Haris Histeris
Setelah menerima telepon Nafisa, aku segera memesan ojek online. Lagi ngirit, gak perlulah pesan graChương 63 Mengetahui Korban Kecelakaan
Handphone berdering, aku mengerutkan kening melihat nama si penelepon. Siska.
“Napa, Sis?”
“CepetanChương 64 Kepincut Janda
“Laila?” Siska memecah keheningan di antara kami.
“Hm?”
“Nafisa udah tau kalau si Haris mantan laki lChương 65 Dijemput
l
Selesai makan, Damar langsung pamit. Aku mengantarnya sampai depan rumah.
“Kamu bawa lagi aja mobilChương 66 Salah Tingkah
Tiba di parkiran kantor, Damar mematikan mesin mobil. Aku bergegas turun. Namun, lelaki berkulit putChương 67 Wanita Bergamis Ungu
Hubunganku dengan Damar semakin dekat. Apalagi semenjak Siska cuti mau menikah. Semua pekerjaan SiskChương 68 Seperti dipelet
PoV Damar
Masya Allah, Subhanallah ... tak henti hatiku mengucapkan dua kalimat itu. Menganggumi cipChương 69 Mengumumkan
PoV Laila
Duh, kenapa dia nanya gitu sih? Ya gak salah, tapi kan rasanya gak adil saja. Aku udah perChương 70 Takut Tertular
Hubunganku dan Damar sudah berjalan satu tahun sejak lelaki yang usianya terpaut enam tahun dengankuChương 71 Sadewa Berlutut
“Kalau kamu takut aku tertular penyakit kelamin Haris, kamu boleh membatalkan rencana pernikahan kitChương 72 Haris Berpulang
“Calon suami?”
“Iya. Lu mau tau siapa orangnya?” Sadewa mengangguk. Kayak burung gagak. Tanpa ragu,Chương 73 Hotel
Isak tangis masih terdengar di ujung telepon.
“Kamu sekarang lagi di mana?”
“Aku dan keluargaku masiChương 74 Menikah
Tuduhan yang dilayangkan Sadewa membuat kami mengambil keputusan agar segera melangsungkan pernikahaChương 75 Berkali-kali
Alhamdulillah, rasa syukur tak henti aku ucapkan. Menikmati malam pertama bersama Damar, sungguh sanChương 76 Kedatangan Meyla
Setelah satu Minggu cuti dari pekerjaan kantor, aku dan Damar kembali bekerja.
Pagi ini, seperti biasChương 77 Keluar Rumah Sakit Jiwa
PoV Bu Sarnih
Akhirnya, aku bisa keluar dari tempat orang-orang yang tidak waras! Kini saatnya aku aChương 78 Rencana Licik
PoV Bu Sarnih
Hussain? Mirip nama belakang Laila. Tapi rasanya tidak mungkin kalau Nafisa punya hubuChương 79 Ke Rumah Susi
PoV Bu Sarnih
Bagaimana bisa Halimah ada di sini? Dan menjadi ibu kandung Nafisa? Atau jangan-janganChương 80 Bingung
PoV Laila
Sepertinya untuk beberapa hari ke depan aku tidak dapat berhenti kerja dulu. Ternyata banyChương 81 Tidak Menunda Momongan
PoV Laila
Raut wajah Mama berubah sendu. Ia tak seceria sebelumnya. Tampak sekali kesedihan dan rasaChương 82 Berakting
Maksudnya apa, Nafisa mengatakan Haris almarhum? Apa sebenarnya Haris sudah ... Mati?? Rasanya tidakChương 83 Istirahat
POV Bu Sarnih
"Baiklah kalau begitu. Saya hanya menawarkan saja."
Tidak perlu ditawarkan Sisi, aku tChương 84 Pindah Kamar
PoV Bu Sarnih
Setelah Nafisa keluar kamar, aku menyibak selimut. Bangkit, segera mengunci pintu kamaChương 85 Kedatangan Sadewa
PoV Laila
Hari ini aku dan Damar berencana pergi ke tempat penyaluran tenaga kerja atau asisten rumaChương 86 Pembantu Baru
PoV Laila
Raut wajah Sadewa berubah memerah. Entah menahan marah atau malu karena mendapat peringataChương 87 Bertemu Salma
PoV Bu Sarnih
Hari ini aku berencana akan menjual cincin milik Ria. Sebelum anak tidak sopan itu menChương 88 Berkunjung Ke Rumah Laila
PoV Bu Sarnih
Aku tak menduga akan bertemu dengan Salma lagi. Padahal terakhir bertemu dia akan pulaChương 89 Kumat Gila
PoV Ibu Sarnih
"Kamu ... Kamu kenal sama kakak kandungnya Haris?" tanyaku meyakinkan apa yang aku deChương 90 Rahasia Salma
PoV Laila
Tidak berselang lama, Salma datang membawa plastik berisi beberapa lembar uang kertas monoChương 91 Dilema
PoV Ibu Sarnih
Aku tidak mengerti, kenapa rambutku awut-awutan begini. Tadi pas bangun tidur, ditangChương 92 Bimbang
PoV Ibu Sarnih
Aku jadi penasaran, apa yang Nafisa lakukan sehingga Ummi Abi Laila kecewa? Oh iya, kChương 93 Memanfaatkan Kesempatan
PoV Bu Sarnih
Hari ini aku sangat bahagia sekali karena Nafisa, Erni dan Ria pergi dari rumah. NafisaChương 94 Bertemu Nafisa
PoV Laila
Minggu ini, Nafisa mengajakku bertemu di salah satu pusat perbelanjaan. Damar tidak ikut, sChương 95 Dirampok
PoV Laila
"Kamu jangan nakutin deh, La! Masa sih Ibu itu tega menggasak barang-barang di rumahku?" NChương 96 Beraksi Lagi
PoV Bu Sarnih
Di dalam mobil, aku tak henti tersenyum. Memeluk tas dengan erat. Rasanya hatiku sangaChương 97 Menggasak
PoV Bu Sarnih
Aku harus menunggu Susi benar-benar terlelap. Sambil menunggu waktu, duduk di bangku mChương 98 Meninggalkan Rumah Susi
PoV Bu Sarnih
"Iya, Pak. Walaupun baru saya beli beberapa bulan lalu, tidak masalah kalau saya jual.Chương 99 Dilaporkan Polisi
PoV Laila
"Nafisa, sabar ya?" Kupegang pundak kanan Nafisa, menuntunnya duduk di sisi ranjang. Air mChương 100 Makan Malam
PoV Bu Sarnih
Hahahha ... Hatiku sangat bahagia. Di dalam tas ini, uangku saaaaaangat banyak! SekaraChương 101 Penjara
PoV Bu Sarnih
Lemas sudah persendianku. Berharap Mas Agung yang membayar semua makanan, justru aku yChương 102 Hamil
PoV Laila
Semalam aku mendengar kabar tentang tertangkapnya Bu Sarnih oleh pihak kepolisian. BeruntuChương 103 Melahirkan
PoV Laila
Kabar tentang kehamilanku langsung dibagikan Damar melalui media sosial. Berbagai komentar
karena bagus
5d
0cerita nya bgus,bnyk pelajaran nya, sukses selalu ya kk
08/08
0baca novel nih mmg best,senang Je x perlu susah ii beli buku lagi ,dri x suka baca Novel terus sukaaa bacaaaaaaaa
01/07
0seru nihh
29/06
0good story
25/06
0bermanfaat
03/06
0ini sangat baik
19/05
0ilike janda
20/02
0bagus
12/02
0bagus
08/02
0