(các) Thẻ:
• Kecantikan
• Kampus
• Detail

“Ustaz, aku akan pulang jika kau memang memintanya, tetapi jangan suruh aku berhenti mencinta.” Benar kata orang jika cinta itu buta. Saking butanya, aku siap ditakzir ratusan kali karena sudah lancang mencintai seorang guru bahasa arab di sekolahku. Bagiku jika di masa putih abu-abu ini aku bisa mengenal rasa. Lantas mengapa aku harus menunggu beberapa tahun lagi? Melihat status kami berdua, mampukah aku meluluhkan hatinya? Atau memilih mundur dan menekan rasa yang ada akibat penolakan berkali-kali?

Bản cập nhật mới nhất

Lựa chọn của biên tập viên

Love Flame

Đoàn Linh

Một Đêm Tình Nồng

Phiêu Vũ

Lão Sư, Xin Đừng Ghét Em

Âu Vương Nghi

Chong chóng không quay

Daisy

Ta Và Ngươi Cách Biệt Một Trời Sinh Tử 3

Thanh Uẩn Tương Ly

Em là ánh dương đời anh

Ly An

Đề xuất cho bạn

Trộm Yêu Tình Hờ Của Mẹ

Tuesdays HĐT

GiẢi Mã TRái Tim Anh.

Ú.mộc.

Những Con Sóng Đời Chưa Tan

Tiên Nhi

CHUYỆN TÌNH CỦA BIỂN

Thạch Anh

Một Đêm Tình Nồng

Phiêu Vũ

Em là ánh dương đời anh

Ly An

Giây Phút Thoáng Qua

Tịch Lam

Con Đường Sinh Tử

Hưng Vinh

Chào Anh, Bác Sĩ Cố

Hạ Băng

Bí Mật Động Trời Của Trần Tiểu Thư

Hoài Thư

Bình Luận Sách (845)Để lại bình luận của bạn trên ứng dụng

• 
  yaniMari

  seru bnget cerita nya thour

  20h

    0
• 
  Wilda Nababan

  membosankan

  3d

    0
• 
  Arisaputraarisaputra

  hai

  6d

    0
• 
  AjusNaldi

  sangat bagus

  7d

    0
• 
  IlfaIlfa

  bagus tambah nonjok 😄

  17d

    0
• NantueJamila

  999

  17d

    0
• 
  SalzabilaNurfadilah

  oke

  22d

    0
• 
  SusilawatiSusi

  🔥🔥

  18/08

    0
• 
  PutriPutri

  aku sangat suha

  17/08

    0
• 
  Nilawati

  cerita nya lumayan seru

  16/08

    0

• Tổng cộng: 40

• Part 1

  “Angel!” teriak Bu Maryam.
  Aku gelagapan, mana hijab belum dipakai lagi. Kesalahanku juga sih, duduk

• Part 2

  Masih terbayang jelas olehku, ekspresi Ustaz Attar saat kukerjai kemarin. Bukan maksud hati berbuat

• Part 3

  “Ustaz! Tolong Ustaz, Angel pingsan!” teriak Tata.
  Aku masih tetap dengan aktingku, pura-pura pingsan

• Part 4

  Pagi ini, saat kokok Ayam Jago ramai terdengar. Aku justru masih bergulung dalam selimut. Entahlah s

• Part 5

  Lima hari sudah berlalu, kondisiku sudah jauh lebih baik. Bahkan bintik-bintik merah di tubuhku suda

• Part 6

  Hari ini, sepi menurutku karena biasanya aku berangkat sekolah bersama Tata. Akan tetapi, kali ini a

• Part 7

  Masih terasa sedihnya, saat Ustaz Attar menolakku kemarin. Sehingga aku tak berniat meneruskan pelaj

• Part 8

  Konyol memang, bisa-bisanya aku minum air kobokan. Hanya gara-gara terbawa emosi dan bodohnya, sampa

• Part 9

  Aku mengeluarkan plastik berisi kertas surat yang tadi siang sempat kubeli. Perasaanku makin menggeb

• Part 10

  Susah payah aku menekan rasa sakit akibat penolakan berkali-kali. Namun, sedikit pun tak pernah memb

• Part 11

  Sepulang sekolah kemarin, aku dan juga Tata sempat mengikuti Ustaz Attar pulang ke rumahnya. Sebenar

• Part 12

  Mendengar cerita dari Tata tentang penolakan yang dilakukan oleh Ustaz Attar, Ibu meradang. Beliau t

• Part 13

  Terhitung sudah tiga hari berlalu. Sejak kejadian memalukan di rumah Ustaz Attar tempo hari. Sejak i

• Part 14

  “Bu!” Tergopoh-gopoh aku berlari menemui Ibu di belakang rumah.
  “Ada apa ini Cah Ayu? Kok, lari-laria

• Part 15

  Tangisku pecah. Tepat saat Ustaz Attar dan gadis itu berdiri bersamaan. “Ustaz, jahat!”
  Semua orang y

• Part 16

  Wajah Tata pucat seketika, begitu pun aku. Skorsing bagi kami adalah hukuman paling mematikan karena

• Part 17

  Siang itu setelah sholat Zuhur, aku dan Tata memilih duduk di teras rumah Ustaz Attar untuk mencari

• Part 18

  “Umi! Dia itu murid saya di sekolah!”
  “Ya, nggak papa, toh. Jodoh nggak ada yang tahu, Le.”
  Aku sibuk

• Part 19

  Aku menatap jarum jam dinding yang bergerak menyisiri susunan angka satu persatu. Bayangan perempuan

• Part 20

  Sesampai di ruang UKS. Ternyata tak ada orang. Beliau merebahkan aku begitu saja di atas ranjang. S

• Part 21

  Aku berlari menjauh. Bukan ke sekolah, tetapi berjalan pulang. Tata berusaha mengejarku tetapi kutah

• Part 22

  “Lu, nggak bercandakan, Ta?”
  “Ngapain, gue bercanda soal serius begini, Ngel!”
  Aku sudah tak berminat

• Part 23 pov Ustaz

  Profesi sebagai seorang guru seperti keinginan umi. Terkadang membuatku harus berperang batin. Karen

• Part 24

  Niatku untuk menjauh ternyata membuahkan hasil. Dia benar-benar tak menganggap aku ada sama sekali.

• Part 25

  Tok-tok!
  “Assalamualaikum.”
  Riuh suara dari pintu depan. Sepertinya itu Tata terdengar dari suara cemp

• Part 26 pov Tata

  Bersekolah di sebuah madrasah yang keseluruhan muridnya adalah perempuan. Bagiku teramat membosankan

• Part 27

  “Kita mau kemana sih, Ta?” tanyaku saat Tata memaksaku mengikutinya ke toko pernak-pernik tempo hari

• part 28

  Setelah kepulangan Ustazah Meyra. Aku membawa masuk kotak musik pemberian Ustaz Attar yang dititipka

• Part 29

  Sekarang aku sudah tercatat jadi seorang Mahasiswi sebuah fakultas ekonomi di universitas ternama di

• Part 30

  Setelah kejadian menyesakkan kemarin aku langsung pulang menuju indekos. Aku tak peduli pada Ibu yan

• Part 31

  “Ta, Lu di mana?”
  “Di rumah, Ngel.”
  “Oke gue ke sana sekarang.”
  Tanpa menunggu jawaban dari seberang

• Part 32

  Pagi yang dingin, bahkan untuk keluar kamar saja rasanya enggan. Namun, semenjak statusku berubah me

• Part 33

  “Ustaz, kapan saya boleh kembali kuliah?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja saat makan malam.
  Ya, m

• Part 34

  “Bisa kita bicara?” tanya suamiku, ketika aku selesai mengucap salam.
  Aku buru-buru membuka mukena. D

• part 35

  Pulang dari warung, begitu tiba di rumah sepeda motor Ustaz Attar sudah terparkir di halaman.
  Ternyat

• part 36

  “Serius, lu, Ngel? Lu sudah balik kuliah lagi” Tata antusias mendengar ceritaku.
  “Yoi, gaes. Jadi tia

• Part 37

  “Ustaz, bisakah hari ini agak sore menjemputnya? Soalnya saya ingin mengajak Tata makan di luar.” Ak

• part 38

  Dari semalam aku memilih mendiamkan Ustaz Attar. Berharap dia mau minta maaf. Biar bagaimana pun, Ta

• part 39

  Malam harinya begitu aku sudah bersiap masuk ke kamar. Pintu samping rumah tiba-tiba ada yang mengge

• part 40

  Tata berdiri di belakang bersama dengan Ibu dan Bapak. Sambil memegang kue ulang tahun. Detik beriku