logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

bab 5 Penjelasan

Bab 5 Pernyataan Riana
Brak
"Mama,"
Tasya berteriak saat melihat Mbak Riana.
Astaga.. Mbak Riana
Aku menjerit melihatnya, Mbak Riana memegang dadanya, napasnya tersengal.
"Mama," Tasya memeluk Mbak Riana yang napasnya kian tersengal.
"Mas kenapa diam saja, panggil ambulance cepat!" Ucapku sedikit membentak Mas Farel. Entah dimana hati nuraninya hingga Dia tak ada inisiatip sedikitpun untuk memanggil ambulance.
Napas Mbak Riana kian tersengal, dia berusaha berucap namun sepertinya dia kesulitan untuk mengeluakan kata-kata.
"Jangan sentuh anakku! Dasar pelakor."
Baru saja aku akan mendekat dan memohon maap pada Mbak Riana tapi Ibunya dengan sinis membentakku.
Aku diam, aku sadar ini semua sedikit banyak juga karena aku juga. Andai hari itu aku tak langsung menerima lamaran Mas Farel, semua ini tak akan terjadi.
Aku dengan mudahnya percaya dengan janji dan kata-kata manis memabukkan yang di ucapkan oleh Mas Farel, sehingga begitu mantap menerima lamaranya meskipun kenal baru seumur jagung.
"Mama..,"
Aku menoleh ketika melihat jeritan Tasya, bocah itu menjerit saat kepala Mbak Riana terkulai lemas di sofa.
Dengan sigap Mas Farel mendekat dan memegang tangan Mbak Riana dan meraba nadinya.
Inalilahi wainalilahi rojiun.
**
"Sayang, kok bengong. Kita sudah sampai lo?"
Aku tersentak mendengar suara Mas Farel, segera aku menoleh kesamping.
"Astagfirullahaladzim," gumamku. Ternyata tadi hanya halusinasiku saja.
"Jadi gak ni?"
"Mas, kita putar balik ajalah," ucapku lirih.
"Lo kok putar balik, kenapa?" Tanya Mas Farel. Aku sempat melirik ekspresi wajahnya, tenang dan datar.
"Gak papa sih Mas cuma aku, aku kurang sehat," ujarku berbohong. Sebenarnya aku takut apa yang tadi dalam hayalanku menjadi kenyataan.
"Tapi kan gak enak sayang, kita sudah sampai sini. Tu lihat, yang punya rumah saja keknya sudah tahu kita datang.
Aku menatap Mas Farel sekilas, aneh kenapa justru Mas Farel kelihatan santai saja bahkan tak terlihat panik sama sekali.
"Bu Guru cantik," Tasya muncul dari balik pintu begitu aku dan Mas Farel turun dari mobil.
Bocah itu kemudian dan memelukku. Ini aneh dan diluar jangkaanku, kenapa aku yang dipeluk, kenapa bukan Mas Farel, dan kenapa Mas Farel juga tak kelihatan panik ataupun tegang.
"Om ini siapa Bu Guru?" Tanya Tasya. Netranya menatap Mas Farel namun ekspresinya biasa saja.
Sungguh aku semakin bingung sekarang ini, apa mungkin itu artinya memang semua hanya dugaanku saja.
"Om ini, suami Bu Guru cantik sayang," ujar Mas Farel membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan Tasya.
"Eh Bu Guru sudah datang ya? Mari masuk Bu Guru!" Ujar Mbak Riana dari balik pintu.
Kamipun melangkah masuk kedalam, tak ada yang aneh, semua tampak biasa saja bahkan ketika kami duduk berhadapan disofa.
"Bu, kenalin ini Bu Guru Ane, Guru bimbalnya Tasya," ujar Mbak Riana.
Perempuan setengah baya itu tersenyum ramah padaku. Ku raih tangan orang tuaku lalu kucium punggung tanganya.
"Ibu ke dapur dulu ya Bu Guru," ujar wanita tua itu setelah beberapa saat mengobrol dengan kami.
Semua biasa saja tak ada ekpresi tegang seperti dalam hayalanku tadi.
"Ma, oom ini mirip Papa ya?"
Deg
Mirip Papa?
Apa itu artinya memang dugaanku selama ini salah, foto yang kemarin kulihat itu hanyalah orang lain yang mirip Mas Farel, tapi kenapa namanya juga Farel?
"Eh iya ya Mbak subahanallah, mirip banget suami Mbak Ane sama suami saya waktu kurus dulu ya. Bahkan hampir tak ada bedanya," ujar Mbak Riana terkekeh pelan.
"Wah jangan-jangan suami Mbak itu kembar ari-ari saya," ujar Mas Farel terbahak.
Terima kasih Ya Allah, ternyata semua itu hanyalah hayalanku saja dan suamiku juga ternyata tak seburuk yang aku bayangkan.
"Oya, suami Mbak Riana kok gak pulang?" tanyaku setelah cukup lama aku hanya diam.
"Biasalah Mbak sibuk," jawab Mbak Riana pelan.
"Memamg suaminya dimana Mbak?" Tanya Mas Farel.
"Suami saya kerjanya pindah- pindah, tergantung Bosnya, dia arsitektur bangunan," kata Mbak Riana menjelaskan.
"Pak, Bu Guru, Riana, Tasya mari makan! Makanan sudah siap," ujar Ibu Mbak Riana.
"Ya Allah Bu, kok repot- repot," ujar Farel.
"Gak papa Pak, eh tadi siapa namanya?"
"Farel Bu," jawab Mas Farel.
"Lo, nama juga mirip to," ujar Mbak Riana.
"Oo, pantas istri saya pernah tanya kenal Mbak Riana apa enggak, jad ini to biangnya," ujar Mas Farel.
"Oalah iya to Bu Guru," kata Mbak Riana yang sukses membuatku malu.
Diam-diam kucubit paha Mas Farel, untung dia hanya senyum- senyum saja saat pahanya kucubit, kalau gak makin malulah aku.
"Tenang saja Bu Guru, Farel saya bukan farel Bu Guru, cuma mirip wajah sama nama saja," ujar Mbak Riana.
"Tu kan makanya jangan suudzon sayang," bisik Mas Farel.
"Bu Guru ayo makan!" Kata Tasya menggandeng tanganku.
Aku dan Mbak Riana kini berjalan beriringan.
"Kapan- kapan ketemua satu keluarga yok Mbak, nanti gantian saya yang akan menjamu Mbak Riana," ujarku.
"Iya, kalau suami saya gak sibuk ya," jawab Mbak Riana.
"Gak papa Mbak pokoknya sewaktu luangnya aja biar kita makin akrab Mbak," kataku penuh semangat.
Entah kenapa dihatiku masih ada yang mengganjal, mana mungkin orang begitu mirip bahkan nama juga mirip. Jujur maih da rasa curiga dihati ini sebelum melihat pria suami Mbak Riana itu secara langsung.
Disepanjang makan netraku tak luput memperhatikan mereka, Mas Farel makan dengan lahap sambil sesekali mengambilkan lauk untukku, sementara Mbak Riana tampak asyik melayani Tasya sementara Ibu Mbak Riana, wanita itu sesekali menatap kami dengan pandangan yang sedikiit aneh.
"Papa nginep ya malam ini," kata Tasya yang membuatku reflek langsung menatap kearah bocah itu.
"Sayang, itu Om Farel bukan Papa, kamu kangen Papa ya? Habis ini telpon Papa ya," ucap Mbak Riana pelan.
"Eh iya Tasya lupa," ucap bocah itu tersenyum dan melanjutkan makanya.
"Sudah sebulan suami saya gak pulang jenguk kami Mbak, bahkan kemarin aku masuk Rumah sakitpun dia gak begitu gak peduli. Entahlah sepertinya Dia sudah menikah lagi, saya cuma kuatir aja kalau-kalau istri keduanya itu di tipu sama Dia Mbak," ujar Mbak Riana.
"Maksudnya Mbak?" Tanyaku tak mengerti.
"Namanya lelaki Mbak, bisa saja dia mengaku bujang terus menikah lagi," ucap Mbak Maria pelan namun mengandung arti.
"Iya sih mbak, apalagi sekarang dokumen juga bisa dipalsukan termasuk KTP," ujarku.
Uhuk , uhuk
Mendadak Mas Farel yang ingin minum tersedak mendengar ucapanku barusan.

Komento sa Aklat (177)

  • avatar
    samsul bSamsul

    dimana beli diamond

    13d

      0
  • avatar
    Setyawati Setyawati

    Bagus dan menarik agak menyebalkan juga

    08/04

      0
  • avatar
    AniFerly

    seru banget.bikin penasaran

    08/01

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata