logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sakit!

“Subhanallah, ternyata anaknya laki-laki, jagoan kecil nih,” ucap Bunda Zain kepada bibi dan paman Zain.
Terlihat sekali ada raut wajah sumringah di wajah semua orang yang hadir ada di dalam ruangan itu.
“Dreeet dreeet dreeet,” getar suara handpone Zain terdengar dari saku celananya.
“Permisi, Zain keluar sebentar ya Bunda, ada telepon,” uacp Zain seraya keluar dari ruangan itu.
Zain sengaja pamit untuk keluar dari ruangan itu, ia meneriman telepon dari sekertaris pribadinya. Setelah selesai melakukan pembicaraan via telepon dengan skertaris pribadinya, Zain melihat 2 orang perawat yang membawaku menuju ruang operasi.
Kedua perawat itu membawa aku melewati Zain, tidak sengaja tanganku menggenggam tangan Zain. Ria memperhatikan tanganku yang menyentuh tangannya. Zain merasa ada yang aneh, hingga khirnya dia penasaran apa yang terjadi kepadaku, ia mengikuti aku dari belakang.
Perlahan-lahan tanganku melepaskan genggaman pada tangan Zain, tatapan matanya tidak berhenti melihat kepadaku yang semakin menjauh darinya. Zain sempat berheti sejenak dan menatap telapak tangan yang baru saja aku lepas.
“Astagfirullah,” ucap Zain menundukkan kembali tatapan matanya.
Zain menoleh kepada Bunda yang saat itu menangis karena melihat kondisiku yang semakin parah, karena beberapa sebab, luka yang ada pada tubuhku tidak cukup hanya dengan membersihkannya, tapi juga ada beberapa kulit yang harus kembali dijahit, terutama pada bagian kepala, terdapat benjolan yang harus dengan segera di operasi.
“Sepertinya baru saja perempuan itu mengalami kecelakaan,” gerutu Zain seraya berjalan mendekat ke ruang operasiku.
Sementara dokter spesialis sedang membantu proses operasiku. Di luar ruang operasi, Bunda dan ayah menungguku. Zain tidak sengaja mendengar ucapan Bunda yang khawatir pada kondisiku.
“Entah kenapa, tapi aku merasa ada ikatan batin antara aku dan perempuan itu, ya Allah, ada apa ini?” tanya Zain kepada dirinya sendiri.
Saat Zain hendak untuk menghampiri ayah dan bunda, ia berhenti karena ia melihat situasi dan kondisi saat itu tidak tepat jika tiba-tiba Zain menanyakan kondisiku.
“Tidak, tidak seharusnya aku ikut campur urusan orang lain,” ucap Zain kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara bunda Zain memanggilnya, “Zain?”
Zain menoleh dan menghampiri bundanya, ia masih menyempatkan waktu untuk meoleh ke ruang operasiku sebelum meninggalkan tempat itu.
“Ngapain kamu nak?” tanya Bunda Zain.
“Oh iya, maaf bunda,” ucap Zain.
Kemana perginya Fian?
Fian sudah pergi sejak tadi. Ia pamit kepada ayah dan bundaku karena ia harus melakukan revisi dengan dosen pembimbingnya.
Setelah beberapa waktu berada di ruang operasi, kondisiku bisa kembali stabil dan operasi berhasil. Dokter bisa mengeluarkan masalah yang mengganggu tubuhku. Hingga akhirnya, aku dipindahkan lagi ke ruang rawat inap. Setidaknya hal ini bisa membuat ayah dan bundaku tidak se-cemas sebelumnya.
Saat diperjalanan pulang, Zain mengendarai mobilnya dengan tatapan kosong. Bunda Zain dapat melihat ada sesuatu yang aneh terjadi kepada Zain.
“Nak?” panggil bunda Zain.
“Iya, bunda?” jawab Zain menoleh kepada bundanya.
“Ada apa? Kelihatannya kamu sedang memikirkan sesuatu sejak tadi kita keluar dari rumah sakit kamu diam saja, ada apa sebenarnya?” tanya bunda.
“Zain hanya merasa sedikit cemas. Tapi, Zain tidak tahu apa sebabnya,” jawab Zain.
“Perbanyaklah istigfar, nak,” ucap bunda Zain seraya mengelus pundak anaknya itu.
Zain dan bundanya melanjutkan perjalanan samapai rumah. Sementara, ayah dan bundaku sedari tadi menunggu di luar ruang operasi. Mereka mencemaskan diriku.
Dibalik tubuhku yang tidak berdaya, terdapat sebuah doa dari seseorang yang sampai saat ini tidak aku ketahui namanya.
“Ya, Tuhan. Maafkanlah hamba yang tidak tahu mengapa rasa cemas ini terlalu menyelimuti diri. Tenangkanlah hati hamba, dan permudahkanlah segala urusan perempuan itu. Maaf, ini terbilang lancang, hamba tidak tahu ada apa sebenarnya, tapi hamba merasa ada ikatan yang memaksa hamba untuk mendoakannya. Keluarkanlah dia dari masa kritisnya. Jagakanlah dirinya untuk kedua orang tuanya yang sedari tadi menecemaskan dirinya. Maafkanlah dan terima kasih untuk segala yang engkau berikan kepada kami hamba-hambamu,” ucap Zain dalah doanya setelah solat dzuhur.
Tuhan serta alam semesta seperti mendengar doa tulus darinya. Zain tidak menyebutkan namaku, karena posisinya saat itu kami tidak tahu satu sama lain. Tapi, kami dipertemukan lebih dari sekali.
Operasipun selesai, kondisiku membaik. Dokter segera memberitahu kepada ayah dan bunda, bahwa aku sudah stabil. Semujarab itukah setiap panjatan doa-doa dari hamba yang tulus?
Senyum kembali lagi di bibir ayah dan bundaku. Setidaknya dengan kabar bahwa aku sudah melewati masa kritisku, hati ayah dan bundaku bisa agak tenang.
Tepat di pukul 15.00, Fian datang untuk menjenguk aku. Saat itu, dokter dan perawat mempersilahkan siapapun yang ingin menjengukku untuk masuk ke ruang rawat inap. Tapi, tidak boleh sampai mengganggu istirahatku.
Saat itu, Fian masuk ke dalam ruanganku. Aku sudah bisa membuka mataku semenjak ada suara Fian dari luar yang meminta izin untuk menjengukku.
Walaupun kau tahu, Fian akan masuk ke dalam ruanganku. Aku sama sekali tidak membuka mataku. Saat itu, masih ada amarah yang sangat besar dalam hatiku terhadapnya. Bahkan, aku masih enggan untuk melihat dirinya bersama dengan penghianatan-penghianatan yang sudah ia lakukan kepadaku.
“Nafisah,” ucap Fian ketika masuk ke dalam ruanganku.
Saat itu, Fian membawakan aku bucket bunga mawar putih, kesukaanku. Ia duduk di sampingku dan meletakkan bucket bunga itu di meja samping tempat tidurku. Ia menggenggam tanganku, aku risih sekali, ingin rasanya aku melepaskan genggaman tangannya.
“Nafisah, maaf ya. Karena aku kondisimu saat ini jadi begini. Aku minta maaf, tapi jujur saja, aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana lagi. Aku dan Bilqis, kami masih saling mencintai, tapi aku tidak bisa mengetakan itu kepadamu. Aku minta maaf,” ucap Fian yang saat itu tidak tahu bahwa aku sudah sadarkan diri dan mendengar semua yang ia ucapkan.
Secara tidak langsung, aku adalah penghalang dalam hubungan mereka. Kenapa tidak dikatakan dari awal saja, jika mereka masih ada rasa. Setidaknya, aku bisa mundur tanpa harus berlama-lama berada di antara dua orang yang masih sama-sama mencintai.
Sakit sekali mendengar pernyataan itu langsung dari mulut Fian. seperti teriris rasanya hatiku. Membayangkan orang yang selama ini menjadi tempat berbagi suka dan dukaku, ternyata masih menyimpan rasa dengan mantan kekasihnya.
Aku menahan rasa sakit itu sudah sejak lama, dan kini sebuah kaca yang awalnya hanya retak, hancur seketika. Hanya tersisa serpihan dari pecahan-pecahan setiap bagiannya. Mana mungkin bisa kembali seperti semula?
Aku semakin risih dan ingin agar Fian segera pergi dari hadapanku. Aku ingin menyuruhnya keluar di saat itu juga. Sebenarnya, apa yang ia rasakan saat bersamaku selama ini adalah sebuah kebohongan semata.
Lantas mengapa saat itu ia menyatakan perasaanya kepadaku?
“Kamu segera membaik ya, setelah kamu sudha baik-baik saja kita bisa bahagia bersama lagi,” ucap Fian seraya mengusap lembut kening dan telapak tangaku setelah itu ia pergi meninggalakn aku di ruangan itu.
Air mata yang sedari tadi aku tahan ketika ada Fian tertumpah membasahi pipiku begitu saja ketika kepergiannya. Nafasku tidak stabil, aku mencabut setiap selang dan infus yang ada pada tubuhku.
Aku merasa sakit pada fisikku tidak seberapa sakitnya ketika mengetahui setiap dugaan demi dugaan yang aku pikirkan tentang penghiantan Fian adalah sebuah kebenaran. Aku tidak bisa berpikir lain lagi, selain hatiku yang semakin lama semakin sakit.
“Seandainya saat itu tertembak oleh granat sekalipun dari setiap sudut yang ada, tidak akan terasa karena semuanya ditutupi oleh rasa sakit yang diberikan oleh Fian” ujarku seraya menahan dadaku yang sesak.
Aku menoleh pada mawar putih yang ia bawakan untukku. Aku membencinya, aku melempari busket bunga itu ke lantai dan berserakan dimana-mana.
Setelah itu…

Komento sa Aklat (87)

  • avatar
    Uda Win

    mantap dan asik

    10d

      0
  • avatar
    Rizkiikilonek

    assalamualaikum

    12d

      0
  • avatar
    Fajrin Setyawan

    bagus

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata