logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Akhirnya Kencan Juga

Sepulang dari restoran, Hana mengatakan bahwa dia tidak ikut Airin dan Mira yang akan berbelanja di mall.
"Kenapa nggak ikut? Aku punya voucher diskon loh, bisa dipake buat kita bertiga." bujuk Mira sambil berusaha menahan Hana.
"Tidak, my lady. Saya sudah memiliki janji." Balas Hana berseloroh, bergaya layaknya ksatria yang menolak ajakan tuan putri.
Airin mendecakkan lidahnya. "Udahlah ya kebanyakan gaya deh. Ini masih belom sore banget, loh. Masih banyak waktu sampe janji kencan, kan?"
"Emang. Tapi aku mau siap-siap, dandan cantik biar dia klepek-klepek sama aku." Hana mengering nakal kemudian berlari meninggalkan kedua sahabatnya.
"Bagus, ya. Mentang-mentang mau kencan, temen dilupain!"
Teriakan Airin terdengar dari belakangnya. Tetapi Hana tidak terprovokasi. Dia melambaikan tangannya tanpa berbalik dengan cara yang keren, seperti karakter hero di televisi.
Seperti kata Airin, masih belum terlalu sore. Ketika Hana tiba di rumah, jam baru menunjukkan pukul setengah 5. Sedangkan janjian kencan ditetapkan pukul 7 malam. Jadi Hana masih punya waktu sekitar 2 setengah jam untuk bersiap-siap.
Gadis itu melemparkan tasnya ke tempat tidur, mengikat rambutnya tinggi-tinggi lalu membuka lemarinya yang berukuran besar. Disana, berjajar pakaian-pakaian bermerek yang sebagian belum dipakai.
Hana berdiri di depan lemari untuk waktu yang lama, menimbang-nimbang pakaian apa yang cocok untuk dipakai kencan nanti.
Hana mengambil gaun terusan berlengan pendek dengan rok selutut. Gaun itu bergaya lolita, gaya yang sebenarnya tidak terlalu disukainya. Entah apa yang dipikirkan Hana saat membeli gaun itu, mungkin karena bujukan Airin yang terlampau kuat.
"Hmm, warnanya oke. Desainnya juga lucu, tapi terlalu unyu. Aku bakal kayak anak SD kalo pake ini." gumam Hana.
Kemudian dia mengambil pakaian lainnya. Hana mengangkat gaun hitam berpotongan rendah di depannya. Memandangnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Gaun itu tampak seksi, dengan bahan sifon yang lembut. Memancarkan aura dewasa yang menggoda bahkan ketika itu belum dipakai.
"Yang ini terlalu provokatif. Eh tunggu, baju siapa sih ini? Kayaknya aku nggak pernah beli yang begini."
Hana masih bingung tapi berpikir sebanyak apapun tetap tidak menemukan jawaban. Gadis berkulit putih itu meletakkan kembali gaun kedalam lemari dan memilih yang lain.
Kali ini, dia mengambil blus berwarna krem. Terlihat polos namun tetap menawan dan Hana langsung menjatuhkan pilihannya kepada blus polos ini.
Hana meletakkan blus ke tempat tidur lalu memilih rok midi skirt lebar berwarna hitam polos sebagai bawahannya.
Pakaian sudah dipilih, tinggal menentukan sepatu dan aksesoris lainnya. Namun itu jauh lebih mudah daripada saat memilih pakaian.
Teringat bahwa saat ini dirinya tidak punya uang berlebih, Hana pun memiliki ide cemerlang.
Dikatakan di dalam lembar perjanjian bahwa biaya konsumsi akan ditanggung oleh penyewa. Sebenarnya bisa saja seseorang merental pacar tanpa mengajak pacar sewaan itu makan dan sebagainya, tapi itu terlihat tidak sopan dan tampak sangat pelit.
Karena alasan inilah, Hana memunculkan ide ini dari kepalanya. Dia berniat membawa bekal dari rumah. Jadi meskipun dirinya tidak punya uang untuk mentraktir, dia dan Juna masih bisa menikmati makan malam bersama.
Dia turun ke bawah menemui bibi pembantu.
"Bi," panggil Hana, setelah menemukan wanita paruh baya itu duduk di teras belakang.
Bibi pembantu kala itu sudah beristirahat dan tidak memiliki hal lain, menyambut Hana dengan ramah.
"Ada apa, non Hana? Perlu sesuatu?"
Hana tersenyum, "bisa minta tolong masakin sesuatu nggak, Bi? Mm, gini, aku punya rencana jalan sama temenku nanti malam dan aku pengen bawa bekal buat makan malam bareng dia gitu, Bi."
Bibi pembantu segera mengerti. "Oke, untuk dua orang, ya? Non Hana mau masakan apa?"
Hana berpikir sejenak. Dia tidak bisa memperkirakan makanan apa yang akan disukai Juna, jadi Hana hanya pasrah menyerahkan tugas mencari menu kepada bibi pembantu.
"Standar aja kali ya Bi? Pokoknya ada lauk dan sayur, udah beres."
"Oke non."
"Nanti kalau udah selesai taruh diatas meja aja ya, Bi."
"Siap."
Bibi pembantu pun segera memulai pekerjaannya. Sementara Hana kembali ke kamarnya.
-
Memakai lulur dan berendam sebentar, rupanya memakan waktu cukup lama. Ketika Hana keluar dari kamar mandi, sudah pukul 6.
Saat itu handphonenya berbunyi, ada notifikasi email lagi dari pihak rental. Menanyakan hal serupa seperti sebelumnya.
Setelah sekali lagi membalas email, Hana mengeringkan rambutnya dan memulai mengoleskan produk perawatan kulit serta wajah. Hana tidak pandai mengaplikasikan make up. Tetapi jika hanya sekedar memakai bedak, lipbalm serta eyeshadow, Hana bisa.
Selain tidak bisa makeup, Hana pun tidak terlalu pandai menata rambut. Setelah dia memakai blus dan roknya, dia merasa bahwa tidak apa-apa membiarkan rambutnya terurai.
Dara berusia 17 tahun itu berputar di depan cermin full body miliknya.
"Cantik." katanya, mengomentari diri sendiri.
Hana tidak mengambil aksesoris apapun dan langsung ke tahap terakhir yaitu memilih sepatu. Menyesuaikan warna krem dan hitam pakaiannya, Hana memilih sepatu boots heel berwarna senada dengan roknya.
Penampilan gadis itu tidak terlihat polos juga tidak terlihat agresif, tetapi menawan.
Setelah semua siap, Hana membawa tas kecilnya dan turun ke lantai bawah. Sambil berjalan ke dapur, dia memeriksa isi didalam tas.
"Hape, ada. Dompet, ada. Kartu pelajar, ada. Oke." gadis itu bergumam.
Diatas meja makan sudah ada rantang stainless kecil yang mudah dibawa. Hana tahu itu adalah makanan yang dia minta kepada bibi pembantu.
Dipikir lagi rantang stainless memang mudah dibawa, tapi jika menentengnya sambil berkencan sangatlah tidak nyaman.
Hana pun mengubah tasnya dan membawa yang lebih besar, yang kira-kira bisa memasukkan rantang makanannya.
Di pintu depan, Hana bertemu ayahnya yang baru saja turun dari mobil.
Ayah Hana belum terlalu tua. Baru berusia 40 an dan masih terlihat tampan. Jika saja tidak ada guratan kelelahan di wajahnya, penampilannya akan jauh lebih segar.
"Papa." Sapa Hana.
Ayah Hana masuk kedalam rumah. Melihat putrinya berdandan rapi, dia bertanya.
"Hana rapi bener. Mau kemana?"
Hana tersenyum. "Mau pergi sama temen, Pa. Ada janji."
Ayah Hana bertanya lagi. "Sama Airin?"
Hana hampir mengangguk tapi berhenti. Dia berpikir jika dia mengangguk maka dia berbohong kepada ayahnya. Tetapi jika tidak, ayahnya akan bertanya dengan siapa dia pergi.
"Umm …,"
Hana ragu-ragu.
Mungkin karena sudah terlalu lelah, jadi ayah Hana tidak terlalu menyelidiki anak gadisnya. Dia hanya berpesan agar tidak pulang terlalu larut malam setelah itu masuk kedalam rumah.
Awalnya Hana sudah bersiap akan dicecar pertanyaan oleh sang ayah. Tapi rupanya ayahnya terlalu lelah bahkan untuk memperhatikan dirinya. Lalu Hana teringat kata-kata ibunya beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa kantor sedang bermasalah.
Ranah itu bukan lingkup urusan Hana. Jadi dia segera melupakan sedikit rasa resah ketika melihat ayahnya yang tampak kelelahan.
-
Hana pergi ke titik temu kencan menggunakan taksi.
Segera, dia tiba ditempat tujuan, yaitu taman kota. Sebenarnya ini adalah titik temu kencan yang sangat standar, karena kebanyakan orang-orang datang kemari untuk menghabiskan waktu bahkan jika itu bukan di malam tahun baru. Bedanya hanyalah ada kembang api atau tidak.
Hana turun dari taksi dan berjalan ke keramaian. Tangannya memegang tali tas yang tergantung di bahunya. Gadis itu menoleh ke kanan-kiri berusaha mencari-cari sosok yang dinantikan.
Saat Hana sibuk menoleh ke arah lain, sebuah suara yang familiar mengagetkannya.
"Ini Hana, ya?"
_______

Komento sa Aklat (223)

  • avatar
    UrielaYin

    I like this one. I just hope it can have an English version. Yay! 😍 So much love. 😍

    20/06/2022

      1
  • avatar
    eyeblur

    loveee

    23d

      0
  • avatar
    putrishahira

    sangat bagus sekali untuk kamu yg ingin menghasilkan uang secara baca

    27d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata