logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Ternyata Pernah Ketemu

"Kamu kenapa kaget gitu? Ada yang kamu kenal, kah?" Airin yang mulai asyik mengisi formulir pun mengalihkan perhatiannya kepada Hana karena penasaran.
Jari lentik Hana menunjuk salah satu foto. "Yang ini, orang yang pernah kuceritain waktu itu."
Mira mengerutkan keningnya. "Kamu sering banget deh cerita. Cerita yang mana?"
"Yang aku telat dateng ke sekolah, terus nggak sengaja nabrak orang dijalan."
Airin mengulurkan tangannya. "Tunggu, aku lupa deh. Ceritain ulang, dong."
Hana memutar matanya dengan kesal tetapi masih tetap memulai ceritanya.
_
Hari itu Hana bangun kesiangan. Sadar bahwa dirinya akan terlambat, dia mandi dan bersiap-siap secepat mungkin.
Setelah selesai, Hana berlari sekencang yang dia bisa sambil sesekali melirik jam tangan biru safir yang melingkar di lengan kirinya.
Rasanya seperti jam berputar lebih cepat, membuat Hana semakin panik. Entah berapa banyak orang yang hampir dia tabrak, Hana hanya meneriakkan kata maaf sambil terus berlari.
"Aduh!"
Pada akhirnya, Hana pun menabrak seseorang. Hana berhenti dan buru-buru meminta maaf.
"Maaf, saya buru-buru."
"Bisa nggak kamu nggak usah lari-lari gitu? Kamu pikir kamu aja yang buru-buru? Lihat, gara-gara kamu hape ku jatuh." Pemuda yang Hana tabrak berkacak pinggang sambil berteriak marah.
Hana menatap ponsel yang tergeletak di tanah, layarnya remuk total. Gadis itu semakin merasa bersalah. "Maaf banget, kak."
Tentu saja pemuda itu tidak memaafkan Hana semudah itu.
"Aku nggak mau tau. Pokoknya kamu harus gantiin hape ku yang kamu rusak sekarang juga."
Mendengar itu, Hana langsung merasa ingin menangis. "Tapi saya lagi nggak bawa uang."
"Nggak mau tau."
Karena suara pemuda itu begitu nyaring, orang-orang jadi penasaran dan berkerumun di sekitar mereka. Semakin banyak orang, semakin arogan pemuda itu.
"Di hape ku itu banyak hal yang penting. Kalo kamu nggak ganti sekarang, kamu kulaporin ke polisi."
Membayangkan dirinya dijemput paksa dan diborgol oleh polisi, Hana langsung gemetar. "Jangan gitu kak, tolong kasih saya waktu sampe besok. Sekarang saya harus buru-buru kesekolah, ada ujian pagi ini."
Hana memohon dengan air mata menggenang di pelupuk mata. Tapi pemuda itu tidak peduli.
"Aku bilang sekarang ya sekarang. Kalo nggak, yang ada kamu kabur nggak mau tanggung jawab."
"Aduh kak, niat saya nggak gitu. Saya–"
"Sini biar aku aja yang gantiin."
Diantara kerumunan, suara itu jelas. Hana menoleh dan mendapati seorang pemuda berpakaian rapi maju dan berdiri di sampingnya.
Dia menoleh ke arah Hana. "Cepet pergi ke sekolah, katanya lagi ada ujian."
Hana ragu-ragu. "Tapi–"
Pemuda berpakaian rapi itu tersenyum. "Udah nggak usah kuatir. Yang disini biar aku yang urus. Gih, sana."
Pikiran Hana kini kembali dipenuhi oleh ujian yang akan datang. Tanpa pikir panjang Hana langsung berlari keluar dari kerumunan.
"Terimakasih banyak!" Teriaknya.
---
Selesai dengan ceritanya, Hana memandang kedua sahabatnya yang memiliki ekspresi berbeda.
Hana bingung mengapa mereka seperti itu.
"Kalian kenapa?" Tanyanya curiga.
Yang pertama meledak adalah Airin. "Ceritanya klise banget! Tapi intinya, kamu punya utang sama dia?"
Hana mengangguk kaku. "Ya, kira-kira begitu."
"Kalo gitu cepet temuin orangnya dan bayar! Jangan berlarut-larut, itu hutang loh!" Kata Mira, dia memukul meja dengan ekspresi wajah yang berapi-api.
"Iya, iya. Aku bukannya nggak mau bayar. Cuma nggak tau mesti gimana nyari orangnya." Hana berkilah dari tatapan membunuh kedua temannya.
Airin meletakkan pulpennya. "Tadi barusan aku liat dia ada kok. Bentar ya aku tanyain dulu."
Sembari menunggu Airin, Hana kembali melihat-lihat foto dan biodata pemuda itu. Di sana tertulis nama panggilannya adalah Juna, tinggi badannya 183cm, dan usia 24 tahun.
Mira mendekat dan menepuk lengan Hana.
"Aku masih bingung deh, kok bisa-bisanya dia sebaik itu mau bayarin padahal bukan urusan dia? Gini, dia berbuat baik sama orang asing nggak salah sih cuman kok bisa gitu loh? Secara kan ini menyangkut soal uang." Mira mulai menganalisa pihak lain.
Mendengar argumen Mira, mau tidak mau Hana juga bingung.
"Dipikir-pikir, iya juga ya. Mana ada orang berbuat baik apalagi bantuan soal uang ke orang asing?" Hana tampak berpikir sejenak. "Oh, aku tau. Apa mungkin karna aku cantik?"
Mira memukul kepala Hana menggunakan kertas katalog. "Nggak logis!"
"Ya trus apa, dong? Nggak ada penjelasan lain yang bisa diterima soalnya." Hana memprotes. "Tapi kalo boleh jujur, sebenarnya aku naksir dia."
Mata Mira membulat. "Kok bisa?"
"Karna dia ganteng banget. Pokoknya habis kejadian itu aku terbayang-bayang dia mulu!" Hana mengeluh dengan suara merengek yang menyedihkan.
Mira hendak menjawab rengekan Hana tetapi dia melihat Airin telah kembali. Ada pemuda tampan mengikuti Airin dari belakang. Mira pun menyenggol Hana.
"Yang itu kah orangnya?" Mira menunjuk menggunakan isyarat bibirnya.
Hana menoleh lalu menggeleng. "Bukan."
Airin dan pemuda itu datang dan duduk bersama mereka. Hana, Mira dan Airin duduk berseberangan dengan pemuda tampan itu.
"Halo, kalian bisa manggil aku Reiki. Kalo ada yang nggak ngerti, boleh banget kok tanya-tanya."
Reiki berbicara dengan lancar dan disertai senyuman manis di wajahnya.
Hana mengangkat katalog dan menunjuk foto Juna. "Aku mau nanya, boleh nggak ketemu dia?"
"Oh, mau rental dia?" Reiki balik bertanya.
Hana menggeleng. "Aku mau bayar hutang."
Jawaban Hana diluar dugaan Reiki. Senyum di wajahnya membeku sejenak. "Oh, bisa sih. Tapi barusan banget Juna nya pergi nemuin klien."
Semangat Hana segera kempes. Melihat sahabatnya yang putus asa, Airin menghibur. "Nggak usah sedih. Gimana kalo ngerental dia sejam buat bahas masalah itu?"
Hana menunjukkan tag harga kepada Airin. "Mahal."
Mira ikut melihat tag harganya. Dia berseru kaget. "Eh, iya mahal banget."
Reiki tertawa kecil. "Iya, kakak cantik. Disini kami menyediakan dua kategori. Satu kategori A, yang harganya cukup terjangkau. Satu lagi kategori S, yang agak mahal karena kualitasnya juga kelas atas. Eh, bukan bermaksud bilang kalo yang di kategori A nggak bagus ya. Mereka ganteng-ganteng, kok. Cuma kurang berpengalaman alias talent baru. Gitu."
Hana melirik lagi tag harga yang dikatakan Reiki 'agak' mahal itu.
Disana jelas tertulis, untuk kategori S rental per satu jam-nya adalah 350k, dua jam 600k dan yang paling lama tiga jam dengan harga 950k. Jika menyewa selama tiga jam maka akan mendapat bonus kejutan.
Selain harga, di sana juga tercantum berbagai benefit yang didapat oleh penyewa. Tapi Hana tidak tertarik dengan benefit ataupun bonus kejutan yang entah apa itu karena sekali melihat daftar harga benar-benar membuatnya lemas sampai ke tulang.
"Gimana? Hana mau rental?" tanya Airin.
Hana menggeleng. "Nggak. Aku nggak sanggup sama harganya."
Airin menatap sahabatnya yang seperti balon kempes itu. Dia ingat Hana pernah bercerita kalau dia naksir pemuda yang menolongnya saat itu.
Orang yang Hana berhutang Budi sekaligus yang ditaksir adalah orang yang sama, Airin tahu itu.
"Sewa aja sejam, Hana. Nanti kan kalian ketemu, bisa dong ngobrolin masalah bayar hutang, sekalian pdkt." Airin mengedipkan sebelah matanya.
Mira juga tahu ini kesempatan Hana untuk pdkt, namun jika harus mengorbankan uang Mira agak tidak setuju. "Kan kita bisa datang kesini tiap hari. Nggak mungkinlah nggak bisa ketemu."
Hana juga bimbang. Setelah menimbang untuk waktu yang lama, akhirnya dia mengambil keputusan.
"Aku mau rental dia, untuk malam tahun baru."
_______

Komento sa Aklat (223)

  • avatar
    UrielaYin

    I like this one. I just hope it can have an English version. Yay! 😍 So much love. 😍

    20/06/2022

      1
  • avatar
    eyeblur

    loveee

    23d

      0
  • avatar
    putrishahira

    sangat bagus sekali untuk kamu yg ingin menghasilkan uang secara baca

    27d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata