logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

PART 6 RUANG TELAH HILANG

……
“Ruang telah hirap. Kepercayaan berubah curiga. Segala sketsa diuntai dengan sigap. Agar kau tak mampu bermain anala.”
……
Hari ini aku tidak seceriah sebelumnya, lebih sering melamun dan menyendiri. Aku sibuk memecahkan misteri tentang ayah dan Dika. Di dalam benak bermunculan dokrin-dokrin negatif tentang ayah dan keluarga Dika. Asumsi ini semakin kuat dari beberapa kejadian janggal yang kutemukan berdasarkan hasil penyelidikan kemarin.
Feelingku hari ini dia tidak masuk, karena 10 menit lagi mata kuliah akan dimulai. Namun ternyata kali ini salah, lelaki menyebalkan itu masuk juga setelah 2 hari tanpa keterangan. Saat itu aku bersikap biasa, seperti tak ada apa-apa, menanyakan kabarnya pun aku enggan.
Mataku tetap tertuju lurus ke papan tulis yang ada di kelas. Seolah tak menggubris kedatangannya. Namun sungguh tak kusangka, seenaknya dia memilih duduk di sebelahku, tidak taukah dia bahwa akaraku sudah melambung tinggi dan tak beraturan karenanya. Lalu tanpa merasa salah, dia menyapa. "Malas sekali rasanya," dalam hati menggerutu.
“Hai Dina, apa kabar, lama tidak berjumpa, kuharap kami baik-baik saja, bagaimana sudah merindukanku belum?” tanyanya sok ramah.
"Ahh... ada apa gayanya tiba-tiba sok ramah," tanyaku pada diri namun pertanyaannya sedikit pun tak kugubris.
Kini mukaku datar seperti raut wajah Dika yang dulu. Keadaan seolah berbalik, justru aku yang menjadi pendiam saat bersamanya, sementara Dika lebih sering berbicara. Aku curiga akan perubahan drastis yang terjadi pada Dika. Apa semuanya ada kaitan dengan dia tidak kuliah 2 hari yang lalu? semua masih menjadi misteri kelam yang belum memiliki titik temu. Karena jujur, sikap ramah Dika menimbulkan tanda tanya baru di kepalaku, ada apa lagi ini?
Dika yang sebelumnya jarang berbicara saat bersamanya, berubah jadi sosok ramah. Sungguh mencurigakan. Tetapi jika kutelusuri sikap ramah Dika hanya berlaku pada diriku. Sedangkan pada orang lain masih sama, memasang muka datar yang cuek seakan tidak perduli. Ternyata bukan hanya aku yang merasakan hal beda, teman-teman satu kelas juga merasakannya. Hal ini membuatku semakin tidak nyaman.
Teman-temanku kaget dan terheran melihat perlakuan Dika terhadapku, tak terkecuali Rara dan Sindy. Mereka heboh menggoda diriku dan menganggap bahwa Dika menyukai aku.
"Din, kamu sadar perubahan sikap Dika terhadapmu?" tanya Sindy.
"Menurut kalian seperti apa?"
Dinna kembali melempar pertanyaan karena malas menjawab pertanyaan temannya itu.
"Kok balik nanya sih, Din?" tanya Sindy kesal tak mendapatkan jawaban.
"Lalu maumu apa?"
"Ya dijawab, Din"
"Dinna lagi mikirin Dika, Sin. Maklum lagi jatuh cinta, jadi sedikit sensi," ejek Rara.
"Berhenti menanyakan tentangnya lagi! Dia tak penting dan aku membencinya."
Dinna pergi meninggalkan Sindy dan Rara dengan penuh amarah.
"Kamu sih, Ra bicara sembarangan, marah kan orangnya," ucap Sindy menyalahkan Rara.
Mendengar hal itu Rara tidak menerimanya, iya melakukan pembelaan diri.
"Sin, bukannya kamu yang memulai menyudutkannya? Aku hanya menambahi. Jadi yang salah itu kamu, bukan aku," jelas Rara kembali menyalahkan.
" Kamu..."
"Keras kepala ya kamu, Sin."
Rara dan Sindy masih berdebat saling menyalahkan, dua-duanya merasa benar dan tidak ingin terlihat salah.
Di sisi lain, Dinna menggerutu pada kedua sahabatnya itu, ia kesal mengapa mereks justru menuding hal yang sama seperti teman-temannya lainnya. "Kupikir mereka sudah benar-benar memahami diri ini, namun ternyata aku salah, justru Rara dan Sindy terus memojokkanku," ucap Dinna kesal.
Dalam lamunan kesalku, aku kembali terpikir tentang pembicaraan orang-orang tentang perubahan sikap Dika padaku. "Apa benar dia bersikap seperti ini karena menyukaiku? tapi kurasa ini hanya asumsi orang yang salah, aku tak yakin Dika menaruh hati, ini pasti karena bagian dari triknya," ucap aku suudzhon padanya.
Dokrin buruk tentangnya, membuat aku semakin curiga rencana apa lagi yang sedang dia susun. Tidak cukupkah yang kemarin? hari-hariku penuh dengan rasa menyebalkan itu karenanya, dan sekarang dia hadir lagi dengan warna yang berbeda. Sikapnya membuatku terombang-ambing pada asumsi penuh kebimbangan. Jikalau dia berniat jahat pada keluargaku aku takkan memaafkannya. Akan kubuat perhitungan setimpal.
"Aku bukan orang anak kecil yang bisa kau bohongi terus menerus. Aku yakin suatu saat nanti niat busuknya akan terbongkar, akan kucari bukti sekuat mungkin," ucap Dinna penuh amarah.
Setelah lama bertengkar dan saling menyalahkan, Rara dan Sindy akhirnya sadar bahwa keduanya sama-sama salah, tak seharusnya mereka menyudutkan sahabatnya itu tanpa mendengarkan apa yang dirasakan Dinna yang sebenarnya.
Rara dan Sindy pun saling baikan, dan mencari keberadaab Dinna untuk meminta maaf kepadanya.
"Din, maafkan kami. Harusnya kami tidak bersikap sembarangan seperti tadi," guman Rara merasa bersalah.
"...." Dinna hanya diam dengan bibir yang dimanyunkan pertanda masih kesal karenanya.
"Din jangan marah dong, kami minta maaf ya cantik," bujuk Sindy.
"Haha, muka kalian lucu kalau tegang gitu, aku hanua bercanda teman, tak apa sudah aku maafkan," ejek Dinna sambil tertawa terpikal-pikal.
Tanpa disadari mereka sudah lama di luar kelas. Mereka pun masuk untuk melanjutkan mata kuliah. Saat pembelajaran selesai, dia menawariku untuk jalan bersama. Katanya ada sesuatu yang sudah ia siapakn untukku. Tetapi aku menolaknya dengan keras. Takkan kubiarkan ia masuk ke hidup keluargaku lagi. Aku pun pergi tanpa meninggalkan kata. Dika merasa binggung kala itu sikapku aneh, tak biasanya aku sedingin itu. Sikapku sungguh menciptakan spektrum ambiguitas dalam pola pikir Dika. "Ada apa dengan Dinna?" tanya Dika dalam hati.

Komento sa Aklat (74)

  • avatar
    MardianaRina

    Dina hidup itu roda terus berputar kadang diatas kadang juga dibawah.. Hmm beruntung ada Dika jadi hidup lebih bwrwarna ya Dina

    04/02/2022

      10
  • avatar
    MeilandaIndah

    Mantab, ceritanya seru

    29d

      0
  • avatar
    WiyantoKusumo

    bagus

    11/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata