logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 4 Pertemuan Jalan Takdir

Sena yang terlihat berkeringat dingin itu kemudian dirinya berbenti memakan makanan miliknya. Loli yang menatapnya dengan heran kemudian hendak mengatakan sesuatu kepadanya hanya saja Sena semakin terlihat berkeringat dingin. sampai akhirnya mereka berdua berpisah dan Sena hanya seorang diri. Dirinya kali ini menyusuri jalanan dan kemudian dalam perjalanan pulang dirinya bertemu dengan seseorang di jalan secara tidak sengaja. Sena menabraknya dan kemudian dirinya menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya itu kemudian memegang lengannya dan membuatnya terkejut dalam waktu cepat. mereka berdua terlihat bertatapan dan kemudian saling menatap semakin lama. Sena membungkuk dan meminta maaf kepada perempuan yang ada di hadapannya itu dan perempuan itu juga kemudian memegang tangannya.
“Maaf kan saya. Saya sungguh tidak melihat anda karena terburu- buru,” ucap Sena. Kemudian perempuan itu mengulurkan tangannya dan mencoba menenangkan Sena.
“Tidak apa-apa. saya tahu anda tidak sengaja menabrak saya. Lagi pula saya juga sedang terburu-buru,” ucap perempuan tersebut.
“Maaf, siapa namamu?”
“Ya? Panggil saja Rebecca.”
“Baiklah.”
“Lalu, anda siapa nama anda?”
“Sena.”
“Okay. Kalau begitu saya permisi dahulu.”
“Ah, iya.”
Rebecca yang berpapasan dengan Sena itu kemudian pergi dan di sana Sena melihatnya sampai orang tersebut tidak lagi kelihatan. Dirinya memutuskan untuk pulang walau sebenarnya merasa ragu. Sena kemudian memasuki minimarker yang ada di dekat jalan yang di laluinya. Dirinya kemudian mengambil beberapa beer yang ada di lemari es tanpa ragu. Sena melihat jam yang ternyata masih belum tengah malam. Tidak lama setelahnya, dirinya langsung pergi menuju ke rumahnya. Langkah kakinya terasa berat meski begitu dirinya mencoba untuk memberanikan dirinya hingga akhirnya sampailah di depan gerbang rumahnya dan perlahan dirinya mulai memasuki tempat tersebut dengan pandangan yang terlihat di penuhi keringat dingin. Sena mencoba untuk membuka gerbangnya dan ketika dirinya hendak membuka gerbang tersebut tiba-tiba seorang perempuan muda berdiri di sampingnya dan melihatnya dengan pandangan dingin. Sena yang melirik ke arahnya kemudian terkejut bukan main hingga membuat sekantong beer yang di pegangnya jatuh dan dirinya juga berada di tanah. Pandangannya menjelaskan bahwa dirinya sedang ketakutan dan keringat dingin terus bercucuran di keningnya. Sena berteriak dengan cepat begitu dirinya terjatuh di lantai saking terkejutnya.
“Anda baik-baik saja?” tanya perempuan itu.
“Apa?”
Sena kemudian mencoba untuk berdiri hingga perempuan tersebut kemudian membantunya untuk berdiri. Sena merasa malu dan mulai meminta maaf kepada orang yang ada di hadapannya itu. perempuan tersebut memiliki rambut hitam dan bermata emas. Sena kemudian mencoba membuka kembali pintu gerbangnya setelah dirinya mulai merasa baik-baik saja. Sementara perempuan tersebut masih berada di sana walau dirinya sudah berada di dalam gerbang rumahnya. Perempuan itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya dan terdengar seperti ucapan penyemangat.
“Istirahatlah. Mungkin anda terlalu lelah karena itu jangan memaksakan diri. Selamat malam,” ucap perempuan tersebut.
“Terimaksih banyak. Saya akan mengingat apa yang baru saja anda katakan.”
Sena kemudian memasuki rumahnya. Sementara perempuan tersebut masih berdiri di sana dan kemudian menatap ke arah jendela kamar rumah Sena yang berada di lantai 2. Di sana terdapat sesuatu. Seperti seseorang sedang berdiri sambil memandanginya dengan tatapan tajam. Dan kemudian sosok itu menghilang begitu perempuan tersebut berhenti memandangi ke arah sana. Sena kemudian membukakan pintunya dan seketika perempuan itu mengatakan sesuatu kepada Sena di dalam hatinya.
‘Kuharap nona itu baik-baik saja,’ batin perempuan tersebut lalu pergi dari tempat tersebut.
Kali ini, Rebecca yang sedang berada di dalam laboratorium dan sedang melaksanankan praktik. Di sana, dirinya tiba-tiba saja melihat sesuatu dan kemudian membuuat dirinya menjatuhkan benda yang ada di depannya itu. temannya yang melihat hal tersebut kemudian menghampirinya dan bertanya kepadanya yang terlihat gelisah sambil membantunya membereskan pecahan gelas yang sebelumnya di gunakan oleh dirinya ketika sedang praktik.
“Kau lelah?” tanya temannya.
“Ah, iya. Kurasa begitu.”
“Setelah ini sebaiknya kau pulang dan istirahat. Tidak biasanya kau seperti ini. Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak ada apa-apa.”
“Benarkah?”
“Benar.”
“Hey, berhentilah berbohong dan katakan apa yang membuatmu seperti ini. Kau tahu kau hanya akan melukai diri sendiri.”
“Aku tidak bisa mengatakannya.”
“Apa kau bilang?”
“Sudahlah ini bukan hal yang serius.”
“Terserah kau saja. Aku hanya memberitahumu.”
Rebecca yang mendengar ucapan temannya itu pun kemudian terdiam dan melihat ke arah yang sebelumnya. Rupanya di sana tidak terlihat apa-apa dan dirinya kembali melanjutkan praktiknya. Untungnya dalam praktik kali ini profesor tidak terlalu memarahinya dan begitu semuanya selesai, dirinya langsung di suruh pulang dan istirahat. Semua orang yang ada di dalam laboratorium itu kemudian keluar dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Rebecca pulang sendrian. Dalam perjalanan pulangnya, dirinya menaiki bus dan kemudian berhenti di halte dekat dengan rumahnya. Ketika dirinya sudah sampai di halte dan kemudian berjalan menyusuri trotoar dan kemudian dirinya melihat sebuah toko yang sebelumnya dirinya memasukinya untuk membeli boneka. Toko tersebut rupanya masih buka dan terlihat dari luar cahaya yang terang dari dalam toko. Beberapa orang juga keluar dari toko tersebut setelah mereka belanja. Rebecca kemudian berjalan. Ketika dirinya sedang berjalan, di dekat toko tersebut terdapat sebuah tempat yang tidak di penuhi dengan cahaya. Seorang anak perempuan yang sebelumnya bertergur sapa dengan dirinya tengah berdiri di sana sambil kembali melihat ke arah toko tersebut dengan pandangan yang terlihat sedih.
Ke esokan paginya, Sena yang berada di dalam rumahnya terbangun begitu mendengar bunyi alarm yang terus berdering keras. Tidak lama kemudian, dirinya beranjak dari tempat tidurnya dan mulai merapikan rumahnya. Setelah semuanya selesai, dirinya kemudian mandi. 30 menit kemudian, Sena menyalakan televisi agar rumahnya tidak terlalu hening. Di televisi, sedang di hebohkan dengan festival tahunan yang akan di laksanakan hari ini. Setelah selesai merapikan dirinya, Sena kemudian bersiap untuk pergi bekerja dan langsung mematikan televisinya. Di perjalanan, banyak orang yang melewati jalan yang tidak biasa karena jalan di tutup. Mereka mengatakan itu akibat dari perayakan yang dilaksanakan hari ini. Perayaan tersebut di laksanakan setiap tahunnya di tanggal 2 November demi menghormati budaya leluhur. Itulah yang di katakan oleh beberapa orang.
“Ah sial, aku bisa saja terlambat,” gumam Sena dengan terburu-buru melewati orang-orang yang juga terlihat sedang pergi ke tempat kerja.
Jalanan yang di penuhi oleh arak-arakan orang dan mereka terlihat memakai pakaian berwarna putih dengan sesuatu seperti topi di kepalanya. Mereka membawa beberapa barang dan dalam perlanannya terdengar seperti mengucapkan sebuah mantra. Suara mereka terdengar nyaring dan membuat orang-orang pandangannya tertuju kepada mereka. Beberapa di antara mereka membawa kain berwarna hitam dengan tulisan bahasa kuno dan para wanita membawa bunga berwarna putih di dalam sebuah ikatan.
“Wah, apa itu?”
“Ini upacara adat?”
“Perayaannya sudah di mulai rupanya.”
“Wow menakjubkan. Ini akan menjadi wisata budaya yang bagus.”
“Itu mereka sedang mengatakan apa?”
Orang-orang terus bergumam dan kemudian Sena terdiam di depan beberapa orang yang sedang berkerumbun di depan kantor tempatnya bekerja. Dirinya yang mencoba untuk menerobos dan akhirnya sampailah di kantornya walau penuh dengan perjuangan. Loli yang sedang duduk di kursinya dan kemudian dirinya mengatakan sesuatu kepada Sena yang baru saja datang.
“Kau tepat waktu. Oh iya, apa kau tidak menonton upacara itu terlebih dahulu?”
“Itu perayaan.”
“Ah iya, maksudku perayaan.”
“Aku tidak punya waktu. Karena itu aku terburu-buru datang kemari.”
“Yah, sudah kuduga.”
“Hey, kalian berdua,” ucap ketua tim editor yang merupakan seorang pria seumuran dengan mereka berdua dan terlihat penuh dengan energi positif dan penyuka hal-hal aneh di dunia ini. Pria tersebut bernama Chris.
“Ada apa?” tanya Loli sementara Sena hanya melihat ke arahnya.
“Apa kalian tidak pernah mendengar mengenai desas desus perayaan ini?”
“Tidak. Memangnya kenapa?”
“Menurut kabar yang beredar, festival ini di sebut dengan festival orang mati.”
Sena yang mendengar ucapannya seketika tersedak begitu dirinya meneguk secangkir kopi. Tidak lama kemudian dirinya batuk dan itu membuat semua orang yang ada di ruang editor melihat ke arahnya dan mencoba untuk membantunya. Namun, Sena rupanya dapat mengatasinya.
“Hati-hati kalau minum,” ucap salah seorang karyawan di ruangan tersebut.
“Ya,” ucap Sena singkat.
“Memangnya itu sungguhan?” tanya Loli yang mulai penasaran.
Chris mulai menceritakan kisah mengenai kebenaran di balik festival orang mati. Beberapa abad yang lalu, mereka yang mengadakan ritual pengusiran hantu dan ternyata nyawanya melayang. Orang yang di tinggalkannya tentu akan sedih dan di situ lah mereka mulai melakukan perayaan sebagai bentuk penghormatan kepada roh pengusir hantu tersebut. Chris dengan panjang lebar menjelaskannya dan bahkan dirinya senagaja menambahkan bumbu-bumbu kepalsuan dan membuat mereka yang mendengarnya merasa ketakutan. Ekspresi mereka sudah mulai merasakan sensasi menegangkan dan itu membuat adrenalinnya terpacu. Namun, ketika dirinya tengah berbicara seperti itu justru Loli hanya melihatnya dengan pandangan seakan itu hanya omong kosong. Berbeda dengan dirinya, beberapa orang sudah mulai merinding.
“Yang benar saja. Tidak mungkin ceritanya klise begitu,” ucap Loli dan seketika membuat Chris terdiam untuk sesaat.
“Hey, jangan bicara begitu. Ini sungguhan.”
“Iya-iya itu sungguhan anggap saja seperti itu.”
Mereka kemudian mulai bekerja dan ternyata di luar sana sudah lumayan mereda. Orang-orang yang melihat acara tersebut di pinggir jalan sudah berakhir karena sekumpulan orang tersebut sudah melewati jalan tersebut dan kini mereka berada di sebuah tempat yang merupakan pemakaman umum. Ucapan yang di katakan oleh Chris tidak sepenuhnya hanya fiksi, beberapa orang yang lain juga mengatakan hal yang sama sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku. Sebagian orang meyakini akan budaya tersebut dan menyebutnya warisan nenek moyang. Hanya saja, tidak sembarangan orang dapat melakukannya. Seorang perempuan yang semalam bertemu dengan Sena, kini orang tersebut berada di antara sekelompok orang itu dan terlihat membawa satu bucket bunga.

Komento sa Aklat (34)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Sakit sihir

    02/07

      0
  • avatar
    Yanii Yanii

    Rebecca

    24/05

      0
  • avatar
    OriHansss

    mantap seru

    09/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata