logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 7. Salah Alamat

“Kamu kenapa, Nu? Makan pelan-pelan, dong.” Irene mengusap lembut bahu Keanu.
“Naura siapa, Ma?”
“Naura siapa, ya, Mama lupa. Sebentar Mama tunjuk fotonya dulu.”
Segera perempuan lima puluhan yang masih bugar itu mengambil ponselnya, membuka galeri, dan menunjukan foto seorang perempuan cantik yang tengah memeluk kucing.
“Tuh, lihat, Nu. Sama binatang aja sayang banget, apalagi kalau sama pasangan. Kamu tidak akan kecewa, Nu.”
Keanu menolak untuk melihat gambar yang disodorkan sang mama, tidak mau menodai matanya yang masih jernih di pagi hari yang cerah. Naura adalah petaka dan ia menolak didatangi petaka pagi-pagi.
“Naura siapa, Ma?”
Irene menarik kembali ponselnya dan membuka aplikasi hijau, membaca chat dengan seseorang yang mengenalkannya dengan sosok Naura, dan membaca sebuah nama yang tertulis di sana. Keanu menegang.
“Naura ….” Mata Keanu membulat penuh ingin tahu juga was-was. “Naura Grecia Putri.” Keanu mengembuskan napas lega. “Cantik, ya, namanya. Sama kayak orangnya, Nu.” Keanu memasang wajah datar dan kembali menikmati sarapan yang sempat tertunda. Rasa lega membuat laparnya bertambah dua kali lipat. “Mama kirim fotonya ke kamu, ya? Akhir pekan nanti atur jadwal untuk ketemu sama dia, Nu.”
“Terserah Mama aja,” sahutnya santai. “Asal bukan Naura Nyasaren,” tambahnya dalam hati.
***
Naura baru saja kembali dari salon kecantikan miliknya yang dikelola bersama sahabatnya sewaktu sekolah dulu. Ia berjanji utnuk makan siang bersama Gloria, merayakan kerja sama mereka yang berhasil mendapat banyak view. Karena akhir pekan, Gloria akan datang bersama suami dan anaknya. Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah restoran mewah yang berada di rooftop sebuah hotel di Jakarta Pusat.
Naura datang dengan gaya bak seorang artis papan atas. Dengan outwear merah bata tanpa lengan dan palazzo pants warna senada yang dipadu dalaman putih. Rambutnya yang dibiarkan tergerai bebas bergerak naik turun ketika klotak klatik stiletto merah mengentak lantai. Ia mengayunkan sling bag flamingo di tangan seirama langkah kaki.
Dari meja yang berada di bagian tengah restoran, Gloria melambaikan tangan. Naura mendekat dan langsung disambut Gloria dengan cipika cipiki khas wanita.
“Maaf aku telat,” katanya saat pipi mereka bertemu.
“Hampir sepuluh menit, loh, Ra,” balas Gloria. “Kenalin ini Gabriel suamiku dan Nathan, putraku.”
Naura mengulurkan tangan pada lelaki yang berada di sebelah Gloria. “Naura. Maaf sudah menunggu.”
“Gabriel. Tidak apa-apa. Kami baru saja tiba,” balas Gabriel menyambut tangan Naura.
“Kalian G couple, ya. Kompak banget.” Naura mengambil tempat berhadapan dengan Gloria. Kenapa anaknya tidak pakai G juga, biar jadi G family.”
Gloria dan Gabriel kompak tertawa. “Justru karena takut dibilang G family makanya anaknya dikasih nama Nathan, Ra.”
“Ih, gemes, deh,” goda Naura melihat bocah laki-laki dua tahun yang manja pada ayahnya.
“Makanya cepat-cepat nikah biar bisa punya anak, Ra. Punya anak itu obat lelah paling mujarab, loh. Benar nggak, Pa?” tanya Gloria pada suaminya yang membalasnya dengan senyum dan menaikkan sebelah alisnya.
“Ah, itu nanti, deh. Sekarang kita makan dulu. Mau pesan apa?”
Naura melambai pada pramusaji, mengalihkan pembicaraan yang tidak ingin dibahas. Mereka memesan makanan sesuai keinginan. Gloria bersama suaminya memesan makanan khas Indonesia, sementar Naura memesan makanan Italia.
Sambil menunggu pesanan, mereka berbasa basi ringan, membiacarakan pekerjaan Gabriel yang seorang arsitek, juga Gloria yang sangat betah di kantor Keanu. Mereka juga membicarakan konten-konten Naura yang kali ini jadi ingin berkolaborasi bersama Gabriel membahas materi desain dan gaya modern perumahan. Padahal mereka baru pertama kali bertemu.
“Kamu suka konten yang berkaitan dengan gaya hidup dan seni, ya, Ra?” tanya Gabriel. “Aku suka desain rumah gaya perkotaan modern, tetapi sulit kalau harus membuat video promo.”
“Makanya, kita kerja bareng. Nanti aku sama tim bisa meliput rumah-rumah contoh yang pernah kamu desain, dan kamu bisa memberi penjelasan berkaitan dengan ukuran rumah, biaya pembangunan, dan perawatannya. Itu saja.” Gloria dan Gabriel saling bertatapan.
Naura, meskipun baru pertama kali bertemu dengan Gabriel, tetapi bisa mencairkan suasana dan mencari topik pembicaraan yang menarik. Mata cokelat gelap Gabriel menatap kagum pada wanita sahabat istrinya itu.
“Aku akan memikirkannya lagi, Ra. Juga perlu menyesuaikan waktu. Iya, kan, Ma?” tanya Gabriel. Gloria mengangguk pasti.
Pesanan mereka datang, menjeda sedikit pembicaraan yang mulai serius.
“Oh iya, Ra, kemarin ikut pesta Gio, ya? Aku lihat dari foto Gio di IG.”
“Hem.” Naura mengusap bibir yang penuh dengan tisu. “Kamu tau Gio?”
“Kan sering datang ke kantornya Bos, ya jelas tau dong. Rame nggak?”
“Oh. Namanya juga pesta, Glo, selalu rame.”
“Ketemu bos? Gimana? Senang nggak?”
“Emang pernah aku senang ketemu sama dia, Glo? Ini juga baru dua kali ketemu tapi you know la, Glo. Cekcok.” Naura membolak balik telapak tangannya. Gabriel mengangkat wajah dan menatap Naura dan istrinya bergantian dengan penasaran. “Kita bahkan hampir ribut besar semalam.”
“Kok bisa?”
“Masa dia ngolok-ngolok aku di depan istri Ferdian sama Jay. Itu kan keterlaluan.”
Gloria mendadak terbatuk sampai tiga kali sebelum meneguk air yang disodorkan suaminya. Pandangan matanya tertuju lurus pada pintu masuk.
“Dan yang keterlaluan sekarang muncul di sini. kali ini bakal jadi yang ketiga, Ra.”
“Eh, maksudnya?” Naura memutar leher menuju arah pandangan Gloria dan seketika kembali menatap Gloria dengan pandangan horror. Ia mendekap mulut sementara mata tetap melotot. “Kok, Ke Anus bisa ke sini, sih? Mau ngapain? Jangan angkat tangan, Glo!”
Terlambat. Tangan kanan Gloria sudah terangkat dengan telapak yang melambai lamban. “Maaf, Ra. Aku cuma mau balas lambaian dia doang. Dia ke sini, Ra.” Mata Gloria tetap fokus pada sosok Keanu yang mendekat.
“Hai, Ibu Gloria. Lagi weekend bareng keluarga, ya?”
Gloria berdiri menyambut bosnya. “Iya, Pak. Sama keluarga.” Mata Gloria memicing pada Naura. “Bapak mau makan di sini juga?”
“Iya. Aku ada janji dengan teman. Ini suami dan anak kamu?”
“Iya, Pak. Kenalin, Pak. Gabriel, suami saya dan Nathan putra saya.” Suami dan anak Gloria bergantian menyalami Keanu.
“Dan ini?” Keanu menunjuk pada sosok Naura yang sama sekali tidak bergerak. Kepalanya menunduk dan menekur piring berisi risotto di hadapannya.
“Ini … hem … anu, Pak. Ini—”
“Hai, Ke Anus.”
“Oh, shit!”
“Ini Naura. Hai, ketemu lagi. Nggak usah kaget gitu, dong.”
Kenau melotot, lalu menyugar rambutnya. “Ah, kamu lagi. Di mana-mana ada kamu.”
Naura menyandar santai pada kursi, kaki kanannya disilang bertumpu pada paha kiri. “Biasa aja, dong. Namanya juga tempat umum.”
“Petaka.”
Naura seketika awas menatap Keanu. “Apa kamu bilang? Petaka? Apa maksud kamu?”
“Nggak ada. Shit!”
Naura menggeram. Suasana memanas. Gloria dan Gabriel saling melirik. Siapa yang menyangka dari sekian banyak tempat keren untuk menikmati makan siang, dua manusia itu akan bertemu di tempat ini.
Naura menyeka bibir dengan tisu lalu menatap Gloria. Ia mencoba mengabaikan Keanu yang masih berdiri di sampingnya.
“Glo, aku balik duluan, boleh?” Ia melirik jam pada ponsel. “Kita ketemu lagi nanti. Gimana? Nggak papa, kan?”
“Nggak hargain teman banget lo,” sambar Keanu cepat sebelum Gloria menjawab. “Orang udah merelakan waktu buat makan siang sama kamu, kok, diabaikan gitu aja. Teman macam apa kamu.”
Gloria mendesah gelisah, “Nggak papa, kok, Pak. Lagian kita bertiga suami dan anak juga mau jalan-jalan kok.”
“Jadi, aku tidak diajak makan bareng, nih? Orang yang mau aku temuin belum ada jadi nggak papa kan kalau aku gabung.”
Gloria dan Gabriel kembali saling melirik. Naura sudah meraih tas tangannya dan bangkit dari kursi.
“Naura!”
“Iya. Pak Keanu?” Dari seberang kursi seorang wanita mengangkat tangannya. Panggilan salah alamat untuk orang yang tepat. Termasuk Naura Lasaren, Gloria, dan Gabriel, semua tamu yang sedang menikmati makan siang menoleh pada Keanu yang kini memasang wajah tenang daan tersenyum tipis.
Naura kembali medudukkan pantatnya. “Sepertinya orang yang mau kamu temui sudah datang. Aku nggak nyangka loh namanya Naura juga. Kebetulan yang menggelikan.” Keanu meliriknya sinis. “Teman kencan?”
“Bukan urusan lo,” dengus Keanu sebelum melangkah mendekati Naura—wanita kesekian yang dijodohkan untuknya. “Shit!” Dua langkah menjauh, Keanu meoleh menarap Naura Lasaren yang meneguk air ddengan santai. “Urusan kita belum selesai.”
Naura terbatuk dan menatap Gloria bingung, “Urusan yang mana?” Gloria mengangkat bahu dan kembali menikmati makanannya. “Kayaknya memang urusan kita belum selesai, Ke Anus.” Naura mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum misterius. Ia sedang menyusun rencana dalam kepalanya.
bersambung …

Komento sa Aklat (49)

  • avatar
    LimHyeRie

    belom ada kelanjutannya nih.. nungguin banget endingnya.. semoga cepet diupdate

    05/05/2022

      0
  • avatar
    Callestty Lim

    ceritanya best

    03/10

      0
  • avatar
    ArtadmediaReza

    Hay

    08/09/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata